Fosil Rahang dan Gigi Gajah Purba Kembali Ditemukan di Majalengka

Senin, 17 Desember 2018 - 09:22 WIB
Fosil Rahang dan Gigi...
Fosil Rahang dan Gigi Gajah Purba Kembali Ditemukan di Majalengka
A A A
MAJALENGKA - Setelah tim dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menemukan sepasang fosil gading Stegodon berumur Plestosen Awal atau sekitar 1,5 juta tahun di Majalengka, Jawa Barat, giliran warga mendapati benda yang diduga juga fosil hewan yang sama. Benda serupa batu itu ditemukan di sebuah sungai di Majalengka.

Informasi ini diungkapkan Endra Adiwinata Gofur, alumnus Arkelogi Univesitas Gadjah Mada (UGM) yang tinggal di Blok Kamun, Desa Liangjulang, Kecamatan Kadipaten, Majalengka. Menurutnya, benda yang diduga fosil tersebut diperoleh dari seorang tukang potong rambut pada 2014 silam atau saat musim batu akik.

"Pas saya lagi potong rambut, si tukang potongnya memperlihatkan batu yang katanya ditemukan di sungai, tapi nggak disebutkan nama sungainya," kata Endra, Senin (17/12/2018).

Endra yang pernah belajar arkeologi tergelitik mengamatinya secara saksama. Setelah dicermati, Endra memastikan bahwa benda itu bukan batu, melainkan fosil rahang dan gigi Stegodon trigonochepalus (gajah purba raksasa). "Melihat karakternya, saya yakin itu bukan batu. Lalu saya minta ke tukang cukur (potong rambut) itu untuk dibawa pulang," katanya.

Keyakinan Endra bertambah kuat setelah mencoba mencari tahu di Google. "Saya juga sempat mengunggah di Facebook. Dari unggahan itu, ada dosen Arkeologi yang memastikan bahwa itu memang fosil," ungkap Endra. (Baca Juga: Fosil Gading Gajah Purba Berusia 1,5 Juta Tahun Ditemukan
"Fosil gajah purba atau Stegodon Trigonocephalus bagian rahang dan gigi, tetapi tidak utuh. Ini sebenarnya ukurannya besar. Namun pada beberapa bagian ada yang pecah karena dipalu, ada juga bekas gergaji. Ya karena yang menemukannya itu tujuannya cari batu akik," tambahnya.

Berdasarkan temuan tersebut, Endra mengatakan tidak menutup kemungkinan bahwa di wilayah Majalengka pada masa silam pernah hidup hewan purba. Namun, bisa jadi gajah purba berkembang biak di daerah lain, tetapi bermigrasi untuk mencari makan ke Majalengka.

"Apakah ada titik temu dengan penemuan yang dilakukan oleh tim dari ITB? mungkin saja. Tapi kan mereka belum membuka di mana lokasi penemuannya. Kalau melihat karakter tanah, mungkin saja daerahnya tidak jauh. Karena secara karakter (tanah) fosil-fosil berpeluang ditemukan di daerah Majalengka," ujarnya.

Menurut Endra, sempat ada ahli dari Bandung yang berencana melihat langsung fosil hewan purba tersebut, tapi sampai sekarang belum terealisasi. "(fosil) Ini nanti diserahkan ke teman-teman Grumala (Grup Majalengka Baheula)," katanya.

Terpisah, pegiat Grumala, Naro mengatakan, fosil tersebut nantinya digunakan untuk bahan kajian bagi mereka yang memiliki perhatian dalam bidang arkeologi. "Jika nanti ada museum di Majalengka, tinggal disimpen, jadi salah satu koleksi andalan," katanya.

Sementara itu, dikutip dari https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpsmpsangiran, Stegodon merupakan jenis gajah purba yang paling banyak ditemukan di Sangiran (Jawa Tengah). Spesies yang beratap tengkorak menonjol membentuk segitiga. Ukuran tubuhnya lebih besar dibandingkan dengan gajah sekarang, memiliki gading berbentuk membulat dan agak melengkung. Gigi Stegodon bertipe brachyodont yaitu jenis gigi yang sesuai untuk melumat dedaunan yang lembut.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2181 seconds (0.1#10.140)