Khofifah Kunjungi Wiji di RSJ Menur

Selasa, 07 Mei 2019 - 13:33 WIB
Khofifah Kunjungi Wiji di RSJ Menur
Khofifah Kunjungi Wiji di RSJ Menur
A A A
SURABAYA - Wiji Fitriani (28), warga Dusun Tambak, Desa Ngadi, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur yang mengidap gangguan jiwa, dikunjungi Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur Surabaya.

Wiji pasien yang mengidap gangguan jiwa mengakibatkan kehilangan jari tangannya karena digigit sendiri. Sudah dua minggu ini, Fitri mendapat perawatan secara khusus RSJ Menur. Fitri sendiri tercatat di Puskesmas Desa Ngadi, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, sebagai orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) sejak tahun 2005 lalu. Sejak saat itu, pihak Puskesmas rutin melakukan pendampingan pengobatan kepada Fitri. Termasuk, membawanya ke RSJ Lawang, Kabupaten Malang.

Setelah menjalani pengobatan jiwa, di akhir 2017 lalu, Fitri mulai melakukan kebiasaan menggigiti jari tangannya lalu digosok-gosokkan ke tanah, hingga mengalami infeksi. Akibat tidak rutin mengonsumsi obat dan lepas dari penanganan dokter spesialis, lukanya semakin parah. “Saya mau pulang, saya kangen sama keluarga,” kata Fitri saat dikunjungi Khofifah, Selasa (7/5/2019).

Selama ini, Fitri tinggal bersama neneknya, Mbah Jira (73). Ini karena sejak lahir, Fitri sudah ditinggal ibunya Sarminiwati pergi merantau ke Kalimantan. Sarminiwati sendiri bercerai dengan ayah Fitri. Oleh Dinas Sosial Jatim, gadis tamatan Madrasah Ibtidaiyah (MI) ini akhirnya dibawa ke RSJ Menur setelah mendapat persetujuan dari neneknya. Tujuannya agar mendapatkan perawatan medis secara maksimal.

Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa mengatakan, saat ini kondisi Fitri sudah semakin membaik. Dari sisi fisik, luka di tangan, siku dan kaki juga berangsur sembuh. Dari sisi psikis juga berkembang positif. “Yang lebih penting adalah psiko sosial terapi. Misalnya, Fitri sudah ingin pulang karena kangen dengan mbah-nya,” kata Khofifah.

Orang nomor satu di Jatim ini menandaskan, yang juga harus diperhatikan adalah keteraturan dan kedisplinan minum obat. Jadi, ketika nanti sudah kembali ke Kediri, Fitri harus tetap mendapat pengawasan. “Obat tidak boleh telat. Harus ada yang memastikan Fitri akan terus mengonsumsi obat yang disiapkan oleh dokter,” pungkasnya.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6123 seconds (0.1#10.140)