Cegah Cacar Monyet, Pemeriksaan Orang Datang dari Singapura Diperketat

Selasa, 14 Mei 2019 - 02:31 WIB
Cegah Cacar Monyet,...
Cegah Cacar Monyet, Pemeriksaan Orang Datang dari Singapura Diperketat
A A A
KARIMUN - Dinas Kesehatan (Dinkes) bersama Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Karimun, Provinsi Kepulauan Riau, mengantisipasi masuknya penyakit menular cacar monyet atau monkeypox dari Singapura. Kabupaten Karimun merupakan wilayah transit dari Singapura ke daerah-daerah lain di Indonesia, yang dikhawatirkan jadi pintu masuk cacar monyet ke Tanah Air.

Cacar monyet atau monkeypox merupakan penyakit langka yang disebabkan oleh virus dan ditularkan kepada manusia melalui hewan, terutama di Kawasan Afrika Tengah dan Barat. Baru- baru ini, penyakit tersebut ditemukan di wilayah Singapura dan telah dikonfirmasi kebenarannya oleh Kementerian Kesehatan Singapura, pda Kamis (9/5) lalu.

Kepala Dinas Kesehatan Karimun Rachmadi mengatakan, pihaknya telah melakukan koordinasi bersama KKP untuk melakukan antisipasi atau pengendalian penyakit Monkeypox. "Kami sudah berkoordinasi membahas langkah-langkah dalam mengantisipasi masalah ini. Salah satu langkah, KKP telah menyiapkan Thermo Scanner untuk mendeteksi panas tubuh penumpang dari Singapura yang masuk ke Kabupaten Karimun," ujar Rachmadi, Senin (13/5/2019).

Penggunaan thermo scanner tersebut merupakan salah satu langkah untuk mendeteksi dini penyakit tersebut. Ia menyebut, monkeypox memiliki gejala awal penyakit dengan menunjukkan demam kepada penderita yang tertular. (Baca juga: Muncul di Singapura, Ini Sejarah Munculnya Virus Monkeypox)

"Selain gejala secara fisik yang kita lihat seperti cacar, Monkeypox ini juga menyebabkan penderitanya mengalami panas tinggi atau demam. Jadi menggunakan alat pendeteksi suhu badan ini akan kita lihat kepada penumpang- penumpang asal Singapura, apabila ada kita curigai maka akan dilakukan tindakan karantina," katanya.

Monkeypox merupakan penyakit yang baru di Asia dan pertama kalinya ditemukan di Singapura. Sementara untuk fataliti tingkat kematian dari infeksi cacar monyet ini masih tergolong rendah dibandingkan penyakit- penyakit menular lainnya, seperti flu burung yang sempat heboh beberapa waktu lalu.

"Untuk penyebab kematian masih kecil, kisaran 10 persen dan tergantung penanganan. Namun demikian ini tetap harus diwaspadai, karena ini penyakit yang baru ditemukan di Asia sehingga harus diantisipasi dengan cepat," katanya. (Baca juga: Begini Cara Pencegahan terhadap Virus Monkeypox)

Rachmadi memastikan sejauh ini untuk Kabupaten Karimun belum ada ditemukan penyakit Monkeypox atau cacar air tersebut. Selain deteksi dini dipintu masuk Kabupaten Karimun, pihaknya juga telah memerintahkan Puskesmas-Puskesmas untuk melakukan pengawasan di lapangan. "Alhamdulillah sampai saat ini belum ada ditemukan, kita juga sudah perintahkan puskesmas apabila menemukan gejala- gejala ini untuk segera melaporkan kepada kita," tandasnya.

Sementara itu, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Tanjungbalai Karimun Bachtiar Agus Wijaya mengatakan, pihaknya telah memasang alat thermal detector atau alat pendeteksi suhu tubuh di pelabuhan feri Internasional. "Jadi setiap penumpang Singapura yang masuk melalui pelabuhan internasional kita lakukan pemeriksaan suhu tubuh. Jika terinfeksi langsung dilakukan pemeriksaan khusus," kata Bakhtiar.

Bakhtiar menyebutkan sejauh ini belum ada temuan penumpang yang terkena Monkeypox. Meski demikian pihak akan tetap melakukan pengawasan hingga isu cacar monyet tersebut tenang. "Kita mulai dari hari Jumat kemarin, namun untuk alat thermol scamner itu sudah lama terpasang. Meski tidak kita temukan adanya penumpang yang terjangkit virus tersebut, kita tetap bersiaga dan terus memeriksa setiap penumpang," bebernya.

Dokter KKP Kelas II Tanjungbalai Karimun Famelia, menambahkan, ciri-ciri terjangkit virus cacar monyet antara lain demam, sakit kepala, nyeri-nyeri otot, dan mengalami kelenjar getah bening. "Untuk masa inkubasinya atau gejala penyakitnya mulai kelihatan 5-20 hari setelah terinfeksi virus cacar monyet tersebut dan apabila terinfeksi maka akan dilakukan penanganan khusus di rumah sakit," jelas Famelia.

Menurut Famelia, untuk penyembuhannya sekitar 2-3 pekan bagi daya tahan tubuh kuat. Namun bisa berakibat fatal apabila daya tahan tubuh dari manusia itu sendiri lemah sehingga virus tersebut dengan sangat mudah masuk dan bisa menyebabkan gagal ginjal hingga kematian.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8954 seconds (0.1#10.140)