Ratusan Imigran Unjuk Rasa di Hotel Penampungan Bintan
A
A
A
BINTAN - Ratusan para pencari suaka dari berbagai negara yang ditempatkan di Hotel Badhra Resort, Jalan Kawal Km 24, Kelurahan Toapaya Asri Bintan berunjuk rasa di halaman hotel, Kamis (29/11/2018).
Unjuk rasa ini dilakukan sedikitnya 512 orang imigran yang merupakan para pengungsi yang sudah mendapatkan hak untuk tinggal di negara ke tiga (refugee) atau yang sudah mendapatkan status Imigran dari Organisasi PBB dalam hal ini UNHCR. Mereka menggelar aksi menuntut fasilitas yang lebih baik, khsusnya dari pihak pengelola hotel.
Dalam aksi unjuk rasa itu, masing-masing imigran membawa poster yang berisi tuntutan yang mereka suarakan. Mereka berharap aksi ini didengar oleh para pihak yang berkepentingan baik itu IOM (Organisasi International Migrasi), lembaga internasional yang selama ini menangani mereka.
Dalam poster-poster mereka di antaranya bertuliskan Kesehatan dan fasilitas Ambulans, Air Bersih, Pendidikan, transportasi, Lampu Jalan, Pelayanan Yang Baik dari Pihak Hotel dan Kebebasan.
Ali, salah seorang koordinator aksi menjelaskan, selama ini pihak managemen resort bersikap kurang baik terhadap kawan-kawannya para imigran yang ditempatkan oleh IOM di Badhra Resort. Perlakuan kasar dan tidak menyenangkan sering dialamatkan kepada para pengungsi yang berstatus redugee itu.
Selain itu, fasilitas resort yang mereka tempati juga kurang baik. Mulai dari masalah ketersedian air bersih hingga masalah dapur tempat mereka memasak.
"Kalau air di sini dipakai untuk mandi, nanti dua hari akan sakit kulit. Karena airnya kotor," ungkap Ali.
Terkait masalah ini, Ia mengaku pihaknya sudah menyampaikan problem yang mereka alami bersama kepada pihak International Organization for Migration atau Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM). Namun sampai sekarang tidak juga dijawab.
"Hampir setiap hari kami melaporkan, namun tak ada jawaban," tuturnya.
Berkaitan dengan masalah kesehatan, Ia menambahkan ntuk berobat ke rumah sakit banyak biaya yang harus dikeluarkan. Selain itu, obat yang diberikan terkadang tak sesuai dengan sakit yang mereka rasakan.
Salah satu koordinator aksi lainnya, yang meminta namanya tidak disebutkan menyampaikan, pihaknya akan terus melanjutkan aksi serupa hingga persoalan yang mereka hadapi mendapatkan solusi khususnya dari pihak IOM.
Sekadar diketahui, Bhadra Resort akhirnya disewa oleh pihak IOM khsusus untuk penampungan para pengungsi yang telah berstatus refugee. Karena sebelumnga, para imigran itu ditempatkan di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Kota Tanjungpinang.
Unjuk rasa ini dilakukan sedikitnya 512 orang imigran yang merupakan para pengungsi yang sudah mendapatkan hak untuk tinggal di negara ke tiga (refugee) atau yang sudah mendapatkan status Imigran dari Organisasi PBB dalam hal ini UNHCR. Mereka menggelar aksi menuntut fasilitas yang lebih baik, khsusnya dari pihak pengelola hotel.
Dalam aksi unjuk rasa itu, masing-masing imigran membawa poster yang berisi tuntutan yang mereka suarakan. Mereka berharap aksi ini didengar oleh para pihak yang berkepentingan baik itu IOM (Organisasi International Migrasi), lembaga internasional yang selama ini menangani mereka.
Dalam poster-poster mereka di antaranya bertuliskan Kesehatan dan fasilitas Ambulans, Air Bersih, Pendidikan, transportasi, Lampu Jalan, Pelayanan Yang Baik dari Pihak Hotel dan Kebebasan.
Ali, salah seorang koordinator aksi menjelaskan, selama ini pihak managemen resort bersikap kurang baik terhadap kawan-kawannya para imigran yang ditempatkan oleh IOM di Badhra Resort. Perlakuan kasar dan tidak menyenangkan sering dialamatkan kepada para pengungsi yang berstatus redugee itu.
Selain itu, fasilitas resort yang mereka tempati juga kurang baik. Mulai dari masalah ketersedian air bersih hingga masalah dapur tempat mereka memasak.
"Kalau air di sini dipakai untuk mandi, nanti dua hari akan sakit kulit. Karena airnya kotor," ungkap Ali.
Terkait masalah ini, Ia mengaku pihaknya sudah menyampaikan problem yang mereka alami bersama kepada pihak International Organization for Migration atau Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM). Namun sampai sekarang tidak juga dijawab.
"Hampir setiap hari kami melaporkan, namun tak ada jawaban," tuturnya.
Berkaitan dengan masalah kesehatan, Ia menambahkan ntuk berobat ke rumah sakit banyak biaya yang harus dikeluarkan. Selain itu, obat yang diberikan terkadang tak sesuai dengan sakit yang mereka rasakan.
Salah satu koordinator aksi lainnya, yang meminta namanya tidak disebutkan menyampaikan, pihaknya akan terus melanjutkan aksi serupa hingga persoalan yang mereka hadapi mendapatkan solusi khususnya dari pihak IOM.
Sekadar diketahui, Bhadra Resort akhirnya disewa oleh pihak IOM khsusus untuk penampungan para pengungsi yang telah berstatus refugee. Karena sebelumnga, para imigran itu ditempatkan di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Kota Tanjungpinang.
(rhs)