Batam Siaga Penyebaran Virus Monkeypox
A
A
A
BATAM - Pemerintah Kota Batam meningkatkan kewaspadaan mengantisipasi penyebaran virus monkeypox atau cacar monyet. Langkah ini diambil memasang thermal detector atau alat pendeteksi suhu tubuh di pelabuhan feri internasional dan mengimbau warganya untuk tidak bepergian ke Singapura.
Langkah proaktif ini diambil setelah Singapura menemukan adanya warga Nigeria yang terjangkit monkeypox di negeri kepulauan tersebut. Untuk mengantisipasi penyebarluasan virus tersebut, pemerintah Singapura telah mengarantina 22 orang dari 23 orang yang pernah bersinggungan dengan penderita. Sejauh ini, belum ada laporan kasus penyakit tersebut ditemukan di Batam.
Kepala Dinas Kesehatan Batam Didi Kusmarjadi menjelaskan, pemasangan thermal detector yang dilakukan bersama Kantor Karantina dan Kepolisian Kawasan Pelabuhan (KKP) di pelabuhan feri internasional Batam perlu dilakukan mengingat arus keluar-masuk kapal feri dari Singapura.
"Setiap penumpang yang masuk melalui pelabuhan feri internasional, kami lakukan pemeriksaan suhu tubuhnya; dan apabila ada yang terinfeksi, langsung dilakukan pemeriksaan khusus," di Batam kemarin.
Didi memastikan belum menemukan penumpang yang terjangkit monkeypox. Kendati demikian, pihaknya tetap bersiaga dan terus memeriksa setiap penumpang yang masuk melalui pelabuhan feri internasional. Selain warga luar, warga Batam yang ingin bepergian atau masuk ke Batam dari Singapura dan Malaysia juga tetap diperiksa. "Kalau tidak ada keperluan yang penting, sebaiknya warga Kota Batam tidak usah dulu ke Singapura. Sampai kondisi normal," kata Didi.
Selain itu, mengantisipasi merebaknya virus ini, Dinkes Batam juga menyiapkan 6 ruang isolasi, yakni 2 ruangan di RSUD Embung Fatimah dan 4 di RSBP Sekupang. Apabila ada yang terdeteksi, yang bersangkutan langsung dibawa dan dirawat di ruang isolasi atau ruangan bertekanan sehingga udara bersama virus tak lolos ke luar.
Lebih jauh, Dinkes Batam juga telah mengimbau kepada puskesmas dan rumah sakit untuk meningkatkan kewaspadaan secara umum bila menemukan adanya kasus cacar. Jika ditemukan, Dinkes berharap ditindaklanjuti dengan melakukan pengecekan ke Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit, atau juga mengirimkan sampel ke Jakarta.
Direktur RSBP Batam dr Sigit Riyanto meminta kepada masyarakat Kota Batam untuk tidak panik terhadap isu penularan cacar monyet atau dikenal dengan sebutan monkeypox virus. Pasalnya, virus tersebut relatif dapat segera diatasi bila segera ditangani.
Pihak RSBP Batam sendiri telah berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mengambil tindakan pencegahan penularan, setelah sebelumnya dikabarkan ditemukannya satu kasus impor infeksi virus cacar monyet di Singapura. "Saat ini belum ada pasien tersebut, BP Batam bersama kantor kesehatan pelabuhan, dinas kesehatan, dan seluruh rumah sakit di Batam sudah berkoordinasi dengan baik untuk antisipasi penyebaran," ujarnya.
Meskipun risiko penyebarannya rendah, RSBP Batam sudah menyiapkan ruangan isolasi lengkap dengan peralatannya apabila ada pasien tersebut, bila ada orang lokal atau asing yang mengeluh panas tinggi, lemas dan muncul ruam pada kulit segera kirim ke RSBP Batam atau RSUD Embung Fatimah. "Kita berharap dengan adanya isu tersebut tidak mengganggu aktivitas perekonomian dan investasi di Kota Batam yang semakin baik," katanya.
Untuk diketahui, kasus monkeypox berawal dari Afrika dan masuk ke Singapura karena WN Nigeria mengikuti kegiatan simposium di Negeri Singa tersebut. Pria berusia 38 tahun itu kini tengah berada di ruang isolasi di National Centre for Infectious Diseases dan berada dalam kondisi stabil.
Singapura diketahui sebagai negara keempat di luar Benua Afrika dan negara pertama di Asia yang melaporkan kasus cacar monyet merujuk dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS. Tahun lalu UK melaporkan tiga kasus cacar monyet.
