Tujuh Jalur Penerbangan Terkena Dampak Aktivitas Krakatau
A
A
A
JAKARTA - Sebanyak tujuh jalur penerbangan dipastikan terdampak aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau. Dengan kondisi tersebut, Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan (Perum LPPNPI) atau AirNav Indonesia memutuskan melakukan penutupan dan pengalihan jalur penerbangan di wilayah yang terdampak sebaran debu vulkanik tersebut.
“Setelah melalui wilayah tersebut, pesawat akan kembali ke jalur penerbangan normal. Dan hal ini tidak mengakibatkan pembatalan jadwal penerbangan,” kata Corporate Secretary AirNav Indonesia Didiet KS Radityo di Jakarta, kemarin.
Pengalihan penerbangan tersebut dilakukan setelah AirNav Indonesia menerbitkan Notice to Airmen (NOTAM) nomor A5446/18 yang memberikan informasi mengenai sejumlah jalur penerbangan terdampak terkait aktivitas Gunung Anak Krakatau pada Kamis siang kemarin.
Meski demikian, dampak abu vulkanik Gunung Anak Krakatau tidak mengganggu penerbangan sehingga pelayanan navigasi serta lalu lintas penerbangan berjalan aman dan normal. Didiet menuturkan, berdasar hasil koordinasi dengan BMKG dan PVMBG serta pengamatan Darwin Volcanic Ash Advisory Center (DVAAC), sejauh ini semburan debu vulkanik dari Gunung Anak Krakatau bergerak ke barat daya dengan kecepatan 45 knot dan bergerak ke arah timur laut dengan kecepatan 15 knot.
Dengan demikian, sebaran abu ini masih berjarak aman dari dua bandara terdekat, yakni Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Raden Inten II Lampung. “Namun tetap, saat ini personel kami terus bersiaga terhadap aktivitas Gunung Anak Krakatau ini dan akan terus melaporkan perkembangan kondisi terkini melalui Notam yang akan terus diperbaharui,” ungkapnya.
Di sisi lain, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) secara intensif memantau operasional penerbangan yang bisa terdampak terhadap erupsi Gunung Anak Krakatau. Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Polana B. Pramesti mengatakan, pemantauan intensif diperlukan, selain karena peringatan PVMBG, aktivitas penerbangan selama masa angkutan udara Natal dan Tahun Baru 2019 juga sangat tinggi.
“Untuk itu, saya telah meminta Otoritas Bandara, Unit Penyelenggara Bandar Udara, dan semua stakeholder penerbangan untuk terus melakukan koordinasi dan siap siaga jika terjadi hal-hal mengganggu akti vitas penerbangan,” kata Polana di Jakarta, kemarin.
Kemenhub memastikan sampai saat ini belum mendapatkan Notam khusus penutupan bandara dari AirNav Indonesia selaku penyelenggara lalu lintas udara. Hanya saja, Airnav sudah mengeluarkan NOTAM A5440/18 perihal Penutupan dan Reroute terdampak Krakatau.
“Sejauh ini abu vulkanik dari Gunung Anak Krakatau tidak memberikan dampak pada penutupan bandara, untuk bandara terdekat seperti Bandara Soekarno Hatta dan Bandara Radin Inten II Lampung, bandara masih beroperasi normal. Dari Airnav sudah mengeluarkan Notam terkait pengalihan rute penerbangan yang tidak bisa dilewati pesawat,” kata Polana.
Untuk memastikan koordinasi dan komunikasi penanganan abu vulkanik, Dirjen Hubud melalui Direktorat Navigasi Penerbangan telah membangun sistem informasi sehingga para stakeholder, yakni I-WISH (Integrated Webbased aero nautical Information System Handling). Dalam sistem ini stakeholder terkait menyampaikan informasi yang dikuasai tentang tugas dan fungsi serta kewenangannya dalam hal penanganan abu vulkanik atau lebih dikenal dengan CDM (Collaborative Decision Making).
“Saya minta untuk memonitori selalu informasi yang disampaikan, baik dari PVMBG, BMKG, maupun dari source lainnya, dan Airnav agar mendistribusikan informasi tersebut melalui Notam pada airlines dan bandara,” ujar Polana.
Sementara itu, Kepala Bandara Radin Inten II Lampung Asep Kosasih melaporkan, sejak terjadinya erupsi Gunung Anak Krakatau, fasilitas bandara, baik sisi darat atau udara tidak terdampak dan tetap beroperasi normal.
