Aktivis Lingkungan Tagih Pencanangan Kali Brantas Bebas Popok 2020
A
A
A
SURABAYA - Kampanye "Kali Brantas bebas Popok 2020", terus digulirkan. Setelah aksi memungut popok di aliran Sungai Kali Surabaya, kali ini sejumlah aktivis pecinta lingkungan bersama Ecoton melanjutkan aksinya di depan Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (31/7/2018). Mereka menagih janji pemerintah Provinsi Jawa Timur, Kota Surabaya, produsen, masyarakat serta kementerian terkait yang telah sepakat untuk ikut mendeklarasian serta mencanangkan "Kali Brantas bebas Popok 2020".
Dalam aksinya mereka membawa miniatur ikan raksasa yang disimulasikan keracunan popok bayi. Mulut ikan digambarkan seolah sedang memakan popok yang terurai di sungai.
Direktur Eksekutif Ecoton Prigi Arisandi mengatakan, sudah setahun berlalu dan 365 juta popok sekali pakai terbuang ke Sungai Brantas, namun pemerintah provinsi dan kementerian tidak juga menyikapi masalah ini dengan serius.
“Ketidakseriusan pemerintah membahayakan lebih dari kehidupan keberlangsungan hidup 21 jenis ikan yang hidup di Kali Brantas dan lebih dari 3 juta konsumen PDAM,” katanya.
Tim peneliti Ecoton, Andreas Agus Kristanto Nugroho menambahkan, sampah popok sekali pakai yang masuk ke Kali Brantas terurai dan menjadi ancaman baru. Microfiber dan mikroplastik menjadi ancaman baru bagi ikan dan konsumen PDAM.
“Dalam Isi perut 80% ikan yang kami teliti diantaranya, ikan nila, jendil, rengkik, keting, bayer merah dan bader putih, ditemukan mikroplastik dan mikro fiber,” terang Andreas.
Pegiat lingkungan tersebut juga menuntut pada pemerintah agar serius mengatasi permasalahan popok sekali pakai. Beberapa tuntutan tersebut diantaranya, secepatnya pemerintah melakukan pembersihan popok sekali pakai di kali Brantas, melakukan patroli rutin di sungai dan menindak pembuang sampah popok sekali pakai ke sungai serta menyediakan fasilitas dropping point (droppo) dan pengangkutan.
Dalam aksinya mereka membawa miniatur ikan raksasa yang disimulasikan keracunan popok bayi. Mulut ikan digambarkan seolah sedang memakan popok yang terurai di sungai.
Direktur Eksekutif Ecoton Prigi Arisandi mengatakan, sudah setahun berlalu dan 365 juta popok sekali pakai terbuang ke Sungai Brantas, namun pemerintah provinsi dan kementerian tidak juga menyikapi masalah ini dengan serius.
“Ketidakseriusan pemerintah membahayakan lebih dari kehidupan keberlangsungan hidup 21 jenis ikan yang hidup di Kali Brantas dan lebih dari 3 juta konsumen PDAM,” katanya.
Tim peneliti Ecoton, Andreas Agus Kristanto Nugroho menambahkan, sampah popok sekali pakai yang masuk ke Kali Brantas terurai dan menjadi ancaman baru. Microfiber dan mikroplastik menjadi ancaman baru bagi ikan dan konsumen PDAM.
“Dalam Isi perut 80% ikan yang kami teliti diantaranya, ikan nila, jendil, rengkik, keting, bayer merah dan bader putih, ditemukan mikroplastik dan mikro fiber,” terang Andreas.
Pegiat lingkungan tersebut juga menuntut pada pemerintah agar serius mengatasi permasalahan popok sekali pakai. Beberapa tuntutan tersebut diantaranya, secepatnya pemerintah melakukan pembersihan popok sekali pakai di kali Brantas, melakukan patroli rutin di sungai dan menindak pembuang sampah popok sekali pakai ke sungai serta menyediakan fasilitas dropping point (droppo) dan pengangkutan.
(sms)