Lokasi Longsor Cisolok Memang Rawan Pergerakan Tanah
A
A
A
SUKABUMI - Lokasi longsor yang menimbun sedikitnya 30 rumah di Kampung Cimapag, Desa Sinaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, adalah kawasan rawan longsor. Daerah tersebut termasuk zona menengah dan tinggi untuk pergerakan tanah.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kasbani mengatakan, berdasarkan peta potensi terjadi gerakan tanah Kabupaten Sukabumi Desember 2018 (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), daerah bencana sebagian besar masuk ke dalam zona kerentanan gerakan tanah menengah-tinggi.
"Artinya daerah ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal. Terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan dan gerakan tanah lama dapat aktif kembali," kata Kasbani dalam siaran persnya, Selasa (1/1/2019).
Menurut dia, faktor penyebab terjadinya gerakan tanah di Sukabumi diperkirakan karena hujan dengan intensitas tinggi yang turun sebelum kejadian gerakan tanah. Kemudian, kondisi kemiringan lereng yang terjal, ditambah material penyusun lereng yang bersifat poros dan mudah menyerap air.
Dia mengatakan, daerah tersebut masih sangat rawan terjadi gerakan tanah. Apalagi, bukit di daerah tersebut mempunyai kemiringan lereng maksimal 30 derajat. "Tim tanggap darurat siap melakukan pemeriksaan bencana gerakan ke lokasi bencana," ujarnya.
Tim tersebut, kata dia, akan melakukan evaluasi bencana di sekitar lokasi terhadap potensi longsoran susulan. Tim juga akan memberikan rekomendasi teknis penanggulangan dan sosialisasi langsung masyarakat dan aparat pemerintah daerah di lokasi bencana.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kasbani mengatakan, berdasarkan peta potensi terjadi gerakan tanah Kabupaten Sukabumi Desember 2018 (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), daerah bencana sebagian besar masuk ke dalam zona kerentanan gerakan tanah menengah-tinggi.
"Artinya daerah ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal. Terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan dan gerakan tanah lama dapat aktif kembali," kata Kasbani dalam siaran persnya, Selasa (1/1/2019).
Menurut dia, faktor penyebab terjadinya gerakan tanah di Sukabumi diperkirakan karena hujan dengan intensitas tinggi yang turun sebelum kejadian gerakan tanah. Kemudian, kondisi kemiringan lereng yang terjal, ditambah material penyusun lereng yang bersifat poros dan mudah menyerap air.
Dia mengatakan, daerah tersebut masih sangat rawan terjadi gerakan tanah. Apalagi, bukit di daerah tersebut mempunyai kemiringan lereng maksimal 30 derajat. "Tim tanggap darurat siap melakukan pemeriksaan bencana gerakan ke lokasi bencana," ujarnya.
Tim tersebut, kata dia, akan melakukan evaluasi bencana di sekitar lokasi terhadap potensi longsoran susulan. Tim juga akan memberikan rekomendasi teknis penanggulangan dan sosialisasi langsung masyarakat dan aparat pemerintah daerah di lokasi bencana.
(sms)