Ujian Nasional Berbasis Komputer Perkuat Integritas Siswa
A
A
A
MEDAN - Ujian nasional (UN) tingkat SMA/MA yang digelar hari ini tidak semata tes bagi siswa sekolah di tingkat akhir. Lebih dari itu, ujian yang kini sudah berbasis komputer atau ujian nasional berbasis komputer (UNBK) ini juga bisa menjadi sarana menguji integritas anak bangsa. Selain mengetahui hasil belajar siswa, UN juga sekaligus menjadi media pemetaan kualitas pendidikan di seluruh Indonesia.
Harapannya, UN bisa melahirkan generasi yang semakin percaya diri karena mereka dituntut jujur dalam menjawab soal yang diujikan. Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Didik Suhardi mengatakan, mayoritas ujian yang berlangsung di jenjang SMA tahun ini diseleng garakan dengan berbasis komputer. Menurutnya, dengan semakin banyaknya sekolah yang menyelenggarakan UNBK, maka integritas UN akan semakin tinggi.
“Insya Allah semakin banyak UNBK, integritas kita semakin tinggi,” katanya seusai menghadiri Gebyar Pendidikan dan Kebudayaan di Lapangan Benteng, Kota Medan, Sumatera Utara, kemarin. Didik menjelaskan, tahun ini sekitar 98% siswa SMA akan menjalani UNBK. Ini sejalan dengan target Kemendikbud yang mematok penyeleng garaan UNBK 100% di semua sekolah di Tanah Air. Ke mendikbud pun mengapresiasi pemerintah provinsi yang telah berhasil melaksanakan UNBK 100% tahun ini.
“Buat anak-anak siswa SMA, selamat melaksanakan ujian nasional. Semoga berjalan lancar. Kerjakan dengan semangat tinggi dengan teliti, dengan tenang, dan jangan terpengaruh kawannya. Kerjakan dengan kemampuan sendiri. Insya Allah jika dikerjakan dengan baik dan benar, maka akan sukses membangun citacita yang akan datang,” pesannya.
Selain di sekolah yang berada di bawah naungan Kemendikbud, UN juga digelar di madrasah aliyah (MA) yang berada di bawah kewenangan Kementerian Agama (Kemenag). Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Ditjen Pendidikan Islam Kemenag MA Umar mengatakan, tahun ini hampir 100% MA menggelar UNBK.
Menurutnya, total terdapat 8.125 MA yang akan menyelenggarakan UN. Dari jumlah itu, sebanyak 8.061 MA menggelar UNBK. Dia mengingatkan, UN tidak semata tes dan ujian. Lebih dari itu, UN juga menjadi sarana menguji integritas anakanak bangsa. Selain untuk mengetahui hasil belajar siswa, UN sekaligus menjadi media pemetaan kualitas pendidikan madrasah di seluruh Indonesia.
Kepada siswa MA dan MTs, Umar berpesan agar mempersiapkan diri dalam menghadapi UNBK dan UNKP. "Hindari perilaku yang kurang terpuji, UN insya Allah secara tak langsung mengajak siswa berprilaku jujur," ujarnya. Sementara itu, Kepala Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Bambang Suryadi menjelaskan, terkait distribusi soal UN, pihaknya telah berhasil melakukan sinkronisasi untuk mengunduh soal dari pusat ke server lokal.
Dia berharap tidak ada masalah pengunduhan token atau pun kendala lain seperti pemadaman listrik saat pelaksanaan UN. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud Totok Suprayitno memastikan, pada UN tahun ini Kemendikbud tidak mengubah persentase soal high or der thinking skills (HOTS) yakni tetap 10%. Hal ini dilakukan agar siswa bisa beradaptasi dengan soal bernalar tinggi terse but. Menurut Totok, tingkat kesulitan dan komposisi soal UN 2019 mirip dengan tahun lalu.
“HOTS untuk melatih siswa memahami konsep agar tidak hanya mampu sekadar menghafal soal ujian. Ini juga untuk melatih siswa berpikir kritis,” ujarnya beberapa waktu lalu. Lebih lanjut, Totok menuturkan, adanya soal berbasis HOTS ini juga untuk mengukur kelemahan dan kelebihan setiap sekolah pada setiap materi pembelajaran.
