Budaya Panji Menjadi Saksi Keberagaman di Asia Tenggara

Selasa, 03 Juli 2018 - 22:03 WIB
Budaya Panji Menjadi...
Budaya Panji Menjadi Saksi Keberagaman di Asia Tenggara
A A A
MALANG - Cerita Panji, hidup subur di tanah Asia Tenggara. Menjadi budaya masyarakat yang terus berkembang dengan berbagai keberagamannya. Budaya yang mengakar dari masyarakat Jawa Timur, telah berkembang dalam berbagai bentuk dan bahasa.

Keberagaman Budaya Panji itu, hadir di tengah hangatnya keramahan masyarakat Kota Malang, dalam Festival Panji Nusantara 2018, yang digelar di Taman Krida Budaya Jawa Timur (TKBJT). Seniman dari berbagai wilayah di Asia Tenggara, menghadirkan seni gerak tari dan lagu yang menuturkan tentang Panji dari daerah asalnya masing-masing.

Seniman tari dari Thailand, menghadirkan drama tari berjudul Inao Keluar dari Gua. Cerita Panji dari negeri gajah putih tersebut, dimainkan oleh para perempuan muda. Drama tari ini, biasa ditampilkan dalam acara khusus kerajaan.

Perempuan-perempuan muda yang rupawan itu, memainkan tarian dengan gerakan yang elegan dan anggun. Tarian ini menceritakan kisah cinta sejati Inao, dengan Bussaba, tetapi banyak menghadapi tantangan, sehingga memaksa keduanya hidup di dalam gua.

Cerita Panji yang lain, dihadirkan seniman tari dari Kamboja. Saat malam semakin larut, para perempuan muda berwajah cantik khas Asia Tenggara, tersebut, menampilkan drama tari Panji, berjudul Inao.

Cerita ini, menjadi pertunjukan favorit bagi Raja Kamboja di tahun 1900 an. Tarian ini, banyak didominasi dengan gerakan kaki, dipadu dengan nyanyian merdu. Isinya, menceritakan Pangeran Siyakara, putera Raja Daha, yang menemukan burung merak cantik. Burung tersebut terbang, hingga ke perbatasan Kerajaan Kalaing (Myanmar).

Saat di perjalanan, Pangeran Siyakara, bertemu dengan Jenderal Pannyi yang merupakan wujud lain dari Panji. Pertemuan, dan pergulatan mereka, akhirnya membuat mereka menjalin pertemanan untuk mewujudkan berbagai cita-citanya.

Pertunjukan cerita Panji, dalam versi Jawa timuran, juga dihadirkan di ajang festival ini. Para seniman dari Malang Raya, menampilkan cerita Panji, berjudul Panji Reni, Ontran-ontran Gunung Wilis, Panji Puing Panji, dan Panji Semirang.

“Panji, adalah diplomasi budaya dari tanah Nusantara, yang menyebar di seluruh kawasan Asia Tenggara. Panji tidak hanya tumbuh menjadi cerita, tetapi juga menjadi berbagai seni pagelaran, seperti tari, wayang, ketoprak, hingga topeng,” ujar Direktur Festival Panji Internasinal, Wardiman Djojonegoro, Selasa (3/7/2018).

Guru besar, yang pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) tersebut, mengatakan, masyarakat Indonesia, harus bangga dengan pengakuan dunia terhadap Budaya Panji, yang telah disejajarkan dengan kitab Ramayana, dan Mahabarata.

Saat Indonesia, mengajukan naskah-naskah kuno ke Unesco untuk dijadikan warisan budaya dunia. Menurutnya, banyak perguruan tinggi di negara-negara Eropa, yang ternyata juga menyimpan naskah Panji. “Ini sebuah kebanggaan bagi kita Bangsa Indonesia,” ujarnya.

Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota, Sutiaji yang turut hadir menyaksikan Festival Panji Nusantara 2018, menyatakan, nilai-nilai dalam Budaya Panji, patut untuk dilestarikan, direvitalisasi, dan diaktualisasikan kembali, ditengah ancaman tergusurnya nilai-nilai kemanusiaan.

Cerita-cerita Panji, diakuinya memberikan semangat bagi generasi anak bangsa, untuk terus menjaga kebhinekaan dalam kedamaian. “Budaya Panji, bisa menjadi kurikulum lokal di sekolah-sekolah, untuk merajut nilai-nilai lokal demi menjaga keindonesiaan kita,” tegasnya.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9256 seconds (0.1#10.140)