Cerita Warga Batang Korban Selamat Bencana Tsunami Palu
A
A
A
BATANG - Sebanyak 13 warga Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, yang menjadi korban bencana tsunami dan gempa Palu, Sigi, dan Donggala, tiba di kampung halaman, Minggu (7/10/2018). Ke 13 orang ini berhasil selamat dari musibah bencana yang telah menelan seribuan korban meninggal itu.
Walaupun rasa trauma belum hilang, salah satu korban, Fahrozi (30), warga Desa Sukomangli, Kecamatan Reban ini berusaha menceritakan detik-detik dirinya terseret lumpur tsunami sejauh 1 km dan tenggelam selama tiga jam.
"Saat kejadian saya masih antre mandi sore hari setelah selesai kerja menjadi buruh bangunan. Tiba-tiba terdengar suara ledakan disertai suara pohon tumbang dan lumpur," ujar Fahrozi yang terlihat matanya berkaca-kaca saat tiba di Batang.
Saat tsunami datang, ia sempat berusaha menyelamatkan diri. Namun cepatnya arus lumpur dan longsor membuat dirinya tidak mampu berlari dan hanya bisa berdoa agar diberikan keselamatan.
"Saya sempat pasrah karena sempat tenggelam dan terendam lumpur yang menyisakan kepala. Di tengah gelapnya suasana, sata akhirnya keluar dari lumpur dengan merangkak menyelamatkan diri setelah ditemukan oleh relawan," ucapnya.
Tak beda juga dengan cerita Saiful Mukminin (35), warga Sukomangli, Kecamatan Reban, yang selamat dari maut karena berada berdekatan dengan Fahrozi. "Hanya saja saya ditemukan dulu oleh tim SAR dan saya langsung berusaha ikut mencarai teman," kata Saiful Mukminin.
Satu orang rekan mereka meninggal dalam musibah itu atas nama Mudi (35) dan sudah dimakamkan massal. Sementara satu orang lainnya masih hilang atas nama Naryo.
Pemulangan ke 13 warga ini menggunakan pesawat Hercules dari Bandara Mutiara Sis Aljufri Sulawesi menuju Lanud Sultan Hasanudin Makasar dan melanjutkankan penerbangan ke Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Selanjutnya warga Batang ini melanjutkan perjalanan via darat yang dijemput oleh Pemkab Batang.
Bupati Batang yang menyambut kepulangan warganya itu mengatakan, total terdapat 34 orang warga Batang yang bekerja sebagai buruh bangunan di Sigi, Palu, dan Donggala. Mereka terbagi dalam tiga kelompok, yakni satu kelompok berjumlah 9 orang, 10 orang, dan 15 orang. Dari jumlah itu satu orang dipastikan meninggal dan satu orang lainnya masih hilang.
"Hari ini kami berhasil memulangkan 13 orang korban selamat. Tapi ada juga yang belum mau pulang karena mencari (rekannya) yang belum ketemu. Ada juga yang tidak biasa pulang karena berangkatnya dibiayai oleh mandor bangunannya sehingga belum diperbolehkan pulang," katanya.
Pihaknya masih terus berkoordinasi dengan warganya yang masih berada di Palu, Sigi, dan Donggalau. Ia menjamin jika ingin pulang akan difasilitasi dan diantar sampai ke rumah masing-masing.
"Dalam suasana bencana mereka pulang tidak membawa uang, karena belum bayaran. Ada dua setengah bulan kerja belum bayaran, sehingga kami berimpati memberikan sedikit untuk uang saku," kata Wihaji.
Untuk menangani trauma pascagempa, ke 13 korban yang dipulangkan akan mendapatkan pemantauan dari puskesmas di masing-masing Kecamatan. "Kami akan dampingi, pantau perkembangannya, karena saya lihat dari psikisnya nampak ketakutan dan trauma," pungkasnya.
Walaupun rasa trauma belum hilang, salah satu korban, Fahrozi (30), warga Desa Sukomangli, Kecamatan Reban ini berusaha menceritakan detik-detik dirinya terseret lumpur tsunami sejauh 1 km dan tenggelam selama tiga jam.
"Saat kejadian saya masih antre mandi sore hari setelah selesai kerja menjadi buruh bangunan. Tiba-tiba terdengar suara ledakan disertai suara pohon tumbang dan lumpur," ujar Fahrozi yang terlihat matanya berkaca-kaca saat tiba di Batang.
Saat tsunami datang, ia sempat berusaha menyelamatkan diri. Namun cepatnya arus lumpur dan longsor membuat dirinya tidak mampu berlari dan hanya bisa berdoa agar diberikan keselamatan.
"Saya sempat pasrah karena sempat tenggelam dan terendam lumpur yang menyisakan kepala. Di tengah gelapnya suasana, sata akhirnya keluar dari lumpur dengan merangkak menyelamatkan diri setelah ditemukan oleh relawan," ucapnya.
Tak beda juga dengan cerita Saiful Mukminin (35), warga Sukomangli, Kecamatan Reban, yang selamat dari maut karena berada berdekatan dengan Fahrozi. "Hanya saja saya ditemukan dulu oleh tim SAR dan saya langsung berusaha ikut mencarai teman," kata Saiful Mukminin.
Satu orang rekan mereka meninggal dalam musibah itu atas nama Mudi (35) dan sudah dimakamkan massal. Sementara satu orang lainnya masih hilang atas nama Naryo.
Pemulangan ke 13 warga ini menggunakan pesawat Hercules dari Bandara Mutiara Sis Aljufri Sulawesi menuju Lanud Sultan Hasanudin Makasar dan melanjutkankan penerbangan ke Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Selanjutnya warga Batang ini melanjutkan perjalanan via darat yang dijemput oleh Pemkab Batang.
Bupati Batang yang menyambut kepulangan warganya itu mengatakan, total terdapat 34 orang warga Batang yang bekerja sebagai buruh bangunan di Sigi, Palu, dan Donggala. Mereka terbagi dalam tiga kelompok, yakni satu kelompok berjumlah 9 orang, 10 orang, dan 15 orang. Dari jumlah itu satu orang dipastikan meninggal dan satu orang lainnya masih hilang.
"Hari ini kami berhasil memulangkan 13 orang korban selamat. Tapi ada juga yang belum mau pulang karena mencari (rekannya) yang belum ketemu. Ada juga yang tidak biasa pulang karena berangkatnya dibiayai oleh mandor bangunannya sehingga belum diperbolehkan pulang," katanya.
Pihaknya masih terus berkoordinasi dengan warganya yang masih berada di Palu, Sigi, dan Donggalau. Ia menjamin jika ingin pulang akan difasilitasi dan diantar sampai ke rumah masing-masing.
"Dalam suasana bencana mereka pulang tidak membawa uang, karena belum bayaran. Ada dua setengah bulan kerja belum bayaran, sehingga kami berimpati memberikan sedikit untuk uang saku," kata Wihaji.
Untuk menangani trauma pascagempa, ke 13 korban yang dipulangkan akan mendapatkan pemantauan dari puskesmas di masing-masing Kecamatan. "Kami akan dampingi, pantau perkembangannya, karena saya lihat dari psikisnya nampak ketakutan dan trauma," pungkasnya.
(thm)