Kelompok Remaja Berpakaian Serba Hitam Kacaukan Hari Buruh di Bandung
A
A
A
BANDUNG - Aksi unjuk rasa ribuan buruh di Kota Bandung pada peringatan Hari Buruh dikotori ulah ratusan remaja berpakaian serba hitam. Mereka diduga menyusup ke dalam aksi buruh dan melakukan tindakan vandalisme.
Belum diketahui jelas dari mana mereka berasal. Namun, mereka yang umumnya remaja SMP, SMA, hingga mahasiswa itu diduga akan mengacaukan aksi unjuk rasa buruh yang dipusatkan di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung.
Dikhawatirkan menimbukan gesekan dengan para buruh, aparat kepolisian yang menjaga jalannya aksi buruh terpaksa mengamankan mereka. Terlebih, mereka juga diduga melakukan aksi vandalisme. Sedikitnya 150 remaja di antaranya berhasil diamankan.
"Sekelompok orang itu bukan buruh, identitas mereka hitam-hitam. Ada indikasi gesekan dengan buruh karena mereka mencoba menyusup," ungkap Kapolrestabes Bandung Kombes Irman Sugema di kawasan Monumen Perjuangan (Monju), Jalan Dipatiukur, Kota Bandung.
Menurut dia, selain mencoba menyusup, mereka juga melakukan aksi corat coret menggunakan pilox terhadap fasilitas umum dan kendaraan, termasuk kendaraan yang digunakan para buruh di kawasan Monju, tak jauh dari Gedung Sate. "Ada indikasi seperti itu, mereka bawa pilox, double stok dan alkohol juga," sebut Irman.
Kasatreskrim Polrestabes Bandung AKBP M Rifai menyebutkan, pihaknya mengamankan sedikitnya 150 remaja yang terlibat aksi vandalime dan penganiayaan. "Kita sedang mendata perusakan dan penganiayaan itu. Kita sudah amankan sebagian di kantor polisi dan di monumen (Monju)," katanya.
Pihaknya kini masih mendalami motif aksi ratusan remaja yang bertepatan dengan peringatan Hari Buruh ini. Sejauh ini, berdasarkan informasi yang diperoleh, ratusan remaja itu awalnya bergerak berkelompok dari Cikapayang menuju Gedung Sate. "Mereka menyusup, melakukan tindakan anarkis. Soal motif, masih kita dalami," katanya.
Sementara itu, hingga pukul 14.00 WIB, buruh terus berdatangan ke kawasan Gedung Sate di Jalan Diponegoro, Kota Bandung, untuk bergabung dengan ribuan buruh yang sejak pagi menggelar aksi unjuk rasa di depan pusat perkantoran pemerintahan Provinsi Jabar itu.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, sebelum berkumpul dan berunjuk rasa di kawasan Gedung Sate, ribuan buruh yang berasal dari berbagai serikat buruh itu sempat melakukan aksi longmarch dari kawasan Monju.
Selain menggelar orasi, mereka juga menyuarakan tuntutannya kepada pemerintah melalui berbagai media, seperti poster dan spanduk. Umumnya, mereka menuntut peningkatan kesejahteraan buruh, khususnya di Jabar. "Kita memperjuangkan kesejahteraan kaum buruh, bukan kepentingan atau suara-suara lainnya," tegas salah seorang orator.
Selain kesejahteraan, tuntutan lain yang disampaikan para buruh, yakni menuntut revisi Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 54 tahun 2018 tentang Tata Cara Penetapan dan Pelaksanaan Upah Minimum. Menurut mereka, Gubernur Jabar telah menjanjikan revisi pergub tersebut, namun hingga kini tak kunjung terealisasi.
Tidak hanya itu, mereka juga meminta Pemprov Jabar segera membuat peraturan daerah (perda) pengawasan ketenagakerjaan karena banyak perusahaan yang tidak melaksanakan aturan upah normatif akibat lemahnya pengawasan.
Belum diketahui jelas dari mana mereka berasal. Namun, mereka yang umumnya remaja SMP, SMA, hingga mahasiswa itu diduga akan mengacaukan aksi unjuk rasa buruh yang dipusatkan di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung.
Dikhawatirkan menimbukan gesekan dengan para buruh, aparat kepolisian yang menjaga jalannya aksi buruh terpaksa mengamankan mereka. Terlebih, mereka juga diduga melakukan aksi vandalisme. Sedikitnya 150 remaja di antaranya berhasil diamankan.
"Sekelompok orang itu bukan buruh, identitas mereka hitam-hitam. Ada indikasi gesekan dengan buruh karena mereka mencoba menyusup," ungkap Kapolrestabes Bandung Kombes Irman Sugema di kawasan Monumen Perjuangan (Monju), Jalan Dipatiukur, Kota Bandung.
Menurut dia, selain mencoba menyusup, mereka juga melakukan aksi corat coret menggunakan pilox terhadap fasilitas umum dan kendaraan, termasuk kendaraan yang digunakan para buruh di kawasan Monju, tak jauh dari Gedung Sate. "Ada indikasi seperti itu, mereka bawa pilox, double stok dan alkohol juga," sebut Irman.
Kasatreskrim Polrestabes Bandung AKBP M Rifai menyebutkan, pihaknya mengamankan sedikitnya 150 remaja yang terlibat aksi vandalime dan penganiayaan. "Kita sedang mendata perusakan dan penganiayaan itu. Kita sudah amankan sebagian di kantor polisi dan di monumen (Monju)," katanya.
Pihaknya kini masih mendalami motif aksi ratusan remaja yang bertepatan dengan peringatan Hari Buruh ini. Sejauh ini, berdasarkan informasi yang diperoleh, ratusan remaja itu awalnya bergerak berkelompok dari Cikapayang menuju Gedung Sate. "Mereka menyusup, melakukan tindakan anarkis. Soal motif, masih kita dalami," katanya.
Sementara itu, hingga pukul 14.00 WIB, buruh terus berdatangan ke kawasan Gedung Sate di Jalan Diponegoro, Kota Bandung, untuk bergabung dengan ribuan buruh yang sejak pagi menggelar aksi unjuk rasa di depan pusat perkantoran pemerintahan Provinsi Jabar itu.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, sebelum berkumpul dan berunjuk rasa di kawasan Gedung Sate, ribuan buruh yang berasal dari berbagai serikat buruh itu sempat melakukan aksi longmarch dari kawasan Monju.
Selain menggelar orasi, mereka juga menyuarakan tuntutannya kepada pemerintah melalui berbagai media, seperti poster dan spanduk. Umumnya, mereka menuntut peningkatan kesejahteraan buruh, khususnya di Jabar. "Kita memperjuangkan kesejahteraan kaum buruh, bukan kepentingan atau suara-suara lainnya," tegas salah seorang orator.
Selain kesejahteraan, tuntutan lain yang disampaikan para buruh, yakni menuntut revisi Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 54 tahun 2018 tentang Tata Cara Penetapan dan Pelaksanaan Upah Minimum. Menurut mereka, Gubernur Jabar telah menjanjikan revisi pergub tersebut, namun hingga kini tak kunjung terealisasi.
Tidak hanya itu, mereka juga meminta Pemprov Jabar segera membuat peraturan daerah (perda) pengawasan ketenagakerjaan karena banyak perusahaan yang tidak melaksanakan aturan upah normatif akibat lemahnya pengawasan.
(nag)