Pecahkan Rekor Ikan Asap Cair, Undip Sumbangkan untuk Korban Sulteng
A
A
A
SEMARANG - Pengasapan 333 ekor ikan cakalang yang digelar oleh Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).
Pengasapan dilakukan dengan metode inovatif dengan asap cair pada ratusan ikan yang berjajar di atas tungku sepanjang 50 meter. Kegiatan edukatif tersebut berlangsung di FPIK Kampus Undip Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (13/10/2018).
Eksekutif Manajer MURI Sri Widayati menyatakan, inovasi pengasapan cair memecahkan rekor MURI pada urutan 8.673. Sementara di Undip, kegiatan pemecahan rekor ini sudah yang ke-18 kalinya.
"Memang ada kriteria agar sesuatu bisa tercatat di Rekor MURI. Yakni paling, pertama, unik, dan langka. Pengasapan Ikan dengan asap cair merupakan yang pertama kali," ungkap Widayati.
Fronthea Swastawati selaku penemu dan pemegang hak paten atas teknologi ini menerangkan, teknologi asap cair ini sangat baik untuk kesehatan. Menurut dia, teknologi ini sebagai solusi atas persoalan pencemaran lingkungan.
Sebab, dengan hasil Ikan yang cukup banyak, masyarakat Indonesia masih menggunakan cara konvensional untuk mengasapkan ikan. "Pada asap, banyak terdapat kandungan senyawa berbahaya. Sementara asap cair ini dibuat dengan teknologi firolisis," ujar Fronthea.
Dia menjelaskan, teknologi ini dilakukan dengan memanfaatkan mesin dengan 4 bagian untuk menghasilkan asap yang bahan-bahannya pun didapat dari upaya ramah lingkungan. Seperti menggunakan tempurung kelapa, sekam padi, dan beberapa sisa produksi pertanian yang tidak digunakan.
"Dari mesin ini, asap yang ada ditangkap dengan pipa kondensor. dalam waktu tertentu asap menjadi cair. Kemudian dilakukan destilasi untuk memisahkan senyawa tar. Sehingga ini ramah lingkungan dan aman," jelasnya.
Dia menambahkan, asap cair ini dapat digunakan pula pada daging dan tempe, selain pada Ikan. "Asap cair ini juga bersifat anti bakteri. Teknologi ini, mampu mencegah terbentuknya senyawa yang dapat memicu terjadinya alergi," terangnya.
Rektor Universitas Diponegoro Prof Yos Johan Utama mengapresiasi atas prestasi inovatif tersebut. Menurut dia, asap cair yang juga mampu mengawetkan ikan ini merupakan salah satu contoh hasil riset yang berhasil dihilirisasi. "Dengan ini, bisa lebih higienis dan masa pengawetan lebih lama," katanya.
Ketua Umum Kerapu, Abdul Kadir Karding akan menyampaikan hasil temuan ini kepada sejumlah perusahaan yang bergerak di bidang perikanan. Dia berharap temuan ini bisa membantu di bidang perikanan dan perekonomian.
Dengan kemampuan mengawetkan lebih lama ini, pihaknya juga berencana untuk membawa Ikan asap cair ini untuk membantu korban bencana di Palu, Sulawesi Tengah, atas nama Undip.
Pengasapan dilakukan dengan metode inovatif dengan asap cair pada ratusan ikan yang berjajar di atas tungku sepanjang 50 meter. Kegiatan edukatif tersebut berlangsung di FPIK Kampus Undip Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (13/10/2018).
Eksekutif Manajer MURI Sri Widayati menyatakan, inovasi pengasapan cair memecahkan rekor MURI pada urutan 8.673. Sementara di Undip, kegiatan pemecahan rekor ini sudah yang ke-18 kalinya.
"Memang ada kriteria agar sesuatu bisa tercatat di Rekor MURI. Yakni paling, pertama, unik, dan langka. Pengasapan Ikan dengan asap cair merupakan yang pertama kali," ungkap Widayati.
Fronthea Swastawati selaku penemu dan pemegang hak paten atas teknologi ini menerangkan, teknologi asap cair ini sangat baik untuk kesehatan. Menurut dia, teknologi ini sebagai solusi atas persoalan pencemaran lingkungan.
Sebab, dengan hasil Ikan yang cukup banyak, masyarakat Indonesia masih menggunakan cara konvensional untuk mengasapkan ikan. "Pada asap, banyak terdapat kandungan senyawa berbahaya. Sementara asap cair ini dibuat dengan teknologi firolisis," ujar Fronthea.
Dia menjelaskan, teknologi ini dilakukan dengan memanfaatkan mesin dengan 4 bagian untuk menghasilkan asap yang bahan-bahannya pun didapat dari upaya ramah lingkungan. Seperti menggunakan tempurung kelapa, sekam padi, dan beberapa sisa produksi pertanian yang tidak digunakan.
"Dari mesin ini, asap yang ada ditangkap dengan pipa kondensor. dalam waktu tertentu asap menjadi cair. Kemudian dilakukan destilasi untuk memisahkan senyawa tar. Sehingga ini ramah lingkungan dan aman," jelasnya.
Dia menambahkan, asap cair ini dapat digunakan pula pada daging dan tempe, selain pada Ikan. "Asap cair ini juga bersifat anti bakteri. Teknologi ini, mampu mencegah terbentuknya senyawa yang dapat memicu terjadinya alergi," terangnya.
Rektor Universitas Diponegoro Prof Yos Johan Utama mengapresiasi atas prestasi inovatif tersebut. Menurut dia, asap cair yang juga mampu mengawetkan ikan ini merupakan salah satu contoh hasil riset yang berhasil dihilirisasi. "Dengan ini, bisa lebih higienis dan masa pengawetan lebih lama," katanya.
Ketua Umum Kerapu, Abdul Kadir Karding akan menyampaikan hasil temuan ini kepada sejumlah perusahaan yang bergerak di bidang perikanan. Dia berharap temuan ini bisa membantu di bidang perikanan dan perekonomian.
Dengan kemampuan mengawetkan lebih lama ini, pihaknya juga berencana untuk membawa Ikan asap cair ini untuk membantu korban bencana di Palu, Sulawesi Tengah, atas nama Undip.
(wib)