Tim Arkeologi Temukan Aktivitas Kehidupan Mataram Kuno di Bayen
A
A
A
SLEMAN - Tim peneliti pusat kerajaan Mataran Kuno di Bayen, Purwomartani, Kalasan, Sleman, memastikan di tempat tersebut, pernah ada aktivitas masyarakat dan kehidupan pada masa lampau, yaitu sekitar abad 8-10 Masehi.
Indikasinya, saat melakukan pengalian berhasil menemukan potongan keramik gerabah dan plempeng atau pipa saluran air zaman kuno yang terbuat dari tanah. Dari ciri-cirinya keramik dan plempeng itu sama dengan yang ada di Candi Kedulan yang berasal dari Dinasti Tang dan Sun Tiongkok pada abad X masehi.
Potongan keramik gerabahdan plempeng tersebut ditemukan saat melakukan pengalian pada kedalaman 5 meter. Di mana untuk kepentingan penelitian tersebut, tim arkeologi mengali dua tempat satu di sisi barat membujur ke arah utara dan selatan dan satunya di sisi timur yang membujur ke arah barat dan timur. potongan keramik gerabah dan plempeng ditemukan di pengalian di sisi barat atau tempat pengalian awal.
Ketua tim penelitian pusat kerajaan Mataram Kuno dan kawasan lereng timur Merapi Balai Arkeologi DIY, Baskoro Ndaru Tjahjono mengatakan, dengan adanya penemuan potongan keramik dan plempeng dapat disimpulkan di tempat tersebut pernah ada aktivitas dan kehidupan masyarakat. Hal itu diperkuat dengan keberadaan gerabah yang ditemukan.
“Sesuai dengan teori, kedalaman 5 meter merupakan lapisan kehidupan masyarakat. Jadi keseimpulan awal disini dulu ada aktivitas masyarakat,” kata Baskoro soal perkembangan penelitian pusat kerajaaan Mataram Kuno di Bayen, Purwomatani, Kalasan, Sleman, Senin (24/9/2018).
Potongan keramik gerabah dan plempeng itu ditemukan saat pengalian Sabtu dan Minggu (22 dan 23/9/2018). Menurut Baskoro dengan temuan tersebut, maka untuk sementara pengalian di tempat tersebut akan dihentikan dan akan melakukan penelitian di tempat lain.
Namun temuan itu akan menjadi acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya. “Kami putuskan penelitian di sini (Bayen) dihentikan sementara dan akan menutup lagi galian tersebut,” terangnya.
Menurut Baskoro, tum akan melakukan penelitian lagi di tempat baru, yaitu di daerah Sukoharjo, Jawa Tengah. Hanya saja tempatnya mana belum bisa memastikan, sebab masih akan melakuka observasi, terutama lokasi untuk penelitian. “Kami memang menfokuskan dua daerah untuk penelitian kerajaan Mataram Kuno ini, yaitu di Sleman dan Sukoharjo,” jelasnya.
Warga setempat, Sumardi, 81 mengatakan setelah ada penemuan potongan keramik gerabah dan plempeng, sudah tidak ada pengalian lagi, justru petugas mulai melakukan penutupan galian tersebut. “Hari ini tidak ada pengalian, katanya akan pindah lokasi,” kata Sumardi yang rumahnya berada di sisi utara tempat pengalian penelitian itu.
Sumardi menaambahkan potongan keramik gerabah tersebut, sudah dibawa petugas untuk penelitian. Selain itu, beberapa potongan batu berelief yang dulunya dipakai untuk pondasi irigasi juga sudah dibongkar, namun belum dijadikan satu.
Indikasinya, saat melakukan pengalian berhasil menemukan potongan keramik gerabah dan plempeng atau pipa saluran air zaman kuno yang terbuat dari tanah. Dari ciri-cirinya keramik dan plempeng itu sama dengan yang ada di Candi Kedulan yang berasal dari Dinasti Tang dan Sun Tiongkok pada abad X masehi.
Potongan keramik gerabahdan plempeng tersebut ditemukan saat melakukan pengalian pada kedalaman 5 meter. Di mana untuk kepentingan penelitian tersebut, tim arkeologi mengali dua tempat satu di sisi barat membujur ke arah utara dan selatan dan satunya di sisi timur yang membujur ke arah barat dan timur. potongan keramik gerabah dan plempeng ditemukan di pengalian di sisi barat atau tempat pengalian awal.
Ketua tim penelitian pusat kerajaan Mataram Kuno dan kawasan lereng timur Merapi Balai Arkeologi DIY, Baskoro Ndaru Tjahjono mengatakan, dengan adanya penemuan potongan keramik dan plempeng dapat disimpulkan di tempat tersebut pernah ada aktivitas dan kehidupan masyarakat. Hal itu diperkuat dengan keberadaan gerabah yang ditemukan.
“Sesuai dengan teori, kedalaman 5 meter merupakan lapisan kehidupan masyarakat. Jadi keseimpulan awal disini dulu ada aktivitas masyarakat,” kata Baskoro soal perkembangan penelitian pusat kerajaaan Mataram Kuno di Bayen, Purwomatani, Kalasan, Sleman, Senin (24/9/2018).
Potongan keramik gerabah dan plempeng itu ditemukan saat pengalian Sabtu dan Minggu (22 dan 23/9/2018). Menurut Baskoro dengan temuan tersebut, maka untuk sementara pengalian di tempat tersebut akan dihentikan dan akan melakukan penelitian di tempat lain.
Namun temuan itu akan menjadi acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya. “Kami putuskan penelitian di sini (Bayen) dihentikan sementara dan akan menutup lagi galian tersebut,” terangnya.
Menurut Baskoro, tum akan melakukan penelitian lagi di tempat baru, yaitu di daerah Sukoharjo, Jawa Tengah. Hanya saja tempatnya mana belum bisa memastikan, sebab masih akan melakuka observasi, terutama lokasi untuk penelitian. “Kami memang menfokuskan dua daerah untuk penelitian kerajaan Mataram Kuno ini, yaitu di Sleman dan Sukoharjo,” jelasnya.
Warga setempat, Sumardi, 81 mengatakan setelah ada penemuan potongan keramik gerabah dan plempeng, sudah tidak ada pengalian lagi, justru petugas mulai melakukan penutupan galian tersebut. “Hari ini tidak ada pengalian, katanya akan pindah lokasi,” kata Sumardi yang rumahnya berada di sisi utara tempat pengalian penelitian itu.
Sumardi menaambahkan potongan keramik gerabah tersebut, sudah dibawa petugas untuk penelitian. Selain itu, beberapa potongan batu berelief yang dulunya dipakai untuk pondasi irigasi juga sudah dibongkar, namun belum dijadikan satu.
(wib)