Gejala penyakit seperti cacar umumnya, yakni demam, gangguan pernapasan, timbul bintik air. Kasus ini bisa berakibat fatal karena menyerang radang pernapasannya. Adapun penyebaran virus bisa dengan kontak langsung antarmanusia. Oleh karena itu, apabila ada penumpang kapal yang diduga terkena virus, seluruh penumpang kapal akan ikut dikarantina. Masa inkubasi penyakit ini antara 5–7 hari.
Kendati demikian, dokter spesialis negeri tersebut meminta warga Singapura tak perlu khawatir sebab risiko penyebaran penyakit tersebut di Singapura terbilang kecil. "Saya tidak khawatir soal itu. Monkeypox juga ada di negara lain seperti UK dan tidak ada penyebaran lokal setelahnya. Peluang untuk terjadi di Singapura juga rendah," kata Dr Leong Hoe Nam dari Mount Elizabeth Novena Hospital, dikutip dari Straitstime.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Singapura menyebutkan bahwa monkeypox pada umumnya dapat sembuh sendiri dan risiko penyebarannya amat rendah. Kebanyakan pasien akan pulih dalam waktu dua atau tiga pekan ke depan. Beberapa gejala yang terjadi di antaranya sakit kepala, nyeri otot, nyeri punggung, pembengkakan kelenjar getah bening, dan bintik pada kulit. Kemudian akan timbul bintik 1–3 hari setelah tubuh demam. Bintik muncul mulai wajah dan menyebar ke seluruh tubuh seperti penyakit cacar air pada umumnya. Gejala biasanya berlangsung 14 hingga 21 hari.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), monkeypox adalah penyakit langka yang disebabkan oleh virus dan ditularkan ke manusia melalui hewan seperti tikus dan monyet. Penyakit tersebut terjadi ketika seseorang melakukan kontak dengan darah, cairan tubuh, atau lesi hewan yang terinfeksi virus penyakit.
Selain itu, virus juga dapat menular apabila seseorang memakan daging hewan yang terinfeksi dan belum dimasak dengan matang. Namun, virus tidak mudah menyebar di antara manusia. Saat ini belum ada bukti yang menjelaskan jika virus bisa menular apabila orang lain bersentuhan atau berdekatan dengan pasien yang terinfeksi. (Ahmad Rohmadi/Sri Noviarni)
Langkah proaktif ini diambil setelah Singapura menemukan adanya warga Nigeria yang terjangkit monkeypox di negeri kepulauan tersebut. Untuk mengantisipasi penyebarluasan virus tersebut, pemerintah Singapura telah mengarantina 22 orang dari 23 orang yang pernah bersinggungan dengan penderita. Sejauh ini, belum ada laporan kasus penyakit tersebut ditemukan di Batam.
Kepala Dinas Kesehatan Batam Didi Kusmarjadi menjelaskan, pemasangan thermal detector yang dilakukan bersama Kantor Karantina dan Kepolisian Kawasan Pelabuhan (KKP) di pelabuhan feri internasional Batam perlu dilakukan mengingat arus keluar-masuk kapal feri dari Singapura.
"Setiap penumpang yang masuk melalui pelabuhan feri internasional, kami lakukan pemeriksaan suhu tubuhnya; dan apabila ada yang terinfeksi, langsung dilakukan pemeriksaan khusus," di Batam kemarin.
Didi memastikan belum menemukan penumpang yang terjangkit monkeypox. Kendati demikian, pihaknya tetap bersiaga dan terus memeriksa setiap penumpang yang masuk melalui pelabuhan feri internasional. Selain warga luar, warga Batam yang ingin bepergian atau masuk ke Batam dari Singapura dan Malaysia juga tetap diperiksa. "Kalau tidak ada keperluan yang penting, sebaiknya warga Kota Batam tidak usah dulu ke Singapura. Sampai kondisi normal," kata Didi.
Selain itu, mengantisipasi merebaknya virus ini, Dinkes Batam juga menyiapkan 6 ruang isolasi, yakni 2 ruangan di RSUD Embung Fatimah dan 4 di RSBP Sekupang. Apabila ada yang terdeteksi, yang bersangkutan langsung dibawa dan dirawat di ruang isolasi atau ruangan bertekanan sehingga udara bersama virus tak lolos ke luar.
