Pemda Tak Peka, Pohon Tumbang Dibiarkan Menutup Jalan Trans Flores
A
A
A
SIKKA - Sebuah pohon mangga berusia tua, tumbang pada Minggu (2/12/2018) sekitar pukul 18.00 Wita. Seluruh badan pohon menutupi ruas jalan Trans Flores Maumere-Larantuka, Nusa Tenggara Timur (NTT), persisnya di perbatasan Desa Tanaduen dan Desa Watumilok di Kecamatan Kangae Kabupaten Sikka.
Hingga Senin (3/12/2018) pukul 09.00 Wita, atau sekitar 15 jam, pemerintah belum berbuat apa-apa. Antrean panjang pun terjadi di lokasi.
Salah satu warga, Lambertus mengaku kecewa dengan sikap lamban pemerintah. Dia menyesalkan pemerintah yang tidak peka dengan kondisi yang terjadi. Akibatnya, sejak kemarin antrean panjang kendaraan roda empat dan bermotor terjadi pada ruas jalan tersebut.
Warga sekitar bersiap cepat memotong bagian ujung batang pohon yang tumbang sekadar untuk membuka jalur alternatif. Sayangnya upaya ini belum bisa menyelesaikan persoalan karena kemacetan tidak bisa terhindarkan.
Lambertus dan kawan-kawan pun turun membantu melancarkan arus lalulintas dengan sistem buka tutup. “Jangan harap pemerintah. Dari desa, kecamatan dan kabupaten tidak bisa diharapkan. Ini untung ada warga sekitar sini, jadi bisa minimalisir kemacetan,” katanya.
Warga pun kecewa dengan lambannya Pemda Sikka ke lokasi. Karena kesal, warga pun kembali menutup jalan dengan memalang jalan dengan pohon manga. Warga meminta setiap warga yang melintas diminta uang jasa berkisar Rp2.000 hingga Rp5.000.
Hingga Senin (3/12/2018) pukul 09.00 Wita, atau sekitar 15 jam, pemerintah belum berbuat apa-apa. Antrean panjang pun terjadi di lokasi.
Salah satu warga, Lambertus mengaku kecewa dengan sikap lamban pemerintah. Dia menyesalkan pemerintah yang tidak peka dengan kondisi yang terjadi. Akibatnya, sejak kemarin antrean panjang kendaraan roda empat dan bermotor terjadi pada ruas jalan tersebut.
Warga sekitar bersiap cepat memotong bagian ujung batang pohon yang tumbang sekadar untuk membuka jalur alternatif. Sayangnya upaya ini belum bisa menyelesaikan persoalan karena kemacetan tidak bisa terhindarkan.
Lambertus dan kawan-kawan pun turun membantu melancarkan arus lalulintas dengan sistem buka tutup. “Jangan harap pemerintah. Dari desa, kecamatan dan kabupaten tidak bisa diharapkan. Ini untung ada warga sekitar sini, jadi bisa minimalisir kemacetan,” katanya.
Warga pun kecewa dengan lambannya Pemda Sikka ke lokasi. Karena kesal, warga pun kembali menutup jalan dengan memalang jalan dengan pohon manga. Warga meminta setiap warga yang melintas diminta uang jasa berkisar Rp2.000 hingga Rp5.000.
(rhs)