Gerombolan Remaja yang Meresahkan Warga Tangsel Dicokok

Gerombolan Remaja yang Meresahkan Warga Tangsel Dicokok
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Polres Tangerang Selatan (Tangsel) menciduk 11 pemuda yang diduga merupakan gerombolan remaja yang menenteng celurit dan pedang di kawasan Anggrek Loka, BSD City, Serpong, beberapa waktu lalu. Video aksi mereka sempat viral sehingga meresahkan warga Tangsel.
"Dari upaya penyelidikan dan penyidikan di lapangan, diperoleh identitas tersangka yang terekam dalam video itu. Akhirnya bisa kami amankan 11 orang, 8 diantaranya masih berusia di bawah umur," ungkap Kapolres Tangsel, AKBP Ferdy Irawan, di Polres Tangsel, Senin (28/1/2019).
Adapun remaja yang diamankan yakni ADS (15), siswa SMP Al-Hasanah Rawa belong, Jakarta Barat. Dia terekam dalam video membawa sebilah celurit. Kemudian FR (16), siswa SMA Budi Luhur, Petukangan, Jakarta Selatan. Dia terekam dalam video membawa stik golf. (Baca juga: Konvoi Remaja Bawa Celurit dan Pedang Resahkan Warga Tangsel)
Lalu, Stevanus Septiawan (19), mahasiswa Universitas Budi Luhur, Jakarta Pusat. Perannya merekam aksi melalui kamera handphone. F (17), perannya menyebarluaskan video yang direkam di media sosial, serta Ary Saputra (19), ikut serta dalam rombongan.
Selanjutnya, KJ (17), siswa SMK Global Informatika, Kreo Selatan, Kota Tangerang. Perannya sebagai inisiator kegiatan di jalanan tersebut. EP (18), siswa SMA di Jakarta Barat; AF (17), siswa SMA 12 Kota Tangerang; MVS (16); MAR (16), dan MRR (15), perannya ikut serta.
"Karena sebagian besar masih berusia di bawah umur, maka kami berkoordinasi pula dengan P2TP2A dan Bapas dalam pemeriksaannya," kata Ferdy.
Dari pemeriksaan polisi, ternyata pelaku berinisial ADS merupakan penderita tumor intrasella. Sedangkan pelaku berinisial FR, tengah menjalani hukuman penjara di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Salemba, Jakarta Pusat.
"Tersangka FR adalah terpidana kasus tawuran yang menyebabkan korbannya meninggal dunia. Kasusnya ditangani Polsek Pesanggarahan (Jaksel)," kata Ferdy. (Baca juga: Genk Bermotor Serang Warga dan Jarah Toko Kelontong)
Sebagian besar pelaku tidak berdomisili di wilayah Kota Tangsel. Mereka sengaja melakukan aksi tersebut untuk menguji ilmu beladiri yang diperoleh dari Padepokan silat Banaspati.
"Jadi aksi bergerombol di jalanan itu dilakukan setelah selesai latihan di padepokan silat. Niatnya untuk menguji ilmu yang didapat di sana," ucapnya.
Atas perbuatannya, mereka dijerat Pasal 2 ayat (1) UU Darurat Nomor 12/1951 dengan ancaman 10 tahun penjara. Adapun pelaku yang terlibat menyebarluaskan video turut dijerat Pasal 45B UU Nomor 19/2016 tentang perubahan atas UU Nomor 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dengan ancaman hukuman empat tahun.
"Dari upaya penyelidikan dan penyidikan di lapangan, diperoleh identitas tersangka yang terekam dalam video itu. Akhirnya bisa kami amankan 11 orang, 8 diantaranya masih berusia di bawah umur," ungkap Kapolres Tangsel, AKBP Ferdy Irawan, di Polres Tangsel, Senin (28/1/2019).
Adapun remaja yang diamankan yakni ADS (15), siswa SMP Al-Hasanah Rawa belong, Jakarta Barat. Dia terekam dalam video membawa sebilah celurit. Kemudian FR (16), siswa SMA Budi Luhur, Petukangan, Jakarta Selatan. Dia terekam dalam video membawa stik golf. (Baca juga: Konvoi Remaja Bawa Celurit dan Pedang Resahkan Warga Tangsel)
Lalu, Stevanus Septiawan (19), mahasiswa Universitas Budi Luhur, Jakarta Pusat. Perannya merekam aksi melalui kamera handphone. F (17), perannya menyebarluaskan video yang direkam di media sosial, serta Ary Saputra (19), ikut serta dalam rombongan.
Selanjutnya, KJ (17), siswa SMK Global Informatika, Kreo Selatan, Kota Tangerang. Perannya sebagai inisiator kegiatan di jalanan tersebut. EP (18), siswa SMA di Jakarta Barat; AF (17), siswa SMA 12 Kota Tangerang; MVS (16); MAR (16), dan MRR (15), perannya ikut serta.
"Karena sebagian besar masih berusia di bawah umur, maka kami berkoordinasi pula dengan P2TP2A dan Bapas dalam pemeriksaannya," kata Ferdy.
Dari pemeriksaan polisi, ternyata pelaku berinisial ADS merupakan penderita tumor intrasella. Sedangkan pelaku berinisial FR, tengah menjalani hukuman penjara di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Salemba, Jakarta Pusat.
"Tersangka FR adalah terpidana kasus tawuran yang menyebabkan korbannya meninggal dunia. Kasusnya ditangani Polsek Pesanggarahan (Jaksel)," kata Ferdy. (Baca juga: Genk Bermotor Serang Warga dan Jarah Toko Kelontong)
Sebagian besar pelaku tidak berdomisili di wilayah Kota Tangsel. Mereka sengaja melakukan aksi tersebut untuk menguji ilmu beladiri yang diperoleh dari Padepokan silat Banaspati.
"Jadi aksi bergerombol di jalanan itu dilakukan setelah selesai latihan di padepokan silat. Niatnya untuk menguji ilmu yang didapat di sana," ucapnya.
Atas perbuatannya, mereka dijerat Pasal 2 ayat (1) UU Darurat Nomor 12/1951 dengan ancaman 10 tahun penjara. Adapun pelaku yang terlibat menyebarluaskan video turut dijerat Pasal 45B UU Nomor 19/2016 tentang perubahan atas UU Nomor 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dengan ancaman hukuman empat tahun.
(thm)