Melihat Swadaya Masyarakat Boyolali Bangun Fasilitas Air Bersih

Kamis, 07 Maret 2019 - 15:37 WIB
Melihat Swadaya Masyarakat...
Melihat Swadaya Masyarakat Boyolali Bangun Fasilitas Air Bersih
A A A
BOYOLALI - Danone-AQUA berkolaborasi dengan Water.org mengembangkan inovasi peningkatan akses air dan sanitasi melalui kredit mikro dari lembaga keuangan (Water Credit). Langkah ini untuk mendukung target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 pemerintah dalam mencapai akses universal 100-0-100 yakni 100% akses air bersih, 0% pemukiman kumuh dan 100% sanitasi

“Skema Water Credit yang dipelopori oleh water.org. Skema ini mendorong lembaga keuangan mikro untuk mengembangkan dan meluncurkan produk keuangan dalam pembangunan air dan sanitasi,” kata Senior Program Manager Water.org, Rachmad Hidayad didampingi Kepala Satuan Kerja Pengembangan Air Minum Berbasis Masyarakat, Direktorat Pegembangan Sistem Penyediaan Air Mimu, Dirjen Cipta Karya, Kementerian PUPR Abdul Hakam, dan Sustainable Development Director Danone Indonesia Karyanto Wibowo saat kunjungan ke Kelompok Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (SPAMS) Perdesaan di Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (6/3/2019).

Sejak diluncurkan pada tahun 2016, kerja sama ini telah berjalan di Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan melibatkan 3 lembaga keuangan yang telah menyalurkan pinjaman bagi 18 Kelompok SPAMS di 18 Desa.

Tempat yang pertama dikunjungi yakni Desa Juwangi, Kabupaten Boyolali. Kepala Desa Juwangi Agus mengatakan, dulu sebelum ada Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas), warga desa susah sekali mencari titik mata air. Kalaupun ada tapi jauh dari pemukiman warga dan warga harus antre mulai dari jam 02.00 dini hari.

“Alhamdulillah sejak ada Pamsimas kebutuhan warga akan air tercukupi. Contoh lainnya adalah, dulu kalo warga mau buang air besar (BAB) maka warga lari ke hutan, karena tidak ada fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK). Kini warga sudah punya MCK sendiri masing-masing di rumahnya dan tidak lagi BAB di hutan,” ungkap Agus.

Ketua Kelompok Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum (KPSPAMS) Jolotundo Desa Juwangi Karmidi menceritakan pada awalnya pada tahun 2008 dapat bantuan untuk membangun sumur bor dan tower air yang dapat mengaliri ke 254 saluran rumah (SR).

Kemudian KPSPAMS Jolotundo mengembangkannya pada tahun 2014 dengan menambah sebanyak 190 SR sehingga jumlahnya jadi 440 SR di akhir 2014.

Setelah itu, dengan dibantu Water.org, KPSPAMS Jolotundo mengajukan pinjaman Rp50 juta ke bank Boyolali pada akhir 2017 untuk pengembangan fasilitas SPAMS.

“Dengan bantuan pinjaman ini kami berhasil meningkatkan jumlah pelanggan. Sekarang jumlah pelanggan ada 525 SR, jumlah sistem 1 sistem (sumur bor dan reservoir),” jelas Karmidi.

Dia mengatakan, peran water.org adalah membantu memfasilitasi warga dengan pihak perbankan. Sehingga warga bisa mengajukan pinjaman untuk pembangunan Pamsimas dengan syarat yang ringan dan tidak dibebani agunan. Hanya memerlukan naskah kesepahaman (MOU) water.org dengan BPR Bank Boyolali dan pengelola SPAMS.

Dana pinjaman kredit dari BPR Bank Boyolali digunakan untuk pengeboran sumur air baru sebesar Rp13 juta, pembangunan rumah panel Rp10 juta, pembelian alat berupa pompa dan sejumlah panel sebesar Rp17 juta, dan pembayaran biaya listrik sekitar Rp5 juta pada tahap awal pengoperasian.

“Adapun iuran yang didapat dari warga yang telah memanfaatkan fasilitas air bersih setiap bulannya antara Rp8 juta-Rp10 juta, tergantung pemakaian,” kata Karmidi.

Setelah meninjau KPSPAM S Jolotundo, selanjutnya rombongan mengunjungi KPSPAMS Tirto Mukti di Desa Sumberagung, Kecamatan Klego, Boyolali.

Ketua KPSPAMS Tirto Mukti Gunadi menjelaskan, Desa Sumberagung terbagi atas 14 dukuh dengan mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Desa Sumberagung kini telah memanfaatkan air tanah dalam sebagai sumber utama air bersih. Pada tahun 2008, desa ini mendapat kan bantuan program Pamsimas dari pemerintah untuk pembangunan infrastruktur penyediaan air minum perdesaan.

KPSPAMS Tirto Mukti terbentuk sejak 2008 dan hingga Januari 2019 sudah melayani total 1015 SR. Jumlah sistem yang dimiliki adalah 15 sumur bor dan 9 reservoir air, tarif air Rp1.500 per M3, biaya administrasi Rp4.000 per SR per bulan.

Pinjaman sebesar Rp50 juta yang didapat dari Bank Boyolali, digunakan untuk membangun pompa air dan tower baru. Sehingga dapat menambah sambungan air ke 186 saluran rumah (SR) baru.

“Biaya yang kami keluarkan untuk operasional tiap bulannya, yakni bayar listrik berkisar Rp10 juta-Rp11 juta, bayar cicilan kredit ke BPR Bank Boyolali sebesar Rp1,12 juta dan biaya tenaga pengukur meteran air, Rp1.500 per SR. Sedangkan pemasukan dari warga yang jadi pelanggan Rp18 juta-Rp19 juta tergantung pemakaian air. Jadi kurang lebih sisa yang masuk saldo kas bersihnya sekitar 5 juta. Pada akhir bulan kemarin kami punya saldo kas Rp17 juta tapi kemudian kami gunakan untuk pembuatan sambungan saluran air baru ke warga yang belum terakses air bersih. Sisa saldo sengaja tidak banyak demi terus perbanyak sambungan baru,” urai Gunadi.

Direktur Utama BPR Bank Boyolali Dono Sri Hananto mengatakan, pihaknya sudah merespons positif untuk pembiayaan pengadaan air masyarakat kerja sama dengan water.org dan Danone. Di Boyolali terdata ada sebanyak 100 lebih KPSPAMS dan sebagian besar sudah berjalan mandiri.

Untuk mendukung program pemerintah RPJMN air bersih, pihaknya memberikan pinjaman kredit maksimal plafon Rp50 juta dengan persyaratan ringan, digunakan untuk pembangunan reservoir dan pengeboran sumur.

“Sejauh ini baru ada 5 KPSPAMS yang diberikan kucuran kredit dengan masing-masing Rp50 juta, sehingga total sudah Rp250 juta yang disalurkan. Uniknya hingga kini tidak ada NPL dari kredit air ini,” kata Dono.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1425 seconds (0.1#10.140)