Status Gunung Anak Krakatau Diturunkan Jadi Waspada
A
A
A
SERANG - Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menurunkan status Gunung Anak Krakatau dari level III atau siaga menjadi level II atau Waspada. Meskipun diturunkan, masyarakat tetap dilarang mendekati Gunung Anak Krakatau dengan radius aman 2 kilometer.
Kepala Badan geologi, Rudy Suhendar mengatakan, hasil pengamatan dan analisis data visual maupun instrumental hingga tanggal 25 Maret 2019, tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau cenderung menurun walaupun berfluktuasi kecil. "Tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau cenderung menurun walaupun berfluktuasi kecil," ujarnya dalam keterangan persnya, Senin (25/3/2019).
Rudy menambahkan, secara visual Gunung Anak Krakatau, pasca periode erupsi intensif sejak Juni 2018 hingga 9 Januari 2019, masih mengeluarkan letusan asap putih uap air dengan tinggi kolom asap maksimal mencapai 1.000 meter di atas puncak. Sedangkan berdasarkan pengamatan energi tremor cenderung menurun walaupun berfluktuatif serta tidak memperlihatkan indikasi deformasi yang signifikan pada tubuh gunungapi.
Untuk itu, pihaknya merekomendasi agar masyarakat, pengunjung, dan wisatawan tidak beraktivitas dalam radius 2 km dari kawah aktif Gunung Anak Krakatau, yaitu di dalam pulau Gunung Anak Krakatau. "Masyarakat di wilayah pantai Provinsi Banten dan Lampung harap tenang dan jangan mempercayai isu-isu tentang erupsi Gunung Krakatau yang akan menyebabkan tsunami, serta dapat melakukan kegiatan seperti biasa dengan senantiasa mengikuti arahan BPBD setempat," ujarnya.
Rudy menjelaskan, Gunungapi Anak Krakatau merupakan salah satu gunungapi aktif yang berada di Selat Sunda, muncul di antara Pulau Panjang, Pulau Sertung dan Pukau Rakata (Komplek Vulkanik Gunung Krakatau). Gunungapi Anak Krakatau sejak pemunculannya tanggal 11 Juni 1927 hingga 2019, telah mengalami erupsi lebih dari 120 kali dengan waktu istirahat berkisar antara 1 - 6 tahun.
Erupsi selama lima tahun terakhir adalah letusan abu dan aliran lava. Pada Juni- Desember 2018 erupsi menerus terjadi beberapa kali dengan intensitas energi tremor erupsi terkuatnya terjadi pada bulan September.
Pada 22 Desember 2018 aktivitas meningkat kembali, dengan terekamnya tremor vulkanik menerus yang berasosiasi dengan letusan menerus, serta letusan surtseyan pada 28 Desember 2018. Sehingga pada tanggal 27 Desember 2018, tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau dinaikkan dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga).
Kepala Badan geologi, Rudy Suhendar mengatakan, hasil pengamatan dan analisis data visual maupun instrumental hingga tanggal 25 Maret 2019, tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau cenderung menurun walaupun berfluktuasi kecil. "Tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau cenderung menurun walaupun berfluktuasi kecil," ujarnya dalam keterangan persnya, Senin (25/3/2019).
Rudy menambahkan, secara visual Gunung Anak Krakatau, pasca periode erupsi intensif sejak Juni 2018 hingga 9 Januari 2019, masih mengeluarkan letusan asap putih uap air dengan tinggi kolom asap maksimal mencapai 1.000 meter di atas puncak. Sedangkan berdasarkan pengamatan energi tremor cenderung menurun walaupun berfluktuatif serta tidak memperlihatkan indikasi deformasi yang signifikan pada tubuh gunungapi.
Untuk itu, pihaknya merekomendasi agar masyarakat, pengunjung, dan wisatawan tidak beraktivitas dalam radius 2 km dari kawah aktif Gunung Anak Krakatau, yaitu di dalam pulau Gunung Anak Krakatau. "Masyarakat di wilayah pantai Provinsi Banten dan Lampung harap tenang dan jangan mempercayai isu-isu tentang erupsi Gunung Krakatau yang akan menyebabkan tsunami, serta dapat melakukan kegiatan seperti biasa dengan senantiasa mengikuti arahan BPBD setempat," ujarnya.
Rudy menjelaskan, Gunungapi Anak Krakatau merupakan salah satu gunungapi aktif yang berada di Selat Sunda, muncul di antara Pulau Panjang, Pulau Sertung dan Pukau Rakata (Komplek Vulkanik Gunung Krakatau). Gunungapi Anak Krakatau sejak pemunculannya tanggal 11 Juni 1927 hingga 2019, telah mengalami erupsi lebih dari 120 kali dengan waktu istirahat berkisar antara 1 - 6 tahun.
Erupsi selama lima tahun terakhir adalah letusan abu dan aliran lava. Pada Juni- Desember 2018 erupsi menerus terjadi beberapa kali dengan intensitas energi tremor erupsi terkuatnya terjadi pada bulan September.
Pada 22 Desember 2018 aktivitas meningkat kembali, dengan terekamnya tremor vulkanik menerus yang berasosiasi dengan letusan menerus, serta letusan surtseyan pada 28 Desember 2018. Sehingga pada tanggal 27 Desember 2018, tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau dinaikkan dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga).
(wib)