Lebih jauh, Dinkes Batam juga telah mengimbau kepada puskesmas dan rumah sakit untuk meningkatkan kewaspadaan secara umum bila menemukan adanya kasus cacar. Jika ditemukan, Dinkes berharap ditindaklanjuti dengan melakukan pengecekan ke Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit, atau juga mengirimkan sampel ke Jakarta.
Direktur RSBP Batam dr Sigit Riyanto meminta kepada masyarakat Kota Batam untuk tidak panik terhadap isu penularan cacar monyet atau dikenal dengan sebutan monkeypox virus. Pasalnya, virus tersebut relatif dapat segera diatasi bila segera ditangani.
Pihak RSBP Batam sendiri telah berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mengambil tindakan pencegahan penularan, setelah sebelumnya dikabarkan ditemukannya satu kasus impor infeksi virus cacar monyet di Singapura. "Saat ini belum ada pasien tersebut, BP Batam bersama kantor kesehatan pelabuhan, dinas kesehatan, dan seluruh rumah sakit di Batam sudah berkoordinasi dengan baik untuk antisipasi penyebaran," ujarnya.
Meskipun risiko penyebarannya rendah, RSBP Batam sudah menyiapkan ruangan isolasi lengkap dengan peralatannya apabila ada pasien tersebut, bila ada orang lokal atau asing yang mengeluh panas tinggi, lemas dan muncul ruam pada kulit segera kirim ke RSBP Batam atau RSUD Embung Fatimah. "Kita berharap dengan adanya isu tersebut tidak mengganggu aktivitas perekonomian dan investasi di Kota Batam yang semakin baik," katanya.
Untuk diketahui, kasus monkeypox berawal dari Afrika dan masuk ke Singapura karena WN Nigeria mengikuti kegiatan simposium di Negeri Singa tersebut. Pria berusia 38 tahun itu kini tengah berada di ruang isolasi di National Centre for Infectious Diseases dan berada dalam kondisi stabil.
Singapura diketahui sebagai negara keempat di luar Benua Afrika dan negara pertama di Asia yang melaporkan kasus cacar monyet merujuk dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS. Tahun lalu UK melaporkan tiga kasus cacar monyet.
Gejala penyakit seperti cacar umumnya, yakni demam, gangguan pernapasan, timbul bintik air. Kasus ini bisa berakibat fatal karena menyerang radang pernapasannya. Adapun penyebaran virus bisa dengan kontak langsung antarmanusia. Oleh karena itu, apabila ada penumpang kapal yang diduga terkena virus, seluruh penumpang kapal akan ikut dikarantina. Masa inkubasi penyakit ini antara 5–7 hari.
Kendati demikian, dokter spesialis negeri tersebut meminta warga Singapura tak perlu khawatir sebab risiko penyebaran penyakit tersebut di Singapura terbilang kecil. "Saya tidak khawatir soal itu. Monkeypox juga ada di negara lain seperti UK dan tidak ada penyebaran lokal setelahnya. Peluang untuk terjadi di Singapura juga rendah," kata Dr Leong Hoe Nam dari Mount Elizabeth Novena Hospital, dikutip dari Straitstime.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Singapura menyebutkan bahwa monkeypox pada umumnya dapat sembuh sendiri dan risiko penyebarannya amat rendah. Kebanyakan pasien akan pulih dalam waktu dua atau tiga pekan ke depan. Beberapa gejala yang terjadi di antaranya sakit kepala, nyeri otot, nyeri punggung, pembengkakan kelenjar getah bening, dan bintik pada kulit. Kemudian akan timbul bintik 1–3 hari setelah tubuh demam. Bintik muncul mulai wajah dan menyebar ke seluruh tubuh seperti penyakit cacar air pada umumnya. Gejala biasanya berlangsung 14 hingga 21 hari.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), monkeypox adalah penyakit langka yang disebabkan oleh virus dan ditularkan ke manusia melalui hewan seperti tikus dan monyet. Penyakit tersebut terjadi ketika seseorang melakukan kontak dengan darah, cairan tubuh, atau lesi hewan yang terinfeksi virus penyakit.
Selain itu, virus juga dapat menular apabila seseorang memakan daging hewan yang terinfeksi dan belum dimasak dengan matang. Namun, virus tidak mudah menyebar di antara manusia. Saat ini belum ada bukti yang menjelaskan jika virus bisa menular apabila orang lain bersentuhan atau berdekatan dengan pasien yang terinfeksi. (Ahmad Rohmadi/Sri Noviarni)
(nfl)