Bupati Kobar Buka Festival Budaya Marunting Batu Aji
A
A
A
KOTAWARINGIN BARAT - Bupati Kotawaringin Barat (Kobar), Kalteng, Nurhidayah resmi membuka kegiatan Festival Budaya Marunting Batu Aji (FBMBA) di Taman Segitiga Bundaran Pancasila, Selasa (9/10/2018).
Bupati menyebut, budaya dan kearifan lokal merupakan jati diri suatu daerah sekaligus bisa menjadi aset wisata yang menarik bagi wisatawan yang mengunjungi daerah tersebut.
“Kearifan lokal jauh lebih penting dari memiliki bangunan yang megah. Kehilangan budaya artinya sama saja kehilangan karakter daerah, kehilangan akar dari jati diri daerah,” kata Bupati.
Festival ini memiliki makna sebagai upaya pemerintah daerah untuk menjaga kelestarian dan sekaligus mewariskan budaya tradisi lokal daerah. Selain itu juga sebagai sarana untuk menggali kreativitas masyarakat.
“Selain sebagai upaya pelestarian budaya lokal daerah, festival ini juga sebagai wadah dari para seniman untuk menampilkan hasil karyanya sebagai pendukung sektor pariwisata,” paparnya.
Berbagai kegiatan lomba bakal digelar dalam FBMBA yang berlangsung selama 5 hari, mulai 9-13 Oktober 2018. Ada lomba tari, lomba permainan tradisional dan masakan tradisonal. Perlombaan tersebut tidak difokuskan dalam satu lokasi, namun berada di 3 titik lokasi, yakni di Taman Segitiga Bundaran Pancasila, Pangkalan Bun Park dan Pasar Palagan Sari.
“Perlombaan dalam festival ini, yakni tari pesisir, tari pedalaman, tarik tirik bagasing, balogo, menyumpit, sepak saut, karungut, pantun seloka, masakan tradisonal dan melamang,” terang Bupati.
Bupati mengimbau masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan FBMBA kali ini. Menurutnya, partisipasi masyarakat merupakan kunci sukses dalam setiap penyelenggaraan kegiatan.
Acara pembukaan festival dihadiri oleh Ketua DPRD Kobar Triyanto, Forkopimda, perwakilan Pengadilan Negeri Pangkalan Bun, perwakilan Kodim 1014/pbn, perwakilan Polres Kobar, Pj Sekda Suyanto beserta staf ahli, asisten dan kepala dinas di Pemkab Kobar serta tamu undangan.
Bupati menyebut, budaya dan kearifan lokal merupakan jati diri suatu daerah sekaligus bisa menjadi aset wisata yang menarik bagi wisatawan yang mengunjungi daerah tersebut.
“Kearifan lokal jauh lebih penting dari memiliki bangunan yang megah. Kehilangan budaya artinya sama saja kehilangan karakter daerah, kehilangan akar dari jati diri daerah,” kata Bupati.
Festival ini memiliki makna sebagai upaya pemerintah daerah untuk menjaga kelestarian dan sekaligus mewariskan budaya tradisi lokal daerah. Selain itu juga sebagai sarana untuk menggali kreativitas masyarakat.
“Selain sebagai upaya pelestarian budaya lokal daerah, festival ini juga sebagai wadah dari para seniman untuk menampilkan hasil karyanya sebagai pendukung sektor pariwisata,” paparnya.
Berbagai kegiatan lomba bakal digelar dalam FBMBA yang berlangsung selama 5 hari, mulai 9-13 Oktober 2018. Ada lomba tari, lomba permainan tradisional dan masakan tradisonal. Perlombaan tersebut tidak difokuskan dalam satu lokasi, namun berada di 3 titik lokasi, yakni di Taman Segitiga Bundaran Pancasila, Pangkalan Bun Park dan Pasar Palagan Sari.
“Perlombaan dalam festival ini, yakni tari pesisir, tari pedalaman, tarik tirik bagasing, balogo, menyumpit, sepak saut, karungut, pantun seloka, masakan tradisonal dan melamang,” terang Bupati.
Bupati mengimbau masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan FBMBA kali ini. Menurutnya, partisipasi masyarakat merupakan kunci sukses dalam setiap penyelenggaraan kegiatan.
Acara pembukaan festival dihadiri oleh Ketua DPRD Kobar Triyanto, Forkopimda, perwakilan Pengadilan Negeri Pangkalan Bun, perwakilan Kodim 1014/pbn, perwakilan Polres Kobar, Pj Sekda Suyanto beserta staf ahli, asisten dan kepala dinas di Pemkab Kobar serta tamu undangan.
(rhs)