Sehingga proses pelatihan guru tidak lagi dilakukan secara umum, tetapi akan disesuaikan dengan hasil UN. Sebab salah satu tujuan UN ialah sebagai alat refleksi guru untuk memperbaiki keadaan. Selain itu, para guru tersebut juga didorong untuk bisa menyusun soal berbasis HOTS sehingga siswa terbiasa dan terpola untuk menyelesaikan masalah mengunakan cara berpikir kritis. Pengamat pendidikan dari Universitas Paramadina Totok Amin meminta siswa tidak perlu khawatir karena komposisi soal HOTS 2019 ini masih sama dengan UN 2018.
“Tingkat kesulitan dan komposisi soal UN 2019 ini mirip tahun lalu. Tingkat kesulitan biasa, ada yang mudah, sedang, agak sulit, dan sulit,” katanya. Totok mengatakan, UNBK berdampak positif pada integritas ujian nasional (UN). Sejak UN menggunakan komputer jaringan, kejujuran siswa di UN semakin baik.
Dia menambahkan, sudah ada pengukuran mengenai integritas UN yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud melalui Indeks Integritas UN (IIUN). Proses pengukuran yang sudah diterapkan sejak 2015 itu dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan UN. Totok menjelaskan, dengan keberadaan UNBK, siswa menjadi semakin percaya diri dan merasa lebih baik dalam menjawab.
“Siswa lebih percaya diri dan merasa lebih baik (mendapat) nilai jelek, tetapi jujur daripada bagus, tapi mencontek. Kalau bisa sih, nilai bagus dan jujur,” tuturnya. Yang tak kalah penting, kata Totok, adalah terkait materi soal HOTS yang tahun ini kembali menjadi diujikan.
Menurutnya, soal HOTS masih perlu dimasukkan sebab tipe soal bernalar tinggi tersebut sangat baik untuk mengetahui kemampuan siswa di luar mata pelajaran di sekolah. Sekadar di ketahui, HOTS merupakan soal bersifat analisis karena membutuhkan kreativitas, cara memecahkan masalah dan kritis, kolaborasi, serta komunikasi. Dia bahkan mengusulkan agar porsisoal HOTS bisa ditingkatkan dari saat ini 10% menjadi 33%.
“Setidaknya hingga sepertiga dari total soal. Kalau tahun lalu sempat diprotes karena dianggap sulit karena kurang sosialisasi,” ujar Totok. Totok juga berharap guru-guru terus dilatih soal HOTS di sekolah agar ilmu yang didapat gurunya itu bisa ditransfer kembali ke siswa sehingga siswa pun bisa menjawab soal HOTS dengan mudah di UN.
Menurut Totok, sebenarnya soal HOTS itu tidak terlalu asing di Indonesia karena survei Programme for International Student Assessment (PISA) dan Trends in International Maths and Science Study (TIMSS) pun menguji HOTS di metode surveinya. PISA merupakan sistem ujian yang diinisiasi oleh Organisation for Economic Coopera tion and Development (OECD) untuk mengevaluasi sistem pendidikan dari 72 negara di seluruh dunia.
Setiap tiga tahun siswa berusia 15 tahun dipilih secara acak untuk mengikuti tes dari tiga kompetensi dasar, yaitu membaca, matematika, dan sains. PISA mengukur apa yang diketahui siswa dan apa yang dapat dia lakukan (aplikasi) dengan pengetahuannya.
Diikuti2 Juta Siswa
Tahun ini UN di jenjang SMA/ MA digelar pada tanggal 1, 2, 4, dan 8 April 2019. Bagi peserta didik yang tidak dapat mengikuti UN pada tanggal yang ditentukan dapat mengikuti ujian susulan pada 15 dan 16 April 2019. Dari data Kemendikbud, jumlah siswa SMA/MA yang akan menjalani UN hari ini sebanyak 2.019.680. Siswa yang akan menjalani UNBK mencapai 1.975.524 (97,8%) dan yang UN berbasis kertas pensil (UNKP) sebanyak 44.156 (2,2%). Adapun sekolah yang menjalankan UNBK sebanyak 20.900 (96%) dan UNKP 800 sekolah (4%).