“Alhamdulillah, pasca-erupsi Gunung Anak Krakatau, Bandara Radin Inten II beroperasi normal dan tidak terdampak. Namun, kami akan terus memantau perkem bangan dan berkoordinasi intens dengan BMKG, Airnav, dan Direktorat Navigasi Penerbangan,” ujarnya. (Heru Febrianto/Inda Susanti)
“Setelah melalui wilayah tersebut, pesawat akan kembali ke jalur penerbangan normal. Dan hal ini tidak mengakibatkan pembatalan jadwal penerbangan,” kata Corporate Secretary AirNav Indonesia Didiet KS Radityo di Jakarta, kemarin.
Pengalihan penerbangan tersebut dilakukan setelah AirNav Indonesia menerbitkan Notice to Airmen (NOTAM) nomor A5446/18 yang memberikan informasi mengenai sejumlah jalur penerbangan terdampak terkait aktivitas Gunung Anak Krakatau pada Kamis siang kemarin.
Meski demikian, dampak abu vulkanik Gunung Anak Krakatau tidak mengganggu penerbangan sehingga pelayanan navigasi serta lalu lintas penerbangan berjalan aman dan normal. Didiet menuturkan, berdasar hasil koordinasi dengan BMKG dan PVMBG serta pengamatan Darwin Volcanic Ash Advisory Center (DVAAC), sejauh ini semburan debu vulkanik dari Gunung Anak Krakatau bergerak ke barat daya dengan kecepatan 45 knot dan bergerak ke arah timur laut dengan kecepatan 15 knot.
Dengan demikian, sebaran abu ini masih berjarak aman dari dua bandara terdekat, yakni Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Raden Inten II Lampung. “Namun tetap, saat ini personel kami terus bersiaga terhadap aktivitas Gunung Anak Krakatau ini dan akan terus melaporkan perkembangan kondisi terkini melalui Notam yang akan terus diperbaharui,” ungkapnya.
Di sisi lain, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) secara intensif memantau operasional penerbangan yang bisa terdampak terhadap erupsi Gunung Anak Krakatau. Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Polana B. Pramesti mengatakan, pemantauan intensif diperlukan, selain karena peringatan PVMBG, aktivitas penerbangan selama masa angkutan udara Natal dan Tahun Baru 2019 juga sangat tinggi.
“Untuk itu, saya telah meminta Otoritas Bandara, Unit Penyelenggara Bandar Udara, dan semua stakeholder penerbangan untuk terus melakukan koordinasi dan siap siaga jika terjadi hal-hal mengganggu akti vitas penerbangan,” kata Polana di Jakarta, kemarin.
Kemenhub memastikan sampai saat ini belum mendapatkan Notam khusus penutupan bandara dari AirNav Indonesia selaku penyelenggara lalu lintas udara. Hanya saja, Airnav sudah mengeluarkan NOTAM A5440/18 perihal Penutupan dan Reroute terdampak Krakatau.
“Sejauh ini abu vulkanik dari Gunung Anak Krakatau tidak memberikan dampak pada penutupan bandara, untuk bandara terdekat seperti Bandara Soekarno Hatta dan Bandara Radin Inten II Lampung, bandara masih beroperasi normal. Dari Airnav sudah mengeluarkan Notam terkait pengalihan rute penerbangan yang tidak bisa dilewati pesawat,” kata Polana.
Untuk memastikan koordinasi dan komunikasi penanganan abu vulkanik, Dirjen Hubud melalui Direktorat Navigasi Penerbangan telah membangun sistem informasi sehingga para stakeholder, yakni I-WISH (Integrated Webbased aero nautical Information System Handling). Dalam sistem ini stakeholder terkait menyampaikan informasi yang dikuasai tentang tugas dan fungsi serta kewenangannya dalam hal penanganan abu vulkanik atau lebih dikenal dengan CDM (Collaborative Decision Making).
“Saya minta untuk memonitori selalu informasi yang disampaikan, baik dari PVMBG, BMKG, maupun dari source lainnya, dan Airnav agar mendistribusikan informasi tersebut melalui Notam pada airlines dan bandara,” ujar Polana.
Sementara itu, Kepala Bandara Radin Inten II Lampung Asep Kosasih melaporkan, sejak terjadinya erupsi Gunung Anak Krakatau, fasilitas bandara, baik sisi darat atau udara tidak terdampak dan tetap beroperasi normal.
“Alhamdulillah, pasca-erupsi Gunung Anak Krakatau, Bandara Radin Inten II beroperasi normal dan tidak terdampak. Namun, kami akan terus memantau perkem bangan dan berkoordinasi intens dengan BMKG, Airnav, dan Direktorat Navigasi Penerbangan,” ujarnya. (Heru Febrianto/Inda Susanti)
(nfl)