Teleskop Robotic Ponpes Assalam Solo Amati Gerhana Bulan Total
A
A
A
SOLO - Observatorium Pondok Pesantren (Ponpes) Modern Assalam, Surakarta/Solo, Jawa Tengah bakal menggelar pengamatan terhadap gerhana bulan total pada Sabtu (28/7/2018) dini hari mendatang. Teleskop robotic, digital, dan manual disiapkan guna memberi kesempatan masyarakat yang ingin melihat fenomena alam yang cukup langka tersebut.
Kepala Pusat Astronomi Ponpes Modern Assalam AR Sugeng Riyadi mengatakan, fenomena gerhana bulan telah diprediksi sesuai perhitungan astronomis pada 28 Juli mendatang. Gerhana bulan total merupakan yang kedua kalinya pada tahun ini. Hanya, puncak gerhana bulan total pada 31 Januari lalu di Solo dan sekitarnya tidak bisa disaksikan karena terkendala cuaca.
"Saat ini musimnya cerah, mudah-mudahan dapat dilihat," kata Sugeng Riyadi di Solo, Jawa Tengah, Kamis (26/7/2018).
Observatorium Ponpes Assalam rencananya akan dibuka mulai pukul 00.00 WIB hingga pukul 05.00 WIB. Gerhana bulan total sendiri diprediksi selesai pada 04.13 WIB. Selain teleskop robotic, digital, dan manual, teleskop rakitan siswa ponpes rencananya juga akan disiapkan. Termasuk juga adapter penghubung dari gadget ke teleskop. Sehingga masyarakat yang ingin mengabadikan dapat memotret sendiri karya masing masing. "Kami juga akan menyiapkan makanan ringan godokan dan minuman hangat karena udara cukup dingin," katanya.
Gerhana bulan total yang akan terjadi dalam waktu dekat, merupakan fenomena langka di abad ini karena durasinya mencapai 1 jam 45 menit. Sedangkan prosesnya sendiri berlangsung sekitar lima jam. Sesuai prediksi, gerhana bulan akan datang pada 2021 mendatang, tepatnya pada 26 Mei. Gerhana akan berlangsung setelah matahari terbenam. "Tapi waktunya cepat sekitar 15 menit saja," bebernya. Para santri ponpes juga akan menggelar Salat Gerhana pada pukul 03.30 WIB. (Baca Juga: Gerhana Bulan Terlama di Abad Ini Sambangi Indonesia Pada 28 Juli
Lebih jauh dijelaskan, gerhana bulan sejatinya mirip bulan purnama yang terjadi setiap bulan. Saat bulan purnama, bulan posisinya di ufuk timur, dan matahari saat sore terbenam. Sehingga saat bulan purnama karena posisi bumi di antara matahari dan bulan. Gerhana terjadi saat mengitari bumi, rotasi bulan miring 5 derajat dan suatu saat sejajar dengan bidang ecliptika.
Artinya, rotasi bulan mengelilingi bumi sejajar dengan bumi mengelilingi matahari. Sehingga ketika bumi menutupi matahari, maka terjadi gerhana matahari. Dan saat bulan oposisi, cahaya ke bulan dari matahari ditutupi oleh bumi.
Dari Solo, posisi bulan saat gerhana posisinya di langit agak ke barat dan sedikit ke selatan. Semula bulan purnama berwarna putih keabu abuan dengan kawah warna kehitaman. Ketika gerhana mulai pukul 00.15 WIB, kondisinya masih penumbra dan dilihat secara mata visual nampak masih purnama. Pada pukul 01.24 WIB mulai terjadi kontak bayangan inti bumi menutupi bulan.
"Bulan bagian atasnya agak kehitaman, makin lebar menutupi separuh lalu semuanya," kata Sugeng.
Sementara mulai pukul 01.30 WIB, bulan mulai meredup tapi masih kelihatan. Dan pada pukul 02.30 WIB, warnanya mulai memerah. Pada puncak gerhana bulan total, warnanya masih nampak merah dapat dilihat dengan mata telanjang tanpa alat. Termasuk juga bisa dipotret dengan handphone. Namun jika ingin melihat dengan detail dapat dibantu dengan teleskop. Selanjutnya pukul 04.15 WIB warna merah mulai berbudar lalu hitam, dan hitamnya lama lama lepas. Selanjutnya pada pukul 05.20 WIB sudah kembali ke bulan purnama lagi.
Warna kemerahan saat gerhana bulan total, tambahnya, merupakan efek asmofer bumi. Sehingga jika nanti warnanya merah sekali, menunjukkan kondisi atmosfer bersih. Namun jika merah agak redup dan kusam, maka kondisi atmosfer kotor yang dimungkinkan karena asap, atau gunung merapi meletus. Gerhana bulan ini dapat dilihat sekitar 75% muka bumi. Seperti Benua Asia, Afrika, Amerika, dan Australia. Kecuali benua Eropa diprediksi tidak bisa melihat fenomena itu.
