Pemerintah Pusat Dukung Kemandirian Pangan di Riau
A
A
A
PEKANBARU - Pemerintah pusat mendukung pengembangan kemandirian pangan di Riau. Tidak hanya sagu sebagai pangan alternatif, juga bibit padi dengan varietas unggul bisa dikembangkan di Riau agar Bumi Lancang Kuning bisa menjadi lumbung padi nasional.
Menristekdikti Mohammad Nasir mengatakan, Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-23 kali ini diselenggarakan di Pekanbaru dengan mengambil tema Inovasi untuk Kemandirian Pangan dan Energi. Menurut Menristekdikti, dipilihnya Riau dengan tema seperti itu karena kebutuhan pangan di Riau sangat tinggi sementara produksi didalamnya masih kurang. Melalui acara ini, maka inovasi-inovasi yang ada di pemerintah pusat bisa dikenalkan ke Riau.
Kemenristekdikti, katanya, sangat mendukung inovasi sagu yang dikembangkan Pemprov Riau. Sebab sagu bisa menjadi pangan alternatif yang lebih sehat daripada beras. Sagu, katanya, bebas gluten sehingga tidak menyebabkan implikasi peyakit di tubuh.
"Sagu perlu dipromosikan secara masif sebab kadang masyarakat masih menganggap sagu sebagai makanan kelas ekonomi rendahan," katanya pada Bakti Inovasi Tanam dan Panen Padi di Desa Pulau Tinggi, Kabupaten Kampar, Riau.
Mantan Rektor Undip ini mengatakan, Kemenristekdikti juga mendorong Kabupaten Kampar menjadi lumbung padi bagi Riau dan provinsi sekitarnya. Hal ini dilakukan dengan pemberian bibit padi Sidenuk yang telah terbukti bisa menghasilkan 12,9 ton padi per sekali panen di Jawa Tengah.
Dia menjelaskan, padi yang selama ini ditanam di Kampar hanya mampu menghasilkan padi 4-5 ton saja. Sementara hasil terendah padi Sidenuk bisa sampai 8 ton. "Kalau rata-ratanya 9 ton (produksi padi Sidenuk). Ini luar biasa jika dikembangkan maka padi akan menopang sumber daya. Kampar bisa menjadi lumbung padi di masa depan," katanya.
Dalam arahannya Menristekdikti mengimbau kepada Universitas Riau (Unri) bersama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk membantu masyarakat Kabupaten Kampar agar bisa menghasilkan padi jenis Batang Piaman yang lebih bagus dan lebih banyak lagi produksinya.
Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikri Jumain Appe menyampaikan, jenis benih padi yang ditanam pada acara tersebut yaitu benih padi Sidenuk dan jenis padi yang dipanen adalah varietas lokal Tiyang Piaman yang telah ditanam oleh masyarakat lokal. Perbedaan keduanya yaitu benih padi Sidenuk adalah jenis beras yang pulen sementara varietas lokal Tiyang Piaman jenis beras yang pera.
Sementara itu, Wakil Bupati Kampar Catur Sugeng menyebutkan bahwa padi yang ada di Kabupaten Kampar ini mayoritas merupakan kesukaan masyarakatnya, yaitu padi jenis varietas lokal Tiyang Piaman. Dia pun mengharapkan kedatangan Menristekdikti diharapkan membantu masyarakat khusunya para petani di Kabupaten Kampar untuk meningkatkan produktivitas padi Tiyang Piaman.
Menristekdikti Mohammad Nasir mengatakan, Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-23 kali ini diselenggarakan di Pekanbaru dengan mengambil tema Inovasi untuk Kemandirian Pangan dan Energi. Menurut Menristekdikti, dipilihnya Riau dengan tema seperti itu karena kebutuhan pangan di Riau sangat tinggi sementara produksi didalamnya masih kurang. Melalui acara ini, maka inovasi-inovasi yang ada di pemerintah pusat bisa dikenalkan ke Riau.
Kemenristekdikti, katanya, sangat mendukung inovasi sagu yang dikembangkan Pemprov Riau. Sebab sagu bisa menjadi pangan alternatif yang lebih sehat daripada beras. Sagu, katanya, bebas gluten sehingga tidak menyebabkan implikasi peyakit di tubuh.
"Sagu perlu dipromosikan secara masif sebab kadang masyarakat masih menganggap sagu sebagai makanan kelas ekonomi rendahan," katanya pada Bakti Inovasi Tanam dan Panen Padi di Desa Pulau Tinggi, Kabupaten Kampar, Riau.
Mantan Rektor Undip ini mengatakan, Kemenristekdikti juga mendorong Kabupaten Kampar menjadi lumbung padi bagi Riau dan provinsi sekitarnya. Hal ini dilakukan dengan pemberian bibit padi Sidenuk yang telah terbukti bisa menghasilkan 12,9 ton padi per sekali panen di Jawa Tengah.
Dia menjelaskan, padi yang selama ini ditanam di Kampar hanya mampu menghasilkan padi 4-5 ton saja. Sementara hasil terendah padi Sidenuk bisa sampai 8 ton. "Kalau rata-ratanya 9 ton (produksi padi Sidenuk). Ini luar biasa jika dikembangkan maka padi akan menopang sumber daya. Kampar bisa menjadi lumbung padi di masa depan," katanya.
Dalam arahannya Menristekdikti mengimbau kepada Universitas Riau (Unri) bersama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk membantu masyarakat Kabupaten Kampar agar bisa menghasilkan padi jenis Batang Piaman yang lebih bagus dan lebih banyak lagi produksinya.
Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikri Jumain Appe menyampaikan, jenis benih padi yang ditanam pada acara tersebut yaitu benih padi Sidenuk dan jenis padi yang dipanen adalah varietas lokal Tiyang Piaman yang telah ditanam oleh masyarakat lokal. Perbedaan keduanya yaitu benih padi Sidenuk adalah jenis beras yang pulen sementara varietas lokal Tiyang Piaman jenis beras yang pera.
Sementara itu, Wakil Bupati Kampar Catur Sugeng menyebutkan bahwa padi yang ada di Kabupaten Kampar ini mayoritas merupakan kesukaan masyarakatnya, yaitu padi jenis varietas lokal Tiyang Piaman. Dia pun mengharapkan kedatangan Menristekdikti diharapkan membantu masyarakat khusunya para petani di Kabupaten Kampar untuk meningkatkan produktivitas padi Tiyang Piaman.
(wib)