Kisah Anak Tukang Bubur Masuk Capratar Akmil
A
A
A
PURBALINGGA - Layaknya anak muda lainnya, Imron Ichwani yang tinggal di Jalan Cempaka RT 03/06, Desa Selabaya, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, juga memiliki cita-cita yang tinggi.
Imron kecil kala itu bercita-cita masuk STAN, namun lain dulu lain sekarang. Anak ketiga dari enam bersaudara dari Sugeng Suroso yang sehari-hari berdagang bubur ayam ini sekarang telah menjadi Calon Prajurit Taruna (Capratar) Akmil Tahun 2018.
Sugeng Suroso menuturkan, Imron anaknya memang cerdas. Dari SD sudah sering ikut lomba matematika, bahkan nilai matematika pada ujian nasional (UN) 10. Saat duduk di bangku SMP dan SMA Imron juga ikut lomba Olimpiade tingkat provinsi.
Imron Ichwani menyelesaikan SD di SDN 1 Selabaya, Kalimanah (2012) dan SMP di SMPN 1 Purbalingga (2015). Memasuki SMA, Imron harus tinggal bersama kakeknya di Arcawinangun Purwokerto, karena harus bersekolah di SMAN 1 Purwokerto dan selesai SMA jurusan IPA (2018).
Imron yang selama SMA harus tinggal bersama kakeknya di Purwokerto karena jarak yang jauh, selalu aktif dalam organisasi kesiswaan dan paskibraka. Berawal dari sana dan arahan dari Guru Pembina SMA, Imron yang awalnya bercita-cita masuk STAN bersama 16 rekan Almuni SMAN 1 Purwokerto mendaftar Akmil.
Soal anaknya yang masuk Capratar, Sugeng Suroso mengetahui anaknya lolos pada 28 Juli 2018, langsung ditelepon oleh anaknya. “Alhamdulilah Pak, saya lulus Capratar Akmil, besok 30 Juli 2018 saya ke Bandung untuk mengambil perlengkapan baju,” cerita Sugeng
Rasa haru, bangga, bahagia dan gak percaya anak saya diterima menjadi Calon Prajurit Taruna Akmil. Saya dan keluarga sangat senang dan bangga, karena Imron memang anak yang rajin, taat pada orang tua dan tekun beribadah. “Pokoknya anak saya itu nggak neko-neko (aneh-aneh)," imbuhnya.
Sugeng Suroso sudah sepuluh tahun ini sehari-hari berdagang bubur ayam keliling dengang menggunakan sepeda motor dengan penghasilan rata-rata Rp50.000.
“Saya cuma dagang bubur ayam keliling, berangkat jam 05.00 sampai jam 09.00 pagi. Rute jualan saya dari Dusun Karangpetir, Grecol, Karangmanyar sampai ke Asrama 406/Ck, balik lagi ke rumah”, terang Sugeng, Minggu (5/8/2018).
Dikonfirmasi tentang adanya anak tukang bubur yang lulus Taruna Akmil, Kapendam IV/Diponegoro Letkol Arh Zaenudin membenarkan hal itu. “Benar, salah satu Calon Prajurit Taruna Akmil tahun 2018 adalah anak tukang bubur ayam keliling dari Purbalingga. Itulah bukti bahwa menjadi Taruna Akmil itu bukan hanya untuk anak pejabat tetapi semua warga negara Indonesia yang memenuhi syarat”, terang Kapendam.
Menurutnya, prajurit TNI adalah hak dari semua WNI, siapa saja boleh dan bisa, asalkan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, baik untuk calon Perwira, Bintara maupun Tamtama. "Dan yang perlu digaris bawahi, bahwa masuk TNI tidak dipungut biaya alias gratis," tegasnya.
Imron kecil kala itu bercita-cita masuk STAN, namun lain dulu lain sekarang. Anak ketiga dari enam bersaudara dari Sugeng Suroso yang sehari-hari berdagang bubur ayam ini sekarang telah menjadi Calon Prajurit Taruna (Capratar) Akmil Tahun 2018.
Sugeng Suroso menuturkan, Imron anaknya memang cerdas. Dari SD sudah sering ikut lomba matematika, bahkan nilai matematika pada ujian nasional (UN) 10. Saat duduk di bangku SMP dan SMA Imron juga ikut lomba Olimpiade tingkat provinsi.
Imron Ichwani menyelesaikan SD di SDN 1 Selabaya, Kalimanah (2012) dan SMP di SMPN 1 Purbalingga (2015). Memasuki SMA, Imron harus tinggal bersama kakeknya di Arcawinangun Purwokerto, karena harus bersekolah di SMAN 1 Purwokerto dan selesai SMA jurusan IPA (2018).
Imron yang selama SMA harus tinggal bersama kakeknya di Purwokerto karena jarak yang jauh, selalu aktif dalam organisasi kesiswaan dan paskibraka. Berawal dari sana dan arahan dari Guru Pembina SMA, Imron yang awalnya bercita-cita masuk STAN bersama 16 rekan Almuni SMAN 1 Purwokerto mendaftar Akmil.
Soal anaknya yang masuk Capratar, Sugeng Suroso mengetahui anaknya lolos pada 28 Juli 2018, langsung ditelepon oleh anaknya. “Alhamdulilah Pak, saya lulus Capratar Akmil, besok 30 Juli 2018 saya ke Bandung untuk mengambil perlengkapan baju,” cerita Sugeng
Rasa haru, bangga, bahagia dan gak percaya anak saya diterima menjadi Calon Prajurit Taruna Akmil. Saya dan keluarga sangat senang dan bangga, karena Imron memang anak yang rajin, taat pada orang tua dan tekun beribadah. “Pokoknya anak saya itu nggak neko-neko (aneh-aneh)," imbuhnya.
Sugeng Suroso sudah sepuluh tahun ini sehari-hari berdagang bubur ayam keliling dengang menggunakan sepeda motor dengan penghasilan rata-rata Rp50.000.
“Saya cuma dagang bubur ayam keliling, berangkat jam 05.00 sampai jam 09.00 pagi. Rute jualan saya dari Dusun Karangpetir, Grecol, Karangmanyar sampai ke Asrama 406/Ck, balik lagi ke rumah”, terang Sugeng, Minggu (5/8/2018).
Dikonfirmasi tentang adanya anak tukang bubur yang lulus Taruna Akmil, Kapendam IV/Diponegoro Letkol Arh Zaenudin membenarkan hal itu. “Benar, salah satu Calon Prajurit Taruna Akmil tahun 2018 adalah anak tukang bubur ayam keliling dari Purbalingga. Itulah bukti bahwa menjadi Taruna Akmil itu bukan hanya untuk anak pejabat tetapi semua warga negara Indonesia yang memenuhi syarat”, terang Kapendam.
Menurutnya, prajurit TNI adalah hak dari semua WNI, siapa saja boleh dan bisa, asalkan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, baik untuk calon Perwira, Bintara maupun Tamtama. "Dan yang perlu digaris bawahi, bahwa masuk TNI tidak dipungut biaya alias gratis," tegasnya.
(wib)