Bermasalah, Keluarga Pemulung Nekat Tempati Hunian Tetap PGOT

Jum'at, 17 Agustus 2018 - 10:15 WIB
Bermasalah, Keluarga Pemulung Nekat Tempati Hunian Tetap PGOT
Bermasalah, Keluarga Pemulung Nekat Tempati Hunian Tetap PGOT
A A A
GUNUNGKIDUL - Satu keluarga pemulung nekat menempati hunian tetap bagi gelandangan dan pengemis (gepeng) di Dusun Doga, Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Padahal penggunaan kompleks yang berisi 40 unit rumah milik Dinas Sosial (Dinsos) DIY tersebut belum jelas lantaran lokasinya di kawasan rawan bencana dan tidak mengantongi izin mendirikan bangunan (IMB).

Mereka yang nekat menempati hunian tersebut adalah Suparman (45) bersama istri Usrek (40), dan anak semata wayangnya Intan Permatasari (7). Empat hari terakhir, keluarga yang sempat masuk dalam daftar penghuni perumahan lewat Program Desaku Menanti ini tinggal di rumah yang belum dialiri listrik dan sarana air bersih.
"Dulu saya dapat momor 33 jadi ya saya ambil. Saya mau bertani saja dan tidak akan memulung lagi," tutur Suparman kepada wartawan, Kamis (16/8/2018).

Suparman membuat alat penerangan sederhana dengan lampu buatan dari minyak solar. Kemudian untuk air bersih dia mesti berjalan sekitar 350 meter di sisi bawah bukit Doga.

Sesuai Kartu Keluarga (KK), Suparman merupakan warga Temanggung, Jawa Tengah. Dia mengaku belum mengetahui pekerjaan apa yang akan dijalankan selama tinggal hunian tetap bagi gelandangan dan pengemis. Pria yang sudah memulung di Yogyakarta selama puluhan tahun tersebut ingin bertani dan membuat pupuk organik. "Untuk beras mungkin bisa bertahan sebulan, lauknya beli di desa, beli sayur asal bisa makan dulu," ucapnya

Untuk pendidikan anaknya Suparman berencana memindahkan ke sekolah terdekat. "Intan sudah sekolah kelas I, tetapi kemarin terpaksa keluar dulu, mau pindah di sini saja," imbuh dia.

Sementara, Kepala Desa Nglanggeran, Senen mengaku belum ada koordinasi dengan instansi terkait mengenai hunian di Program Desaku Menanti tersebut. Padahal dia mengakui sudah mulai dihuni. "Memang keluarga tersebut ada didaftar. Tapi kami juga belum mengetahui kok sudah dihuni," ucapnya.

Hingga saat ini, pihaknya belum bisa memastikan apakah lokasi tersebut akan digunakan atau tidak. Ini lantaran lokasi berada di kemiringan 45 derajat yang rawan longsor.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9409 seconds (0.1#10.140)