Debit Air Cisadane Turun, 710 Hektare Sawah di Tangerang Kekeringan
Debit Air Cisadane Turun, 710 Hektare Sawah di Tangerang Kekeringan
A
A
A
TANGERANG - Debit air Sungai Cisadane, Tangerang mengalami penyusutan hingga hingga 1,2 meter kubik. Sejumlah wilayah di Kabupaten Tangerang pun mengalami kekeringan cukup parah.
Ratusan hektare sawah di lima desa di Kabupaten Tangerang di antaranya, Desa Kedung Dalem seluas 90 hektare, Tegal Kunir Kidul 280 hektare, dan Desa Tegal Kunir Lor seluas 210 hektare. Kemudian, Desa Banyu Asin seluas 58 hektare, dan Marga Mulya sekira 62 hektare mengalami kekeringan.
Tidak hanya di lima desa itu, sejumlah desa lainnya di wilayah Kohod juga dilanda kekeringan. Bahkan, sejumlah lahan pertanian, ada yang sudah mengalami fuso atau gagal panen. Para petani pun menjerit.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Bambang Hidayat mengatakan, musim kemarau tahun ini merupakan yang terparah terjadi, di mana Sungai Cisadane mengalami kekeringan. "Kemarin dalam dua minggu terakhir terjadi penurunan 1,2 meter kubik, karena musim kemarau," kata Bambang kepada SINDOnews di Bendung Pintu Air 10, Jumat (26/7/2019).
Untuk mengatasi terjadinya fuso pada lahan pertanian di Kabupaten Tangerang, Bambang pun sudah menyiapkan langkah antisipasi, salah satunya pompa untuk mengaliri air di area pertanian milik warga. Meski demikian, Bambang mengaku, untuk air baku tanah masih cukup untuk warga gunakan karena tidak mengalami kekeringan.
"Sekarang air lagi turun, karena diinduknya sendiri di Pasar Baru sudah turun 1,2 meter kubik. Ini lebih parah dari 2 tahun lalu dan yang paling berdampak kebutuhan air untuk padi dan sawah serta untuk air minum," jelasnya.
Bambang melanjutkan, Sungai Cisadane memiliki peran yang sangat penting dalam pengairan lahan persawahan warga, terutama di wilayah Tangerang. Pengairan itu, dikendalikan dari Pintu Air 10. Pada awalnya, pintu air ini mengaliri sebanyak 40 ribu hektare lahan pertanian warga.
Namun, seiring berjalannya waktu terjadi penyusutan hingga 24.000 hektare.
Tidak hanya untuk mengairi lahan pertanian, Pintu Air 10 juga berfungsi untuk pengendali banjir di wilayah Tangerang dan Jakarta yang masih aktif hingga saat ini.
"Selain itu juga digunakan sebagai sumber air baku. Saat ini, sudah dibangun intake Sitanala, untuk kebutuhan air minum di Kota Tangerang hingga Bandara Soetta. Ini bisa sampai seribu liter per detik," sambungnya.
Sejak dioperasikan itu, Bendung Pintu Air 10 banyak yang mengalami kebocoran dan baru saat ini dilakukan rehabilitasi dengan total anggaran mencapai Rp90 Miliar."Jadi nanti sistem listriknya elektrik semua. Panel-panel di atas itu ada yang manual, tapi sudah diganti otomatis semua. Jadi kalau mau lihat panel harus jalan ke atas, tinggal pijit, pintu ini nanti turun," ungkapnya.
Sementara itu, Romlih, warga Gempol Sari, Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang mengatakan, sudah dua minggu lalu tidak ada hujan dan saluran irigasi berhenti. Fenomena ini, jika dibiarkan terlalu lama, maka akan membuat lahan pertanian warga fuso atau gagal panen.
