3 Matra TNI Latihan Bantuan Tembakan Terpadu di Situbondo
A
A
A
SITUBONDO - Tentara Nasional Indonesia (TNI) terus memperkuat keahliannya di bidang tempur, untuk menghadapi munculnya hal-hal yang dinilai dapat mengancam kedaulatan NKRI.
Setelah sebelumnya dijadikan pusat latihan antara TNI-AD dan Singapores Armed Force (SAF), kini Kabupaten Situbondo kembali dijadikan titik latihan bantuan tembakan terpadu yang melibatkan 3 matra TNI. Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, mengatakan latihan ini digelar dalam rangka olah yudha keprajuritan sekaligus mengisi diri, apabila terdapat suatu ancaman dari segi manapun.
“TNI terus berlatih menggunakan peralatan tempur dalam rangka menghadapi ancaman terhadap kedaulatan NKRI", katanya, saat meninjau latihan di Puslatpur 5 Marinir, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Rabu (28/11/2018).
Marsekal Hadi menjelaskan, TNI memiliki kewajiban dan tanggung jawab dalam melindungi seluruh warga negara Indonesia dari berbagai ancaman yang suatu saat bisa timbul, dan dinilai dapat menganggu kondusifitas negara. “TNI berkepentingan untuk melindungi warga Indonesia supaya tidak ada gangguan. Baik itu gangguan fisik ataupun non fisik,” ujarnya.
Panglima TNI menilai, sistem pelatihan yang berlangsung saat ini, sudah mencapai target yang sudah diinginkan. Terlebih dalam menjangkau sistem Network Centric Warfare. Sistem itu saat ini sedang dikembangkan oleh TNI dalam mewujudkan integrasi antara kekuatan Darat, Laut dan Udara bisa menjadi satu Komando.
“Jika seluruh komunikasi tidak menggunakan GPS, semuanya akan dibantu dengan menggunakan satelit. Jadi, integrasi seluruh matra TNI bisa menjadi satu Komando dimanapun sasaran berada,” tegasnya.
Latihan ini berlangsung selama 2 hari di Puslatpur 5 Marinir, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Pelaksanaan latihan bantuan tembakan tembakan terpadu itu digelar, juga bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme, ketrampilan dan kemampuan TNI dalam melaksanakan prosedur bantuan tembakan guna tercapainya tugas Komando Gabungan TNI.
Sebanyak 1.427 prajurit TNI terdiri dari 440 prajurit TNI-AD, 469 personel TNI-AL, 193 prajurit TNI-AU, 75 personel Satkomplek TNI dan 250 personel penyelenggara, diterjunkan dalam latihan tersebut. Empat unit pesawat tempur jenis F-16 dan beberapa alutsista lainnya, juga ikut serta diterjunkan dalam mendukung kemampuan prajurit TNI tersebut.
Beberapa alutsista di antaranya, 1 unit KRI Sultan Iskandar Muda, 4 unit pesawat tempur Super Tucanno, 2 unit Helikopter MI-35 milik Penderbad, 1 unit MI-17, 1 dan 1 unit Helikopter Bell-412. Tidak hanya itu, guna mendukung pencapaian tugas latihan, TNI juga turut serta menerjunkan beberapa alat berat TNI yang meliputi 6 MO-81 milik Batalyon Infantri 509/Balawara Yudha, 6 pucuk meriam Howitzer 105 milik Yon-Armed 8/Kostrad, 6 rudal Astros milik Yon-Armed 1/Kostrad, 6 unit meriam Caesar 155, 3 pucuk mortar 81, 4 unit RM 70 Grand dan 8 How-105 Pasrat.
Alat-alat berat milik TNI ini nantinya akan diuji keefektifitannya, hingga keakuratannya dalam menembak pada satu titik koordinat sasaran yang sudah ditentukan.
Setelah sebelumnya dijadikan pusat latihan antara TNI-AD dan Singapores Armed Force (SAF), kini Kabupaten Situbondo kembali dijadikan titik latihan bantuan tembakan terpadu yang melibatkan 3 matra TNI. Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, mengatakan latihan ini digelar dalam rangka olah yudha keprajuritan sekaligus mengisi diri, apabila terdapat suatu ancaman dari segi manapun.
“TNI terus berlatih menggunakan peralatan tempur dalam rangka menghadapi ancaman terhadap kedaulatan NKRI", katanya, saat meninjau latihan di Puslatpur 5 Marinir, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Rabu (28/11/2018).
Marsekal Hadi menjelaskan, TNI memiliki kewajiban dan tanggung jawab dalam melindungi seluruh warga negara Indonesia dari berbagai ancaman yang suatu saat bisa timbul, dan dinilai dapat menganggu kondusifitas negara. “TNI berkepentingan untuk melindungi warga Indonesia supaya tidak ada gangguan. Baik itu gangguan fisik ataupun non fisik,” ujarnya.
Panglima TNI menilai, sistem pelatihan yang berlangsung saat ini, sudah mencapai target yang sudah diinginkan. Terlebih dalam menjangkau sistem Network Centric Warfare. Sistem itu saat ini sedang dikembangkan oleh TNI dalam mewujudkan integrasi antara kekuatan Darat, Laut dan Udara bisa menjadi satu Komando.
“Jika seluruh komunikasi tidak menggunakan GPS, semuanya akan dibantu dengan menggunakan satelit. Jadi, integrasi seluruh matra TNI bisa menjadi satu Komando dimanapun sasaran berada,” tegasnya.
Latihan ini berlangsung selama 2 hari di Puslatpur 5 Marinir, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Pelaksanaan latihan bantuan tembakan tembakan terpadu itu digelar, juga bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme, ketrampilan dan kemampuan TNI dalam melaksanakan prosedur bantuan tembakan guna tercapainya tugas Komando Gabungan TNI.
Sebanyak 1.427 prajurit TNI terdiri dari 440 prajurit TNI-AD, 469 personel TNI-AL, 193 prajurit TNI-AU, 75 personel Satkomplek TNI dan 250 personel penyelenggara, diterjunkan dalam latihan tersebut. Empat unit pesawat tempur jenis F-16 dan beberapa alutsista lainnya, juga ikut serta diterjunkan dalam mendukung kemampuan prajurit TNI tersebut.
Beberapa alutsista di antaranya, 1 unit KRI Sultan Iskandar Muda, 4 unit pesawat tempur Super Tucanno, 2 unit Helikopter MI-35 milik Penderbad, 1 unit MI-17, 1 dan 1 unit Helikopter Bell-412. Tidak hanya itu, guna mendukung pencapaian tugas latihan, TNI juga turut serta menerjunkan beberapa alat berat TNI yang meliputi 6 MO-81 milik Batalyon Infantri 509/Balawara Yudha, 6 pucuk meriam Howitzer 105 milik Yon-Armed 8/Kostrad, 6 rudal Astros milik Yon-Armed 1/Kostrad, 6 unit meriam Caesar 155, 3 pucuk mortar 81, 4 unit RM 70 Grand dan 8 How-105 Pasrat.
Alat-alat berat milik TNI ini nantinya akan diuji keefektifitannya, hingga keakuratannya dalam menembak pada satu titik koordinat sasaran yang sudah ditentukan.
(wib)