Setahun Dibuka, 57 Ribu Wisatawan Kunjungi Museum Multatuli
A
A
A
LEBAK - Setahun berdiri, Museum Multatuli di Kabupaten Lebak sudah dikunjungi sebanyak 57 ribu orang. Museum antikolonial pertama di Indonesia ini bahkan sudah dikunjungi wisatawan mancanegara dari 25 negara.
Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya mengatakan, sejak berdiri pada tanggal 11 Februari 2018 yang lalu itu ada 57.945 wisatawan lokal dan 250 wisatawan mancanegara yang sudah mengunjungi Museum Multatuli.
"Ada sekitar 57 ribu lebih mengunjungi ke sini (Museum Multatuli). Ini sejalan dengan konsentrasi kita terhadap pengembangan pariwisata," kata Iti saat menghadiri acara setahun Museum Multatuli, Kamis (21/2/2019).
Guna meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Lebak, Iti akan membuat konsep city tour dan one day trip dengan target 1 juta wisatawan. City tour akan mengunjungi lokasi wisata seperti Museum Multatuli, Makam Pahlawan, cagar budaya, wisata kuliner dan yang lainnya.
"Kita harap pariwisata jadi trigger. Bisa jadi pavorite keunggulan di Banten. Lebak ada baduy, ada batik, budaya sabaki, ada kasepuhan banten kidul, ada 19 kasepuhan. Ada seren tahun, ada seba baduy," ujarnya.
Sebagai catatan, Pada 21 Januari 1856, Multatuli alias Eduard Douwes Dekker pertama kali tiba di Rangkasbitung. Bertugas sebagai Asisten Residen Lebak. Tidak kurang dari 84 hari ia bekerja di Rangkasbitung lalu mengundurukan diri setelah berselisih paham dengan atasannya.
Multatuli kemudian pergi menuju Belgia dan menuliskan kegelisahannya dalam bentuk roman berjudul Max Havelaar.
Museum Multatuli mengambil inisiatif sebagai museum antikolonial pertama di Indonesia. Museum yang berlokasi di Jl. Alun-Alun Timur No. 8 Rangkasbitung ini menempati bangunan cagar budaya eks rumah Wedana Rangkasbitung yang dibangun tahun 1923.
Museum Multatuli dibuka dengan tujuan untuk menjadi wahana pembelajaran sejarah bagi masyarakat, sarana rekreasi sejarah yang mudah terjangkau.
Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya mengatakan, sejak berdiri pada tanggal 11 Februari 2018 yang lalu itu ada 57.945 wisatawan lokal dan 250 wisatawan mancanegara yang sudah mengunjungi Museum Multatuli.
"Ada sekitar 57 ribu lebih mengunjungi ke sini (Museum Multatuli). Ini sejalan dengan konsentrasi kita terhadap pengembangan pariwisata," kata Iti saat menghadiri acara setahun Museum Multatuli, Kamis (21/2/2019).
Guna meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Lebak, Iti akan membuat konsep city tour dan one day trip dengan target 1 juta wisatawan. City tour akan mengunjungi lokasi wisata seperti Museum Multatuli, Makam Pahlawan, cagar budaya, wisata kuliner dan yang lainnya.
"Kita harap pariwisata jadi trigger. Bisa jadi pavorite keunggulan di Banten. Lebak ada baduy, ada batik, budaya sabaki, ada kasepuhan banten kidul, ada 19 kasepuhan. Ada seren tahun, ada seba baduy," ujarnya.
Sebagai catatan, Pada 21 Januari 1856, Multatuli alias Eduard Douwes Dekker pertama kali tiba di Rangkasbitung. Bertugas sebagai Asisten Residen Lebak. Tidak kurang dari 84 hari ia bekerja di Rangkasbitung lalu mengundurukan diri setelah berselisih paham dengan atasannya.
Multatuli kemudian pergi menuju Belgia dan menuliskan kegelisahannya dalam bentuk roman berjudul Max Havelaar.
Museum Multatuli mengambil inisiatif sebagai museum antikolonial pertama di Indonesia. Museum yang berlokasi di Jl. Alun-Alun Timur No. 8 Rangkasbitung ini menempati bangunan cagar budaya eks rumah Wedana Rangkasbitung yang dibangun tahun 1923.
Museum Multatuli dibuka dengan tujuan untuk menjadi wahana pembelajaran sejarah bagi masyarakat, sarana rekreasi sejarah yang mudah terjangkau.
(nag)