Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Melambat
A
A
A
SURABAYA - Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur (Jatim) selama triwulan I 2018 mencapai 5,5 persen, turun dibanding triwulan IV 2017 yang tumbuh mencapai 5,7 persen. Namun, pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding laju pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,1 persen.Dari sisi permintaan, perlambatan kinerja net ekspor dalam negeri dan investasi menjadi penyebab utama perlambatan ekonomi Jatim di triwulan I 2018. Kinerja net ekspor dalam negeri yang tidak setinggi triwulan sebelumnya akibat lesunya permintaan barang konsumsi Kawasan Timur Indonesia (KTI), mitra dagang utama Jatim.
“Ini tercermin dari perlambatan kinerja konsumsi rumah tangga di wilayah Kalimantan dan Sulampua,” ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Jatim, Difi Ahmad Johansyah, Senin (2/7/2018).
Kinerja investasi Jatim yang melambat turut menjadi sumber perlambatan ekonomi Jatim pada triwulan I 2018. Sebagaimana pola musimannya, kinerja investasi belum optimal pada awal tahun. Ini terkait tahap persiapan dan anggaran yang masih dalam proses pematangan.
“Perlambatan yang lebih dalam tertahan oleh kinerja perdagangan eksternal dan konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) yang membaik dibanding triwulan sebelumnya,” imbuh Difi.
Dia menambahkan, ekonomi global yang membaik, serta dukungan nilai ekspor dari industri perkeretaapian mendorong perbaikan kinerja ekspor. Masa persiapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 18 Kabupaten/ Kota serta Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jatim juga cukup membantu menopang laju pertumbuhan konsumsi LNPRT pada periode laporan.
“Dari sisi penawaran, perlambatan kinerja lapangan usaha pertanian dan industri pengolahan juga menekan kinerja ekonomi Jatim,” tandasnya.
Tak hanya itu, gangguan hama dan cuaca La Nina yang berlangsung pada triwulan I 2018 menyebabkan lapangan usaha pertanian tidak berkembang. Sementara itu, belum cukup kuatnya permintaan mitra dagang domestik juga menjadi faktor penahan kinerja lapangan usaha industri pengolahan Jatim.
“Namun, perlambatan yang lebih dalam tertahan oleh kinerja lapangan usaha perdagangan yang membaik pada periode laporan sejalan dengan perbaikan kinerja ekspor luar negeri ,” pungkasnya.
Sementara itu, tim ahli Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim, Jamhadi mengatakan, saat ini ekonomi Jatim mulai bangkit. Ini ditandai dengan beroperasinya kawasan industri terpadu Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) disamping tol Surabaya – Mojokerto (Sumo).
Pembangunan infrastruktur diyakini menjadi faktor kunci mengungkit pertumbuhan ekonomi. “Keberadaan infrastruktur akan mampu menekan biaya logistik. Sehingga dapat menurunkan harga produk yang didistribusikan ke seluruh daerah,” katanya.
Dia menambahkan, saat ini juga sudah ada Waduk Nipah di Kabupaten Sampang, Madura yang juga diharapkan mampu merangsang pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Jatim, kata dia, selalu berada di atas rata-rata pertumbuhan perekonomian nasional.
Salah satu penyumbang terbesarnya adalah dari perhubungan Laut. “Ini karena Jatim merupakan penghubung Indonesia timur. Banyak transaksi perdagangan yang harus singgah dulu di Jatim (Surabaya),” tandasnya.
“Ini tercermin dari perlambatan kinerja konsumsi rumah tangga di wilayah Kalimantan dan Sulampua,” ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Jatim, Difi Ahmad Johansyah, Senin (2/7/2018).
Kinerja investasi Jatim yang melambat turut menjadi sumber perlambatan ekonomi Jatim pada triwulan I 2018. Sebagaimana pola musimannya, kinerja investasi belum optimal pada awal tahun. Ini terkait tahap persiapan dan anggaran yang masih dalam proses pematangan.
“Perlambatan yang lebih dalam tertahan oleh kinerja perdagangan eksternal dan konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) yang membaik dibanding triwulan sebelumnya,” imbuh Difi.
Dia menambahkan, ekonomi global yang membaik, serta dukungan nilai ekspor dari industri perkeretaapian mendorong perbaikan kinerja ekspor. Masa persiapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 18 Kabupaten/ Kota serta Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jatim juga cukup membantu menopang laju pertumbuhan konsumsi LNPRT pada periode laporan.
“Dari sisi penawaran, perlambatan kinerja lapangan usaha pertanian dan industri pengolahan juga menekan kinerja ekonomi Jatim,” tandasnya.
Tak hanya itu, gangguan hama dan cuaca La Nina yang berlangsung pada triwulan I 2018 menyebabkan lapangan usaha pertanian tidak berkembang. Sementara itu, belum cukup kuatnya permintaan mitra dagang domestik juga menjadi faktor penahan kinerja lapangan usaha industri pengolahan Jatim.
“Namun, perlambatan yang lebih dalam tertahan oleh kinerja lapangan usaha perdagangan yang membaik pada periode laporan sejalan dengan perbaikan kinerja ekspor luar negeri ,” pungkasnya.
Sementara itu, tim ahli Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim, Jamhadi mengatakan, saat ini ekonomi Jatim mulai bangkit. Ini ditandai dengan beroperasinya kawasan industri terpadu Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) disamping tol Surabaya – Mojokerto (Sumo).
Pembangunan infrastruktur diyakini menjadi faktor kunci mengungkit pertumbuhan ekonomi. “Keberadaan infrastruktur akan mampu menekan biaya logistik. Sehingga dapat menurunkan harga produk yang didistribusikan ke seluruh daerah,” katanya.
Dia menambahkan, saat ini juga sudah ada Waduk Nipah di Kabupaten Sampang, Madura yang juga diharapkan mampu merangsang pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Jatim, kata dia, selalu berada di atas rata-rata pertumbuhan perekonomian nasional.
Salah satu penyumbang terbesarnya adalah dari perhubungan Laut. “Ini karena Jatim merupakan penghubung Indonesia timur. Banyak transaksi perdagangan yang harus singgah dulu di Jatim (Surabaya),” tandasnya.
(vhs)