Kemenangan Kotak Kosong Tamparan Buat Parpol
A
A
A
MAKASSAR - Hasil Pilwalkot Makassar menjadi fenomena tersendiri. Kemenangan kolom kosong atau kotak kosong melawan paslon tunggal menjadi pukulan telak buat para elite politik di Makassar.
Terlebih, paslon tunggal yakni Munafri Arifuddin-Andi Rachmatika Dewi (Appi-Cicu), diusung oleh 10 partai, namun mereka takluk dengan kolom kosong yang didukung warga yang tidak sepakat dipimpin oleh paslon yang diusung tersebut.
Dari hasil hitung cepat KPU Makassar hingga Jumat (29/6/2018) siang, kolom kosong masih unggul 52,50 persen, mengalahkan paslon tunggal dengan 47,50 persen dari 80,41 persen suara yang masuk.
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Andi Ali Armunanto menilai, kekalahan paslon tunggal dari kolom kosong pada Pilwalkot Makassar menjadi pelajaran untuk elite partai politik.
Armunanto mengatakan, dengan kemenangan kolom kosong maka Pilwalkot Makassar 2020 akan semakin semarak karena memberi peluang pada masyarakat untuk memilih kandidat lain. Parpol pun bisa menjadikan kekalahan paslon tunggal sebagai pelajaran, agar tidak lagi melakukan praktik kartel politik ke depannya.
"Kondisi saat ini sebagai pelajaran agar tidak melakukan praktik kartel politik, dan akan lebih punya peluang ketika mereka mencari kader potensial daripada melakukan praktik kartel seperti ini," jelasnya, kemarin.
Hal ini juga merupakan tamparan keras untuk parpol. Bahkan, kemenangan kolom kosong disebutnya mempermalukan parpol. Menurutnya, sebaiknya parpol mencari calon potensial, daripada hanya ikut meramaikan pilkada dengan hanya mengusung satu calon, tapi kalah atau dipermalukan dalam pilkada.
"Yang pertama, pilihan masyarakat belum tentu sama antara legislatif dan pilkada, sehingga parpol harus memperbaiki figuritas, baik itu di konteks pileg maupun pilkada, jangan asal ambil orang tapi justru menghancurkan image dan basis suara partai," paparnya.
Dengan kekalahan tersebut juga membuat basis massa parpol berantakan, karena orang menganggap yang diusung parpol tidak sesuai dengan meinginan mereka. "Akhirnya mereka lebih memilih kotak kosong," tuturnya.
Terlebih, paslon tunggal yakni Munafri Arifuddin-Andi Rachmatika Dewi (Appi-Cicu), diusung oleh 10 partai, namun mereka takluk dengan kolom kosong yang didukung warga yang tidak sepakat dipimpin oleh paslon yang diusung tersebut.
Dari hasil hitung cepat KPU Makassar hingga Jumat (29/6/2018) siang, kolom kosong masih unggul 52,50 persen, mengalahkan paslon tunggal dengan 47,50 persen dari 80,41 persen suara yang masuk.
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Andi Ali Armunanto menilai, kekalahan paslon tunggal dari kolom kosong pada Pilwalkot Makassar menjadi pelajaran untuk elite partai politik.
Armunanto mengatakan, dengan kemenangan kolom kosong maka Pilwalkot Makassar 2020 akan semakin semarak karena memberi peluang pada masyarakat untuk memilih kandidat lain. Parpol pun bisa menjadikan kekalahan paslon tunggal sebagai pelajaran, agar tidak lagi melakukan praktik kartel politik ke depannya.
"Kondisi saat ini sebagai pelajaran agar tidak melakukan praktik kartel politik, dan akan lebih punya peluang ketika mereka mencari kader potensial daripada melakukan praktik kartel seperti ini," jelasnya, kemarin.
Hal ini juga merupakan tamparan keras untuk parpol. Bahkan, kemenangan kolom kosong disebutnya mempermalukan parpol. Menurutnya, sebaiknya parpol mencari calon potensial, daripada hanya ikut meramaikan pilkada dengan hanya mengusung satu calon, tapi kalah atau dipermalukan dalam pilkada.
"Yang pertama, pilihan masyarakat belum tentu sama antara legislatif dan pilkada, sehingga parpol harus memperbaiki figuritas, baik itu di konteks pileg maupun pilkada, jangan asal ambil orang tapi justru menghancurkan image dan basis suara partai," paparnya.
Dengan kekalahan tersebut juga membuat basis massa parpol berantakan, karena orang menganggap yang diusung parpol tidak sesuai dengan meinginan mereka. "Akhirnya mereka lebih memilih kotak kosong," tuturnya.
(zik)