Pemkab Musi Banyuasin Dorong Petani Karet Gabung di UPPB Karet
A
A
A
SEKAYU - Bupati Dodi Reza Alex Noerdin dan Wakil Bupati Beni Hernedi terus berupaya meningkatkan harga karet di Musi Banyuasin. Selain melalui terobosan penerapan aspal karet, Pemkab Muba juga banyak membentuk unit pengolahan dan pemasaran bahan (UPPB) karet.
Terobosan pembangunan jalan berbahan aspal karet sudah dilakukan di Desa Mulyorejo B4 Kecamatan Sungai Lilin pada tahun 2018 lalu. Pada tahap awal, pembangunan aspal berbahan campuran karet diterapkan di jalan sepanjang 465 meter dan mampu menyerap 8,49 ton karet milik petani rakyat. Ini menginspirasi Presiden Joko Widodo untuk menginstruksikan seluruh daerah supaya menerapkan pembangunan jalan aspal berbahan karet.
Sedangkan untuk pembentukan Unit Pengolahan dan Pemasaran Bahan (UPPB) karet rakyat, 56 dari 152 UPPB yang ada di Sumatera Selatan, berada di Musi Banyuasin.
"Hasil dialog saya dengan petani karet terungkap bahwa masih banyak petani yang belum bergabung dengan UPPB terkendala karena dirinya sudah terikat dengan tengkulak. Ada pula faktor lainnya, seperti kurangnya informasi yang diterima petani terkait UPPB dan manfaatnya, ke depan saya berharap petani bisa bergabung dengan UPPB yang ada di Muba," ujar Wakil Bupati Muba Beni Hernedi di sela berkunjung ke UPPB Desa Supat, Minggu (10/3/2019).
Beni menyebutkan, dirinya sangat mendukung dan mendorong terbentuknya UPPB di desa-desa khususnya di pedesaan penghasil karet karena keberadaan UPPB menjadi penting bagi posisi tawar petani karet.
"UPPB menerapkan sistem lelang sehingga harga tertinggi yang ditawarkan pembeli lah yang dipilih petani. Dari UPPB supat terlihat bahwa Perbedaannya bisa Rp2.000 sampai Rp3.000 per kilogram. Jika petani yang menjual langsung ke pengepul hanya menerima Rp5.000 per kilogram, sementara di UPPB bisa terima Rp8.000 per kilogram," terangnya.
56 UPPB yang ada di Muba tersebar di 14 kecamatan guna mendukug perekonomian rakyat Muba yang mayoritas digerakkan oleh sektor komoditas perkebunan karet. Karena itu, Beni menegaskan, kekuatan posisi tawar petani diiringi kualitas karet yang baik tentu harus menjadi fokus utama yang harus dikerjakan bersama-sama oleh semua elemen masyarakat Muba. "Yakin, kitek pacak kalu kitek serasan sekate (kita bisa kalau kita seiya sekata)," tegasnya. .
Hidayat Lismanto, petani dari UPPB Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin, mengatakan, dia mampu menjual bokar senilai Rp9.736 per kilogram.
"Kalau tidak bergabung di UPPB harga jual bisa jauh lebih rendah, bahkan ada petani yang jual cuma Rp6.500 per kilogram," katanya.
Hidayat berharap pemerintah bisa merangsang petani lainnya untuk mau bergabung di UPPB dengan memberikan semacam penghargaan bagi mereka yang bergabung. "Supaya yang lain tertarik karena masih banyak yang belum gabung, reward-nya bisa berupa pembeku karet dan lain lain," ujarnya.
Terobosan pembangunan jalan berbahan aspal karet sudah dilakukan di Desa Mulyorejo B4 Kecamatan Sungai Lilin pada tahun 2018 lalu. Pada tahap awal, pembangunan aspal berbahan campuran karet diterapkan di jalan sepanjang 465 meter dan mampu menyerap 8,49 ton karet milik petani rakyat. Ini menginspirasi Presiden Joko Widodo untuk menginstruksikan seluruh daerah supaya menerapkan pembangunan jalan aspal berbahan karet.
Sedangkan untuk pembentukan Unit Pengolahan dan Pemasaran Bahan (UPPB) karet rakyat, 56 dari 152 UPPB yang ada di Sumatera Selatan, berada di Musi Banyuasin.
"Hasil dialog saya dengan petani karet terungkap bahwa masih banyak petani yang belum bergabung dengan UPPB terkendala karena dirinya sudah terikat dengan tengkulak. Ada pula faktor lainnya, seperti kurangnya informasi yang diterima petani terkait UPPB dan manfaatnya, ke depan saya berharap petani bisa bergabung dengan UPPB yang ada di Muba," ujar Wakil Bupati Muba Beni Hernedi di sela berkunjung ke UPPB Desa Supat, Minggu (10/3/2019).
Beni menyebutkan, dirinya sangat mendukung dan mendorong terbentuknya UPPB di desa-desa khususnya di pedesaan penghasil karet karena keberadaan UPPB menjadi penting bagi posisi tawar petani karet.
"UPPB menerapkan sistem lelang sehingga harga tertinggi yang ditawarkan pembeli lah yang dipilih petani. Dari UPPB supat terlihat bahwa Perbedaannya bisa Rp2.000 sampai Rp3.000 per kilogram. Jika petani yang menjual langsung ke pengepul hanya menerima Rp5.000 per kilogram, sementara di UPPB bisa terima Rp8.000 per kilogram," terangnya.
56 UPPB yang ada di Muba tersebar di 14 kecamatan guna mendukug perekonomian rakyat Muba yang mayoritas digerakkan oleh sektor komoditas perkebunan karet. Karena itu, Beni menegaskan, kekuatan posisi tawar petani diiringi kualitas karet yang baik tentu harus menjadi fokus utama yang harus dikerjakan bersama-sama oleh semua elemen masyarakat Muba. "Yakin, kitek pacak kalu kitek serasan sekate (kita bisa kalau kita seiya sekata)," tegasnya. .
Hidayat Lismanto, petani dari UPPB Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin, mengatakan, dia mampu menjual bokar senilai Rp9.736 per kilogram.
"Kalau tidak bergabung di UPPB harga jual bisa jauh lebih rendah, bahkan ada petani yang jual cuma Rp6.500 per kilogram," katanya.
Hidayat berharap pemerintah bisa merangsang petani lainnya untuk mau bergabung di UPPB dengan memberikan semacam penghargaan bagi mereka yang bergabung. "Supaya yang lain tertarik karena masih banyak yang belum gabung, reward-nya bisa berupa pembeku karet dan lain lain," ujarnya.
(akn)