Selain itu, terdapat 22 provinsi yang sudah 100% menjalankan UNBK di jenjang SMA ini, yakni Aceh, Bali, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kali mantan Utara, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Utara.
Harapannya, UN bisa melahirkan generasi yang semakin percaya diri karena mereka dituntut jujur dalam menjawab soal yang diujikan. Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Didik Suhardi mengatakan, mayoritas ujian yang berlangsung di jenjang SMA tahun ini diseleng garakan dengan berbasis komputer. Menurutnya, dengan semakin banyaknya sekolah yang menyelenggarakan UNBK, maka integritas UN akan semakin tinggi.
“Insya Allah semakin banyak UNBK, integritas kita semakin tinggi,” katanya seusai menghadiri Gebyar Pendidikan dan Kebudayaan di Lapangan Benteng, Kota Medan, Sumatera Utara, kemarin. Didik menjelaskan, tahun ini sekitar 98% siswa SMA akan menjalani UNBK. Ini sejalan dengan target Kemendikbud yang mematok penyeleng garaan UNBK 100% di semua sekolah di Tanah Air. Ke mendikbud pun mengapresiasi pemerintah provinsi yang telah berhasil melaksanakan UNBK 100% tahun ini.
“Buat anak-anak siswa SMA, selamat melaksanakan ujian nasional. Semoga berjalan lancar. Kerjakan dengan semangat tinggi dengan teliti, dengan tenang, dan jangan terpengaruh kawannya. Kerjakan dengan kemampuan sendiri. Insya Allah jika dikerjakan dengan baik dan benar, maka akan sukses membangun citacita yang akan datang,” pesannya.
Selain di sekolah yang berada di bawah naungan Kemendikbud, UN juga digelar di madrasah aliyah (MA) yang berada di bawah kewenangan Kementerian Agama (Kemenag). Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Ditjen Pendidikan Islam Kemenag MA Umar mengatakan, tahun ini hampir 100% MA menggelar UNBK.
Menurutnya, total terdapat 8.125 MA yang akan menyelenggarakan UN. Dari jumlah itu, sebanyak 8.061 MA menggelar UNBK. Dia mengingatkan, UN tidak semata tes dan ujian. Lebih dari itu, UN juga menjadi sarana menguji integritas anakanak bangsa. Selain untuk mengetahui hasil belajar siswa, UN sekaligus menjadi media pemetaan kualitas pendidikan madrasah di seluruh Indonesia.
Kepada siswa MA dan MTs, Umar berpesan agar mempersiapkan diri dalam menghadapi UNBK dan UNKP. "Hindari perilaku yang kurang terpuji, UN insya Allah secara tak langsung mengajak siswa berprilaku jujur," ujarnya. Sementara itu, Kepala Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Bambang Suryadi menjelaskan, terkait distribusi soal UN, pihaknya telah berhasil melakukan sinkronisasi untuk mengunduh soal dari pusat ke server lokal.
Dia berharap tidak ada masalah pengunduhan token atau pun kendala lain seperti pemadaman listrik saat pelaksanaan UN. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud Totok Suprayitno memastikan, pada UN tahun ini Kemendikbud tidak mengubah persentase soal high or der thinking skills (HOTS) yakni tetap 10%. Hal ini dilakukan agar siswa bisa beradaptasi dengan soal bernalar tinggi terse but. Menurut Totok, tingkat kesulitan dan komposisi soal UN 2019 mirip dengan tahun lalu.
“HOTS untuk melatih siswa memahami konsep agar tidak hanya mampu sekadar menghafal soal ujian. Ini juga untuk melatih siswa berpikir kritis,” ujarnya beberapa waktu lalu. Lebih lanjut, Totok menuturkan, adanya soal berbasis HOTS ini juga untuk mengukur kelemahan dan kelebihan setiap sekolah pada setiap materi pembelajaran.