Kepala Pusat Astronomi Ponpes Modern Assalam AR Sugeng Riyadi mengatakan, fenomena gerhana bulan telah diprediksi sesuai perhitungan astronomis pada 28 Juli mendatang. Gerhana bulan total merupakan yang kedua kalinya pada tahun ini. Hanya, puncak gerhana bulan total pada 31 Januari lalu di Solo dan sekitarnya tidak bisa disaksikan karena terkendala cuaca.
"Saat ini musimnya cerah, mudah-mudahan dapat dilihat," kata Sugeng Riyadi di Solo, Jawa Tengah, Kamis (26/7/2018).
Observatorium Ponpes Assalam rencananya akan dibuka mulai pukul 00.00 WIB hingga pukul 05.00 WIB. Gerhana bulan total sendiri diprediksi selesai pada 04.13 WIB. Selain teleskop robotic, digital, dan manual, teleskop rakitan siswa ponpes rencananya juga akan disiapkan. Termasuk juga adapter penghubung dari gadget ke teleskop. Sehingga masyarakat yang ingin mengabadikan dapat memotret sendiri karya masing masing. "Kami juga akan menyiapkan makanan ringan godokan dan minuman hangat karena udara cukup dingin," katanya.
Gerhana bulan total yang akan terjadi dalam waktu dekat, merupakan fenomena langka di abad ini karena durasinya mencapai 1 jam 45 menit. Sedangkan prosesnya sendiri berlangsung sekitar lima jam. Sesuai prediksi, gerhana bulan akan datang pada 2021 mendatang, tepatnya pada 26 Mei. Gerhana akan berlangsung setelah matahari terbenam. "Tapi waktunya cepat sekitar 15 menit saja," bebernya. Para santri ponpes juga akan menggelar Salat Gerhana pada pukul 03.30 WIB. (Baca Juga: Gerhana Bulan Terlama di Abad Ini Sambangi Indonesia Pada 28 Juli
Lebih jauh dijelaskan, gerhana bulan sejatinya mirip bulan purnama yang terjadi setiap bulan. Saat bulan purnama, bulan posisinya di ufuk timur, dan matahari saat sore terbenam. Sehingga saat bulan purnama karena posisi bumi di antara matahari dan bulan. Gerhana terjadi saat mengitari bumi, rotasi bulan miring 5 derajat dan suatu saat sejajar dengan bidang ecliptika.
Artinya, rotasi bulan mengelilingi bumi sejajar dengan bumi mengelilingi matahari. Sehingga ketika bumi menutupi matahari, maka terjadi gerhana matahari. Dan saat bulan oposisi, cahaya ke bulan dari matahari ditutupi oleh bumi.
Dari Solo, posisi bulan saat gerhana posisinya di langit agak ke barat dan sedikit ke selatan. Semula bulan purnama berwarna putih keabu abuan dengan kawah warna kehitaman. Ketika gerhana mulai pukul 00.15 WIB, kondisinya masih penumbra dan dilihat secara mata visual nampak masih purnama. Pada pukul 01.24 WIB mulai terjadi kontak bayangan inti bumi menutupi bulan.
"Bulan bagian atasnya agak kehitaman, makin lebar menutupi separuh lalu semuanya," kata Sugeng.
Sementara mulai pukul 01.30 WIB, bulan mulai meredup tapi masih kelihatan. Dan pada pukul 02.30 WIB, warnanya mulai memerah. Pada puncak gerhana bulan total, warnanya masih nampak merah dapat dilihat dengan mata telanjang tanpa alat. Termasuk juga bisa dipotret dengan handphone. Namun jika ingin melihat dengan detail dapat dibantu dengan teleskop. Selanjutnya pukul 04.15 WIB warna merah mulai berbudar lalu hitam, dan hitamnya lama lama lepas. Selanjutnya pada pukul 05.20 WIB sudah kembali ke bulan purnama lagi.
Warna kemerahan saat gerhana bulan total, tambahnya, merupakan efek asmofer bumi. Sehingga jika nanti warnanya merah sekali, menunjukkan kondisi atmosfer bersih. Namun jika merah agak redup dan kusam, maka kondisi atmosfer kotor yang dimungkinkan karena asap, atau gunung merapi meletus. Gerhana bulan ini dapat dilihat sekitar 75% muka bumi. Seperti Benua Asia, Afrika, Amerika, dan Australia. Kecuali benua Eropa diprediksi tidak bisa melihat fenomena itu.
(amm)