Cerita Enam Warga Karanganyar Lolos dari Gempa-Tsunami Palu
A
A
A
KARANGANYAR - Sempat terjebak di lokasi gempa dan tsunami yang terjadi di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018) pekan lalu, enam putra daerah asal Karanganyar, Jawa Tengah akhirnya bisa pulang ke kampung halaman.
Sejatinya ada 12 orang tertahan di lokasi bencana, tapi hanya enam yang pulang ke Karanganyar. Mereka adalah Dwi Purnomo, Sugiyanto, warga Desa Gerdu, Karangpandan. Kemudian Sutarwo, Apri Saryanto, dan Suwato, warga Bulurejo, Karangpandan, dan Dwi Wijayanto, warga Desa Berjo, Ngargoyoso. Mereka berhasil pulang karena dibelikan tiket pesawat oleh relawan Karangpandan. Enam perantau itu kesulitan pulang ke Karanganyar karena tidak ada uang. Pasalnya seluruh ATM di lokasi bencana dalam kondisi rusak. Belum lagi situasinya kacau balau, susah makan, minum tidak ada listrik.
Berdasarkan penuturan Dwi Purnomo Cs, mereka merantau ke Palu dan bekerja di salah satu kontraktor yang sedang membangun perumahan. Mereka tinggal di sebuah mess perusahaan. Hampir sebulan lamanya mereka ada di Palu dan bekerja di proyek dengan pendapatan Rp100.000 per hari.
Sebelum terjadi gempa bumi dan tsunami di Palu, rencananya mereka akan kerja lembur. Namun karena ada kendala teknis, mereka batal lembur dan lebih memilih pulang dan beristirahat di mess. Saat di jalan pulang ke mess, tiba-tiba gempa hebat terjadi dan membuat warga panik berhamburan menyelamatkan diri, termasuk rombongan pekerja asal Karanganyar. Setelah gempa mereda, mereka berusaha pulang ke mess tapi ternyata kondisi jalan sudah pecah dan retak. Di sekitarnya bagunan rumah hancur tak berbentuk.
"Saat itulah kita bertemu warga yang berlarian dan mengatakan ada tsunami, air laut sudah merusak bangunan. Kami terus berlari menyelamatkan diri hingga ke perbukitan," tutur Apri Saryanto yang ditemui di rumah dinas Bupati Karanganyar, Jumat (5/10/2018).
Di tengah keterbatasan yang ada, Apri masih bisa berkomunikasi dan menjelaskan kesulitan dana karena ATM semua rusakan. Sampai akhirnya atas bantuan semuanya dirinya bersama lima orang lainnya bisa pulang ke Karanganyar. "Teman yang lainnya juga selamat dan masih berada di Palu," tutupnya.
Sejatinya ada 12 orang tertahan di lokasi bencana, tapi hanya enam yang pulang ke Karanganyar. Mereka adalah Dwi Purnomo, Sugiyanto, warga Desa Gerdu, Karangpandan. Kemudian Sutarwo, Apri Saryanto, dan Suwato, warga Bulurejo, Karangpandan, dan Dwi Wijayanto, warga Desa Berjo, Ngargoyoso. Mereka berhasil pulang karena dibelikan tiket pesawat oleh relawan Karangpandan. Enam perantau itu kesulitan pulang ke Karanganyar karena tidak ada uang. Pasalnya seluruh ATM di lokasi bencana dalam kondisi rusak. Belum lagi situasinya kacau balau, susah makan, minum tidak ada listrik.
Berdasarkan penuturan Dwi Purnomo Cs, mereka merantau ke Palu dan bekerja di salah satu kontraktor yang sedang membangun perumahan. Mereka tinggal di sebuah mess perusahaan. Hampir sebulan lamanya mereka ada di Palu dan bekerja di proyek dengan pendapatan Rp100.000 per hari.
Sebelum terjadi gempa bumi dan tsunami di Palu, rencananya mereka akan kerja lembur. Namun karena ada kendala teknis, mereka batal lembur dan lebih memilih pulang dan beristirahat di mess. Saat di jalan pulang ke mess, tiba-tiba gempa hebat terjadi dan membuat warga panik berhamburan menyelamatkan diri, termasuk rombongan pekerja asal Karanganyar. Setelah gempa mereda, mereka berusaha pulang ke mess tapi ternyata kondisi jalan sudah pecah dan retak. Di sekitarnya bagunan rumah hancur tak berbentuk.
"Saat itulah kita bertemu warga yang berlarian dan mengatakan ada tsunami, air laut sudah merusak bangunan. Kami terus berlari menyelamatkan diri hingga ke perbukitan," tutur Apri Saryanto yang ditemui di rumah dinas Bupati Karanganyar, Jumat (5/10/2018).
Di tengah keterbatasan yang ada, Apri masih bisa berkomunikasi dan menjelaskan kesulitan dana karena ATM semua rusakan. Sampai akhirnya atas bantuan semuanya dirinya bersama lima orang lainnya bisa pulang ke Karanganyar. "Teman yang lainnya juga selamat dan masih berada di Palu," tutupnya.
(amm)