Aktivitas Gunung Anak Krakatau Meningkat Sejak Juni 2018

Kamis, 27 Desember 2018 - 18:42 WIB
Aktivitas Gunung Anak Krakatau Meningkat Sejak Juni 2018
Aktivitas Gunung Anak Krakatau Meningkat Sejak Juni 2018
A A A
SERANG - Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudy Suhendar mengungkapkan, aktivitas Gunung Anak Krakatau meningkat sejak 29 Juni 2018. Puncaknya saat kubahan lava seluas 64 hektare longsor pada 22 Desember 2018 pukul 21.03 WIB.

Akibatnya menimbulkan tsunami di Selat Sunda dan menerjang pesisir Banten dan Lampung. "Longsor disertai kenaikan air laut yang menyebabkan tsunami pada malam itu," katanya saat di Pos Pemantauan Gunung Api Anak Krakatau, Pasauran, Serang, Kamis (27/12/2018).

Kemudian pada 23 sampai 24 Desember 2018 embusan letusan terus terjadi dengan amplitudo cukup tinggi. Aktivitas kegempaan tremor pada amplitudo 8-32 mm (dominan 25 mm) sehingga Kamis (27/12/2018) pagi status Gunung Anak Krakatau berubah status dari waspada ke siaga.

"Kami melakukan evaluasi dengan adanya abu. Perpagi tadi statusnya kita naikan dari waspada ke siaga," katanya.

Saat ini, masyarakat dilarang mendekati Gunung Anak Karakatau dengan radius 5 kilometer. Kemarin sore, abu vulkano sudah jatuh ke Kota Cilegon dan Serang. Berdasarkan pemantauan PVMBG, terlihat cuaca mendung dan hujan di Gunung Anak Krakatau. Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah utara dan timur laut. Suhu udara 24-26 celsius dan kelembapan udara 91-96%. Volume curah hujan tidak tercatat.

Dari pengamatan visual gunung kabut 0-III. Asap kawah tidak teramati. Terdengar suara dentuman di pos pengamatan Gunung Anak Krakatau. Data yang diambil dari Stasiun Sertung, dekat kawasan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda ini, menunjukkan aktivitas kegempaan tremor menerus amplitudo 8-32 mm (dominan 25 mm).
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4790 seconds (0.1#10.140)