Tidore, Kalajengking Kecil Mematikan yang Setia Jaga NKRI

Selasa, 23 Juli 2019 - 14:54 WIB
Tidore, Kalajengking...
Tidore, Kalajengking Kecil Mematikan yang Setia Jaga NKRI
A A A
TIDORE - Tak lengkap memperbincangkan sejarah Jalur Rempah tanpa mengikutsertakan Tidore, pulau kecil nan permai yang terletak di Provinsi Maluku Utara.

Pulau Tidore yang berada persis di kaki gunung Kie Matubu ini, beragam pohon rempah tumbuh subur bak tanaman liar.

Suasana tenang dan damai begitu terasa kala pertama mengunjungi Kota Tidore. Rumah-rumah berderet rapi, pagar dicat warna-warni, bahkan nyaris tak ada secuil sampah di sepanjang jalan.

Yang hebat, sepanjang perjalanan tak ditemukan satu pun gelandangan apalagi pengemis, seperti halnya kota lain di Indonesia.

"Tidore ini masyarakatnya makmur-makmur, mereka senang dan bahagia semua. Makanya di sini tidak butuh tempat hiburan seperti diskotik dan tempat hiburan malam lainnya," ujar M Amin Faaroek, Perdana Menteri Kesultanan Tidore (Jajou), Provinsi Maluku Utara, saat menjamu rombongan Jelajah Negeri Rempah, di Kedaton Kesultanan Tidore, akhir pekan kemarin.

Berbincang santai di Kedaton Kesultanan Tidore, bagai mengenang kembali masa kejayaan Kesultanan Tidore tempo dulu, berikut sejarah kekayaan rempah-rempahnya.

Ditambah lagi suguhan kopi rempah yang citarasanya nikmat luar biasa dan klasik tentunya, makin membuat suasana nelangsa.

PM Amin bercerita, bahwa sudah sejak dulu Tidore kaya rempah-rempah yang merupakan penghasilan utama masyarakat setempat.
Tidore, Kalajengking Kecil Mematikan yang Setia Jaga NKRI

Rempah-rempah pula yang mengundang negara-negara luar terutama eropa, berbondong-bondong mendatangi Tidore.

Maluku, terkhusus Tidore, memang memiliki nilai historis serta strategis selama lebih dari 800 tahun di level global maupun kawasan Asia, yang tentunya pula sangat memengaruhi dan menentukan daya saing serta posisi tawar Indonesia di kancah dunia.

Tidore juga terpilih masuk dalam jaringan kota-kota Magellan sebagai salah satu kota yang disinggahi Ferdinand Magellan dan Juan Bastian Calcutta saat mengelilingi dunia untuk mencari rempah, dan menentukan bahwa dunia bulat pada beberapa abad lalu sebagai bukti kebesaran wilayah Maluku.

Tidore bersama empat pulau lainnya, yakni Ternate, Mare, Mutir dan Makian disebut Jazirat-al-mulk atau kumpulan/semenanjung kerajaan yang terdiri dari kerajaan-kerajaan kecil.

Kawasan ini pula yang menjadi asal muasal nama Maluku atau tanah para raja. Pada abad 16 Masehi, padagang asal Portugal menyebut Mulk sebagai Moluco atau Moluccas.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Kesultanan Tidore dikenal sangat memegang teguh prinsip berkeyakinan sesuai ajaran Islam.

Kesultanan Tidore juga berpandangan terbuka dan sangat menghargai perbedaan.

Luar biasanya, jauh sebelum terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Kesultanan Tidore sudah menerapkan yang namanya demokrasi.

Itulah kenapa, Kesultanan Tidore tidak mengenal istilah Putra Mahkota. Sultan sebagai pemimpin, dipilih secara demokrasi. Dan, siapapun berhak menjadi sultan yang dicalonkan melalui perwakilan empat marga di Tidore.

Komitmen kebangsaan Kesultanan Tidore terhadap keutuhan NKRI juga tak usah diragukan. Malah Tidore ibarat kunci di saat Papua dinyatakan bagian dari NKRI.

Ini lantaran pengaruh kekuasaan Kesultanan Tidore (jauh di masa sebelum terbentuknya NKRI), terjejak di hampir seluruh tanah Papua.

Bahkan, Kesultanan Tidore juga yang awalnya membuat tapal batas Papua dengan Papua Nugini.

Sebagai kesultanan yang punya pengaruh besar di kawasan timur Indonesia bahkan sampai Filipina dan Samudera Pasifik, sekarang ini wilayah Kesultanan Tidore terbilang kecil.

Karena memang, sejak dulu Kesultanan Tidore tidak pernah berhasrat untuk menguasai atau menjajah negeri-negeri yang berada di dalam pengaruhnya, sekalipun negeri itu sudah mereka taklukan.

"Tidore ibarat kalajengking kecil mematikan, yang sejak dulu kala setia menjaga keutuhan NKRI. Tidore, tak akan mengorbankan komitmen ini, kendati ruang untuk itu sangat memungkinkan," kata PM Amin.
(shf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1962 seconds (0.1#10.140)