Sehingga proses pelatihan guru tidak lagi dilakukan secara umum, tetapi akan disesuaikan dengan hasil UN. Sebab salah satu tujuan UN ialah sebagai alat refleksi guru untuk memperbaiki keadaan. Selain itu, para guru tersebut juga didorong untuk bisa menyusun soal berbasis HOTS sehingga siswa terbiasa dan terpola untuk menyelesaikan masalah mengunakan cara berpikir kritis. Pengamat pendidikan dari Universitas Paramadina Totok Amin meminta siswa tidak perlu khawatir karena komposisi soal HOTS 2019 ini masih sama dengan UN 2018.
“Tingkat kesulitan dan komposisi soal UN 2019 ini mirip tahun lalu. Tingkat kesulitan biasa, ada yang mudah, sedang, agak sulit, dan sulit,” katanya. Totok mengatakan, UNBK berdampak positif pada integritas ujian nasional (UN). Sejak UN menggunakan komputer jaringan, kejujuran siswa di UN semakin baik.
Dia menambahkan, sudah ada pengukuran mengenai integritas UN yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud melalui Indeks Integritas UN (IIUN). Proses pengukuran yang sudah diterapkan sejak 2015 itu dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan UN. Totok menjelaskan, dengan keberadaan UNBK, siswa menjadi semakin percaya diri dan merasa lebih baik dalam menjawab.
“Siswa lebih percaya diri dan merasa lebih baik (mendapat) nilai jelek, tetapi jujur daripada bagus, tapi mencontek. Kalau bisa sih, nilai bagus dan jujur,” tuturnya. Yang tak kalah penting, kata Totok, adalah terkait materi soal HOTS yang tahun ini kembali menjadi diujikan.
Menurutnya, soal HOTS masih perlu dimasukkan sebab tipe soal bernalar tinggi tersebut sangat baik untuk mengetahui kemampuan siswa di luar mata pelajaran di sekolah. Sekadar di ketahui, HOTS merupakan soal bersifat analisis karena membutuhkan kreativitas, cara memecahkan masalah dan kritis, kolaborasi, serta komunikasi. Dia bahkan mengusulkan agar porsisoal HOTS bisa ditingkatkan dari saat ini 10% menjadi 33%.
“Setidaknya hingga sepertiga dari total soal. Kalau tahun lalu sempat diprotes karena dianggap sulit karena kurang sosialisasi,” ujar Totok. Totok juga berharap guru-guru terus dilatih soal HOTS di sekolah agar ilmu yang didapat gurunya itu bisa ditransfer kembali ke siswa sehingga siswa pun bisa menjawab soal HOTS dengan mudah di UN.
Menurut Totok, sebenarnya soal HOTS itu tidak terlalu asing di Indonesia karena survei Programme for International Student Assessment (PISA) dan Trends in International Maths and Science Study (TIMSS) pun menguji HOTS di metode surveinya. PISA merupakan sistem ujian yang diinisiasi oleh Organisation for Economic Coopera tion and Development (OECD) untuk mengevaluasi sistem pendidikan dari 72 negara di seluruh dunia.
Setiap tiga tahun siswa berusia 15 tahun dipilih secara acak untuk mengikuti tes dari tiga kompetensi dasar, yaitu membaca, matematika, dan sains. PISA mengukur apa yang diketahui siswa dan apa yang dapat dia lakukan (aplikasi) dengan pengetahuannya.
Diikuti2 Juta Siswa
Tahun ini UN di jenjang SMA/ MA digelar pada tanggal 1, 2, 4, dan 8 April 2019. Bagi peserta didik yang tidak dapat mengikuti UN pada tanggal yang ditentukan dapat mengikuti ujian susulan pada 15 dan 16 April 2019. Dari data Kemendikbud, jumlah siswa SMA/MA yang akan menjalani UN hari ini sebanyak 2.019.680. Siswa yang akan menjalani UNBK mencapai 1.975.524 (97,8%) dan yang UN berbasis kertas pensil (UNKP) sebanyak 44.156 (2,2%). Adapun sekolah yang menjalankan UNBK sebanyak 20.900 (96%) dan UNKP 800 sekolah (4%).
Selain itu, terdapat 22 provinsi yang sudah 100% menjalankan UNBK di jenjang SMA ini, yakni Aceh, Bali, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kali mantan Utara, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Utara.
(don)