Walau Terus Erupsi Ketinggian Gunung Anak Krakatau Bertambah 40 Meter
A
A
A
KALIANDA - Ketinggian Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda bertambah sekitar 40 meter atau hampir mencapai 400 meter dari permukaan laut meski terus mengalami erupsi dalam beberapa hari terakhir. Ketinggian disebabkan material vulkanik yang berada dalam perut bumi naik ke permukaan.
Hal ini berdasarkan pantauan Pos Pantau Gunung Anak Krakatau di Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Raja Basa, Lampung Selatan.
Petugas Pos Pantau Gunung Anak Krakatau Suwarno mengatakan, hingga saat ini Gunung Anak Krakatau masih berstatus Waspada atau level dua.
“Seluruh masyarakat maupun wisatawan dilarang mendekati gunung dalam radius 2 kilometer sebab akan sangat berbahaya,” kata Suwarno, Selasa (2/10/2018).
Menurut Suwarno, setelah mengalami erupsi yang cukup besar pada dua pekan lalu saat ini aktivitas Gunung Anak Krakatau terlihat di Selat Sunda relatif normal. Meski masih terus menerus terjadi kegempaan namun masih tergolong kecil yakni kegempaan tremor menerus atau micro meter dengan amplitudo 5 sampai 50 milimeter atau dominan 40 milimeter.
“Kondisi cuaca yang cerah namun berawan membuat asap kawah Gunung Anak Krakatau tidak bisa teramati dengan baik. Namun dari visual CCTV teramati sinar api serta terdengar suara dentuman dan getaran kaca bisa dirasakan dari Pos Pantau Gunung Anak Krakatau,” katanya.
Tak hanya menimbulkan ke khawatiran warga erupsi Gunung Anak Krakatau yang terjadi sejak tiga bulan terakhir menyebabkan alat seismograf yang ada di Gunung Anak Krakatau menjadi rusak. Kondisi gunung yang membahayakan keselamatan membuat pihak pos pantau belum bisa melakukan perbaikan.
Untuk melihat kondisi terkini Gunung Anak Krakatau, Pos Pantau Gunung Anak Krakatau yang ada di Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Raja Basa, Lampung Selatan hanya mengandalkan data dari pos pantau yang ada di Serang Banten.
Hal ini berdasarkan pantauan Pos Pantau Gunung Anak Krakatau di Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Raja Basa, Lampung Selatan.
Petugas Pos Pantau Gunung Anak Krakatau Suwarno mengatakan, hingga saat ini Gunung Anak Krakatau masih berstatus Waspada atau level dua.
“Seluruh masyarakat maupun wisatawan dilarang mendekati gunung dalam radius 2 kilometer sebab akan sangat berbahaya,” kata Suwarno, Selasa (2/10/2018).
Menurut Suwarno, setelah mengalami erupsi yang cukup besar pada dua pekan lalu saat ini aktivitas Gunung Anak Krakatau terlihat di Selat Sunda relatif normal. Meski masih terus menerus terjadi kegempaan namun masih tergolong kecil yakni kegempaan tremor menerus atau micro meter dengan amplitudo 5 sampai 50 milimeter atau dominan 40 milimeter.
“Kondisi cuaca yang cerah namun berawan membuat asap kawah Gunung Anak Krakatau tidak bisa teramati dengan baik. Namun dari visual CCTV teramati sinar api serta terdengar suara dentuman dan getaran kaca bisa dirasakan dari Pos Pantau Gunung Anak Krakatau,” katanya.
Tak hanya menimbulkan ke khawatiran warga erupsi Gunung Anak Krakatau yang terjadi sejak tiga bulan terakhir menyebabkan alat seismograf yang ada di Gunung Anak Krakatau menjadi rusak. Kondisi gunung yang membahayakan keselamatan membuat pihak pos pantau belum bisa melakukan perbaikan.
Untuk melihat kondisi terkini Gunung Anak Krakatau, Pos Pantau Gunung Anak Krakatau yang ada di Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Raja Basa, Lampung Selatan hanya mengandalkan data dari pos pantau yang ada di Serang Banten.
(sms)