Warga pun berharap, ada bantuan konkret dari pemerintah agar lahan pertanian mereka bisa tetap panen."Di desa sebelah, wilayah Kohod, lahan tani sudah banyak yang terkena fuso. Kalau di sini, masih ada beberapa yang teraliri air. Tetapi ada yang sudah kering," ucapnya.
Ratusan hektare sawah di lima desa di Kabupaten Tangerang di antaranya, Desa Kedung Dalem seluas 90 hektare, Tegal Kunir Kidul 280 hektare, dan Desa Tegal Kunir Lor seluas 210 hektare. Kemudian, Desa Banyu Asin seluas 58 hektare, dan Marga Mulya sekira 62 hektare mengalami kekeringan.
Tidak hanya di lima desa itu, sejumlah desa lainnya di wilayah Kohod juga dilanda kekeringan. Bahkan, sejumlah lahan pertanian, ada yang sudah mengalami fuso atau gagal panen. Para petani pun menjerit.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Bambang Hidayat mengatakan, musim kemarau tahun ini merupakan yang terparah terjadi, di mana Sungai Cisadane mengalami kekeringan. "Kemarin dalam dua minggu terakhir terjadi penurunan 1,2 meter kubik, karena musim kemarau," kata Bambang kepada SINDOnews di Bendung Pintu Air 10, Jumat (26/7/2019).
Untuk mengatasi terjadinya fuso pada lahan pertanian di Kabupaten Tangerang, Bambang pun sudah menyiapkan langkah antisipasi, salah satunya pompa untuk mengaliri air di area pertanian milik warga. Meski demikian, Bambang mengaku, untuk air baku tanah masih cukup untuk warga gunakan karena tidak mengalami kekeringan.
"Sekarang air lagi turun, karena diinduknya sendiri di Pasar Baru sudah turun 1,2 meter kubik. Ini lebih parah dari 2 tahun lalu dan yang paling berdampak kebutuhan air untuk padi dan sawah serta untuk air minum," jelasnya.
Bambang melanjutkan, Sungai Cisadane memiliki peran yang sangat penting dalam pengairan lahan persawahan warga, terutama di wilayah Tangerang. Pengairan itu, dikendalikan dari Pintu Air 10. Pada awalnya, pintu air ini mengaliri sebanyak 40 ribu hektare lahan pertanian warga.
Namun, seiring berjalannya waktu terjadi penyusutan hingga 24.000 hektare.
Tidak hanya untuk mengairi lahan pertanian, Pintu Air 10 juga berfungsi untuk pengendali banjir di wilayah Tangerang dan Jakarta yang masih aktif hingga saat ini.
"Selain itu juga digunakan sebagai sumber air baku. Saat ini, sudah dibangun intake Sitanala, untuk kebutuhan air minum di Kota Tangerang hingga Bandara Soetta. Ini bisa sampai seribu liter per detik," sambungnya.
Sejak dioperasikan itu, Bendung Pintu Air 10 banyak yang mengalami kebocoran dan baru saat ini dilakukan rehabilitasi dengan total anggaran mencapai Rp90 Miliar."Jadi nanti sistem listriknya elektrik semua. Panel-panel di atas itu ada yang manual, tapi sudah diganti otomatis semua. Jadi kalau mau lihat panel harus jalan ke atas, tinggal pijit, pintu ini nanti turun," ungkapnya.
Sementara itu, Romlih, warga Gempol Sari, Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang mengatakan, sudah dua minggu lalu tidak ada hujan dan saluran irigasi berhenti. Fenomena ini, jika dibiarkan terlalu lama, maka akan membuat lahan pertanian warga fuso atau gagal panen.
Warga pun berharap, ada bantuan konkret dari pemerintah agar lahan pertanian mereka bisa tetap panen."Di desa sebelah, wilayah Kohod, lahan tani sudah banyak yang terkena fuso. Kalau di sini, masih ada beberapa yang teraliri air. Tetapi ada yang sudah kering," ucapnya.
(whb)