Gerakan Literasi Ubah Kampung Bandit di Sorong Jadi Manusiawi

Rabu, 12 Desember 2018 - 14:10 WIB
Gerakan Literasi Ubah Kampung Bandit di Sorong Jadi Manusiawi
Gerakan Literasi Ubah Kampung Bandit di Sorong Jadi Manusiawi
A A A
SORONG - Gerakan literasi yang digagas Brigadir Sandri Yusuf dari Polres Sorong Kota, Papua Barat, berhasil mengubah wajah kampung bandit menjadi menusiawi.

Kampung bandit yang berada di Kelurahan Kelawasi, Sorong Barat, Kota Sorong, ini banyak diisi anak-anak usia SD hingga SMA yang terlibat tindakan kriminal. Mulai dari tawuran, begal motor, dan perkelahian.

"Di tempat itu, biasanya sering bentrok antar warga. Mereka suka berkeliaran sampai malam," kata Sandi, saat berbincang dengan Koran Sindo, di Polres Sorong, Rabu (12/12/2018).

Tingginya angka kriminalitas yang banyak pelakunya dari kampung itu, membuat kepolisian dari Polres Sorong Kota mencari penyelesaikannya. Akhirnya, Brigadir Sandri melakukan riset selama 6 bulan di 2016.

"Saya riset itu tahun 2016. Saya ke sekolah, dan jalan siang malam, dan main ke rumah-rumah warga. Ternyata, banyak dari anak-anak di situ yang tidak sekolah. Bahkan banyak buta huruf," sambungnya.

Ironisnya, anak-anak di kampung itu banyak yang terlibat kasus pencurian, begal, parkir, dan mabuk-mabukan dengan lem. Sehingga kampung itu pun disebut kampung bandit. "Dari hasil riset itu, terungkap anak-anak itu memang banyak yang tidak di sekolahkan oleh orangtuanya. Lalu muncullah ide untuk membuat perpustakaan keliling," jelasnya.

Awalnya, Sandri mengaku sangat kesulitan masuk ke kampung itu dan menarik anak-anaknya untuk terlibat dalam gerakan literasi yang digagas. "Setelah ada perpustakaan keliling, tingkat kejahatan turun drastis di kampung itu. Lambat laun dan mereka mulai bisa menerima kehadiran polisi," sambungnya.

Setelah bertahun-tahun dilakukan, akhirnya sejumlah yayasan pendidikan di Kota Sorong, mulai melirik gerakan literasi yang ada di kampung itu, membuka kelas jauh untuk anak-anak tersebut dan punya ijazah. "Awalnya memang saya paksakan tiap hari datang jam 7 pagi, ke rumah-rumah warga, membangunkan anak-anak mereka untuk mandi dan berangkat ke sekolah," paparnya.

Kini, kampung bandit yang selama ini dikenal sebagai biang onar, mulai membuka diri dengan lingkungan di sekitar. Mereka pun sudah bisa menerima kehadiran polisi di lingkungan mereka dan mendengar. "Saya pernah tanya ke salah seorang anak, cita-citamu nanti mau jadi apa? Dijawab jadi preman, biar disegani. Mungkin dia lihat dari kakaknya. Tapi setelah kita sentuh, dia mengerti dan mau jadi polisi," pungkasnya.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.1151 seconds (0.1#10.140)