PLTA Batangtoru Bina Warga Budidayakan Ikan Jurung
A
A
A
TAPANULI SELATAN - Perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), melakukan pembinaan budidaya ikan jurung kepada warga yang ada di hilir Batangtoru. Program ini bertujuan untuk melestarikan biodiversitas, yakni ikan jurung.
PLTA Batangtoru ikut memperhatikan pengembangan softskil masyarakat, seperti yang dilakukan Marihot Anton Sihombing. Marihot merupakan seorang breeder (pembudidaya) ikan jurung (ikan merah) yang sudah 15 tahun membudidayakan ikan jurung secara tradisional. Ketekunannya membudidayakan ikan jurung mematahkan fenomena bahwa ikan jurung seperti Salmon yang berpijah di hulu.
“Artinya, ikan jurung dapat diperbanyak atau dibudidayakan dengan menciptakan iklim atau suasana seperti di habitat alaminya,” ujar perwakilan perusahaan PLTA Batangtoru, Tapsel, Sumatera Utara, Agus Djoko Ismanto, Senin (13/8/2018).
Laki-laki yang akrab disapa Aji itu menjelaskan, ketika pelatihan, Marihot diajarkan memanfaatkan teknologi hatchery indoor agar hasil budidaya lebih banyak karena dapat meminimalkan faktor-faktor penyebab mortalitas telur.
Saat ini, di rumahnya terdapat 8 kolam penangkaran ikan jurung dengan teknologi sederhana yakni memanfaatkan aliran dan debit air serta tidak menggunakan aliran listrik ataupun teknologi. Lebih lanjut kata dia, Jika perkembangbiakan secara manual, tingkat keberhasilannya yaitu kurang dari 30% dari total telur yang dihasilkan induk. Tetapi dengan menggunakan hatchery indoor tingkat keberhasilan perkembangbiakan dapat mencapai 90% dari total telur yang dihasilkan.
“Hal tersebut dipengaruhi oleh pengaturan suhu yang stabil, tidak adanya predator, dan mortalitas hanya mencapai 5%,” ujar Aji.
Ikan Jurung sendiri merupakan ikan yang dianggap sebagai primadona bagi masyarakat Batak. Pasalnya pada zaman dulu, ikan ini digunakan untuk acara-acara adat dan hanya disajikan dan boleh dinikmati untuk raja-raja Batak. ”Dengan adanya kerja sama peningkatan softskill ini diharapkan dapat membantu melestarikan dan memperbanyak ikan Jurung,” tandasnya.
PLTA Batangtoru ikut memperhatikan pengembangan softskil masyarakat, seperti yang dilakukan Marihot Anton Sihombing. Marihot merupakan seorang breeder (pembudidaya) ikan jurung (ikan merah) yang sudah 15 tahun membudidayakan ikan jurung secara tradisional. Ketekunannya membudidayakan ikan jurung mematahkan fenomena bahwa ikan jurung seperti Salmon yang berpijah di hulu.
“Artinya, ikan jurung dapat diperbanyak atau dibudidayakan dengan menciptakan iklim atau suasana seperti di habitat alaminya,” ujar perwakilan perusahaan PLTA Batangtoru, Tapsel, Sumatera Utara, Agus Djoko Ismanto, Senin (13/8/2018).
Laki-laki yang akrab disapa Aji itu menjelaskan, ketika pelatihan, Marihot diajarkan memanfaatkan teknologi hatchery indoor agar hasil budidaya lebih banyak karena dapat meminimalkan faktor-faktor penyebab mortalitas telur.
Saat ini, di rumahnya terdapat 8 kolam penangkaran ikan jurung dengan teknologi sederhana yakni memanfaatkan aliran dan debit air serta tidak menggunakan aliran listrik ataupun teknologi. Lebih lanjut kata dia, Jika perkembangbiakan secara manual, tingkat keberhasilannya yaitu kurang dari 30% dari total telur yang dihasilkan induk. Tetapi dengan menggunakan hatchery indoor tingkat keberhasilan perkembangbiakan dapat mencapai 90% dari total telur yang dihasilkan.
“Hal tersebut dipengaruhi oleh pengaturan suhu yang stabil, tidak adanya predator, dan mortalitas hanya mencapai 5%,” ujar Aji.
Ikan Jurung sendiri merupakan ikan yang dianggap sebagai primadona bagi masyarakat Batak. Pasalnya pada zaman dulu, ikan ini digunakan untuk acara-acara adat dan hanya disajikan dan boleh dinikmati untuk raja-raja Batak. ”Dengan adanya kerja sama peningkatan softskill ini diharapkan dapat membantu melestarikan dan memperbanyak ikan Jurung,” tandasnya.
(rhs)