Mahasiswa UGM Ciptakan Sepatu Kesehatan untuk Orang Lumpuh

Jum'at, 07 September 2018 - 19:20 WIB
Mahasiswa UGM Ciptakan Sepatu Kesehatan untuk Orang Lumpuh
Mahasiswa UGM Ciptakan Sepatu Kesehatan untuk Orang Lumpuh
A A A
YOGYAKARTA - Berawal dari pengalaman salah satu anggota tim, tiga mahasiswa UGM berhasil menyabet dua medali emas dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Karsa Cipta (PKM-KC) pada Pekan Ilmah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) pada 29 Agustus-1 September 2018 di UNY. Mereka menciptakan sepatu yang bisa mencegah kontraktur pergelangan kaki (ankle) pada penderita kelumpuhan.

Tiga mahasiswa Sekolah Vokasi UGM ini masing-masing adalah Muhammad Fahmi Husaen (Komputer dan Sistem Informasi), Danar Aulia Hasan (Metrologi dan Instrumentasi), serta Widiyanto (Komputer dan Sistem Informasi). Pengembangan alat yang dinamai Aveo (Achilles Physiotheraphy Orthosis) ini berawal dari pengalaman Fahmi yang menderita duchenne muscular dystrophy (DMD). Penyakit itu menyebabkan penurunan fungsi otot sehingga mengalami kelumpuhan kaki.

"Karena pergelangan kaki saya tidak pernah difisioterapi, saya mengalami kekakuan dan sulit untuk bergerak. Kondisi ini sering disebut dengan kontraktur ankle akibat kekakuan otot," kata Fahmi di Ruang Fortakgama UGM, Jumat (7/9/2018).

Kondisi ini yang kemudian menginspirasinya untuk membuat sebuah alat yang dapat membantu mencegah terjadinya kontraktur ankle. "Sepatu yang kami kembangkan ini bisa memberikan gerakan otomatis seperti fisioterapi sehingga bisa mencegah kontraktur ankle," tuturnya.

Sepatu kesehatan ini dibuat dengan menggunakan motor servo sebagai penggerak utamanya yang dihubungkan ke kontroler berbasis arduino nano. Alat ini dilengkapi pula dengan sensor gyroscope dan accelometer untuk memperkirakan pergerakan sendi apakah sudah maksimal ketika menggunakan mode otomatis. Alat ini dikontrol menggunakan smartphone Android.

"Penggunanya bisa mengatur sendiri derajat kemiringan dan kecepatannya. Bisa menggerakan ankle kaki 20 derajat ke atas dan 45 derajat ke arah bawah," jelas Fahmi. Sepatu Aveo ini mereka kembangkan sejak April 2018 di bawah arahan dosen pembimbing Budi Sumanto.

Danar Aulia Hasan menambahkan sepatu Aveo terbagi menjadi dua bagian. Pertama bagian yang menyangga kaki bawah dan betis. Kedua, bagian penyangga kaki. "Kedua bagian itu dibuat menggunakan plastik politetilen yang dihubungkan dengan engsel dari alumunium dan ke motor servo sebagai penggerak," katanya.

Untuk sumber listrik ketiga mahasiswa ini menggunakan baterai dengan daya 7.4 volt. Baterai dan kontroler ini ditempatkan pada bagian yang menyangga kaki bawah dan betis. Pada umumnya durasi fisioterapi dilakukan selama 30-60 menit, namun untuk sepatu Aveo, fisioterapi bisa diperpendek menjadi sekitar 15-30.

"Sepatu Aveo tidak hanya membantu mencegah kontraktur ankle penderita kelumpuhan. Namun juga membantu penderita melakukan fisioterapi secara mandiri," kata Danar. Untuk membuat alat ini, biaya yang dikeluarkan tidak terlalu mahal hanya sekitar Rp2 jutaan. Jika diproduksi massal mereka yakin biaya bisa ditekan hingga hanya sekitar Rp1,5 juta.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6254 seconds (0.1#10.140)