Cangkak Bekicot Berguna Jadi Bahan Restorasi Gigi
A
A
A
SURABAYA - Kerusakan gigi yang dialami publik di Indonesia dapat disebabkan berbagai faktor antara lain akibat kecelakaan fisik dan karies gigi.
Peningkatan prevalensi terjadinya karies aktif membuat restorasi atau penambalan gigi menjadi penting dilakukan.Salah satu solusi untuk mengatasi kerusakan gigi yang disebabkan oleh karies gigi adalah dengan restorasi gigi atau penambalan gigi.
Restorasi atau penambalan dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan bentuk gigi seperti keadaan semula. Penambalan juga dilakukan untuk mencegah perluasan karies gigi akibat bakteri kariogenik sehingga gigi dapat berfungsi secara normal.
Selama ini material yang sering digunakan sebagai penambal gigi dan yang sering dikembangkan dalam berbagai penelitian adalah Glass Ionomer Cement (GIC). Pada produk GIC berbagai macam perbaikan penelitian dilakukan untuk membuat mutu dan performasi mekaniknya agar lebih sesuai dengan karakteristik gigi yang sesuai standar medis.
Tiga mahasiswa program studi S1- Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga (Unair) melakukan penelitian terkait penambalan gigi. Ketiga mahasiswa yang digawangi Anika Kusnia Hanifah, Mohamad Heykal Putra Ardana, dan Irma Dwi Rahayu mencoba menawarkan cangkang bekicot.
“Kitosan memiliki sifat-sifat yang menguntungkan untuk diaplikasikan pada bidang kesehatan pada gigi, yaitu memperkuat sifat mekanik dan mampu menghambat perlekatan bakteri serta dapat mencegah kerusakan permukaangigi oleh asam organik,” kata Anika, Selasa (10/7/2018).
Irma Dwi Rahayu menambahkan, kitosan dapat ditemukan di hewan yang mempunyai cangkang atau kulit yang keras. Pemakaian yang digunakan berasal dari cangkang bekicot karena didalamnya terdapat kandungan kitosan yang lebih besar dari kulit udang maupun rajungan.
Untuk membuatnya, lanjutnya, diperlukan beberapa tahapan proses yang cukup panjang. Proses dimulai dengan cangkang bekicot yang sudah digiling dan menjadi serbuk ditambahkan dengan larutan tertentu agar kandungan yang ada pada cangkang seperti protein, mineral, zat besi menjadi hilang sehingga didapatkan kitosan.
“Kitosan tersebut nantinya akan ditambahkan ke dalam GIC, sehingga diharapkan hasil dari produk GIC tersebut mampu memiliki sifat karateristik mekanis yang sesuai dengan standar medis yang akan digunakan sebagai bahan restorasi gigi,” ungkapnya.
Dengan lankah itu, lanjutnya, cangkakng bekicot mampu dikembangkan sebagai jenis biomaterial dengan karakter dan kinerja pemulihan untuk gigi. Sehingga mengurangi prevelensi pada kerusakan gigi khususnya karies.
Peningkatan prevalensi terjadinya karies aktif membuat restorasi atau penambalan gigi menjadi penting dilakukan.Salah satu solusi untuk mengatasi kerusakan gigi yang disebabkan oleh karies gigi adalah dengan restorasi gigi atau penambalan gigi.
Restorasi atau penambalan dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan bentuk gigi seperti keadaan semula. Penambalan juga dilakukan untuk mencegah perluasan karies gigi akibat bakteri kariogenik sehingga gigi dapat berfungsi secara normal.
Selama ini material yang sering digunakan sebagai penambal gigi dan yang sering dikembangkan dalam berbagai penelitian adalah Glass Ionomer Cement (GIC). Pada produk GIC berbagai macam perbaikan penelitian dilakukan untuk membuat mutu dan performasi mekaniknya agar lebih sesuai dengan karakteristik gigi yang sesuai standar medis.
Tiga mahasiswa program studi S1- Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga (Unair) melakukan penelitian terkait penambalan gigi. Ketiga mahasiswa yang digawangi Anika Kusnia Hanifah, Mohamad Heykal Putra Ardana, dan Irma Dwi Rahayu mencoba menawarkan cangkang bekicot.
“Kitosan memiliki sifat-sifat yang menguntungkan untuk diaplikasikan pada bidang kesehatan pada gigi, yaitu memperkuat sifat mekanik dan mampu menghambat perlekatan bakteri serta dapat mencegah kerusakan permukaangigi oleh asam organik,” kata Anika, Selasa (10/7/2018).
Irma Dwi Rahayu menambahkan, kitosan dapat ditemukan di hewan yang mempunyai cangkang atau kulit yang keras. Pemakaian yang digunakan berasal dari cangkang bekicot karena didalamnya terdapat kandungan kitosan yang lebih besar dari kulit udang maupun rajungan.
Untuk membuatnya, lanjutnya, diperlukan beberapa tahapan proses yang cukup panjang. Proses dimulai dengan cangkang bekicot yang sudah digiling dan menjadi serbuk ditambahkan dengan larutan tertentu agar kandungan yang ada pada cangkang seperti protein, mineral, zat besi menjadi hilang sehingga didapatkan kitosan.
“Kitosan tersebut nantinya akan ditambahkan ke dalam GIC, sehingga diharapkan hasil dari produk GIC tersebut mampu memiliki sifat karateristik mekanis yang sesuai dengan standar medis yang akan digunakan sebagai bahan restorasi gigi,” ungkapnya.
Dengan lankah itu, lanjutnya, cangkakng bekicot mampu dikembangkan sebagai jenis biomaterial dengan karakter dan kinerja pemulihan untuk gigi. Sehingga mengurangi prevelensi pada kerusakan gigi khususnya karies.
(vhs)