Sikap Terduga Teroris Blitar yang Bikin Warga Sekitar Heran
A
A
A
BLITAR - AR, (48) pemilik rumah di Kelurahan Bajang, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Jawa Timur ikut dicokok Detasemen Khusus 88 Antiteror.
AR dikenal sebagai distributor pupuk pertanian. Bersama AR, Densus juga mengamankan Nh (40) seorang dokter umum dan SZ (42) warga Desa Kamulan, Kecamatan Talun.
Bagaimana sosok AR di mata masyarakat Bajang? Mulai tiga tahun lalu, atau tepatnya tahun 2014, sikap AR tiba tiba berubah tertutup. Tidak lagi bergaul dengan tetangga sekitar. Sekadar menyapa maupun bercakap cakap tidak lagi dia lakukan.
Perubahan sikap itu terjadi sejak AR kembali pindah sebagai warga Kelurahan Bajang. Sebelumnya AR hidup bersama mertuanya di wilayah Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar.
Sejak kembali sebagai warga Bajang, AR seperti sengaja menjaga jarak dengan lingkungan. Dia lebih banyak berkomunikasi dengan Nh, dokter asal Desa Jajar Kecamatan Talun yang mengontrak salah satu bangunan rumahnya.
"Padahal sebelum sebelumnya yang bersangkutan tidak demikian. Tiba tiba berubah tertutup, tidak srawung (bergaul), "ujar Lurah Bajang, Imam Harimiadi bercerita kepada Koran SINDO, Kamis (14/6/2018).
Ketidaklaziman juga terlihat dalam hal ibadah. AR diketahui tidak lagi bersalat Jumat di masjid desa. Dengan komunitasnya, dia memilih bersalat Jumat di musala, yakni milik keluarganya.
Ibadah jumat itu menjadi tidak lazim karena jumlah jamaah tidak lebih dari sepuluh orang. Menurut Imam, pemandangan itu bikin heran warga sekitar. Sebagai muslim AR dianggap melakukan ibadah yang tidak umum. Namun lagi lagi warga hanya melihat dan membatin. Warga tidak sampai menegur ataupun bertanya kepada yang bersangkutan.
"Mereka salat Jumat di musala dengan 10 jamaah. Bukankah harusnya minimal 40 orang? Dulu marbot musalanya salah satu warga setempat. Karena AR pulang lagi ke Bajang, dia yang mengambil alih menjadi marbot, " kata Imam.
Menurut keterangan Kapolres Blitar AKBP Anisullah M Ridha dari rumah AR petugas mengamankan sepucuk senjata api pabrikan dan delapan butir peluru.
Di rumah yang dikontrak Nh itu petugas juga menyita satu unit laptop, flashdisk, buku serta catatan yang mengarah pada aksi radikalisme. Termasuk TKP di wilayah Kecamatan Wlingi dan Gandusari, petugas mengamankan sedikitnya lima orang (termasuk AR) terduga terlibat jaringan terorisme.
Dua di antaranya melawan saat hendak ditangkap di Wlingi dan Gandusari. Namun berhasil dilumpuhkan petugas dengan tangan kosong. Dari catatan yang disita mereka diduga berencana menyerang kantor mapolsek Talun dan bank.
"Diduga mereka jaringan JAD di Blitar dan Surabaya. Untuk menjalani pemeriksaan lanjutan, kelima orang terperiksa itu sudah dibawa densus ke Surabaya," ujarnya.
AR dikenal sebagai distributor pupuk pertanian. Bersama AR, Densus juga mengamankan Nh (40) seorang dokter umum dan SZ (42) warga Desa Kamulan, Kecamatan Talun.
Bagaimana sosok AR di mata masyarakat Bajang? Mulai tiga tahun lalu, atau tepatnya tahun 2014, sikap AR tiba tiba berubah tertutup. Tidak lagi bergaul dengan tetangga sekitar. Sekadar menyapa maupun bercakap cakap tidak lagi dia lakukan.
Perubahan sikap itu terjadi sejak AR kembali pindah sebagai warga Kelurahan Bajang. Sebelumnya AR hidup bersama mertuanya di wilayah Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar.
Sejak kembali sebagai warga Bajang, AR seperti sengaja menjaga jarak dengan lingkungan. Dia lebih banyak berkomunikasi dengan Nh, dokter asal Desa Jajar Kecamatan Talun yang mengontrak salah satu bangunan rumahnya.
"Padahal sebelum sebelumnya yang bersangkutan tidak demikian. Tiba tiba berubah tertutup, tidak srawung (bergaul), "ujar Lurah Bajang, Imam Harimiadi bercerita kepada Koran SINDO, Kamis (14/6/2018).
Ketidaklaziman juga terlihat dalam hal ibadah. AR diketahui tidak lagi bersalat Jumat di masjid desa. Dengan komunitasnya, dia memilih bersalat Jumat di musala, yakni milik keluarganya.
Ibadah jumat itu menjadi tidak lazim karena jumlah jamaah tidak lebih dari sepuluh orang. Menurut Imam, pemandangan itu bikin heran warga sekitar. Sebagai muslim AR dianggap melakukan ibadah yang tidak umum. Namun lagi lagi warga hanya melihat dan membatin. Warga tidak sampai menegur ataupun bertanya kepada yang bersangkutan.
"Mereka salat Jumat di musala dengan 10 jamaah. Bukankah harusnya minimal 40 orang? Dulu marbot musalanya salah satu warga setempat. Karena AR pulang lagi ke Bajang, dia yang mengambil alih menjadi marbot, " kata Imam.
Menurut keterangan Kapolres Blitar AKBP Anisullah M Ridha dari rumah AR petugas mengamankan sepucuk senjata api pabrikan dan delapan butir peluru.
Di rumah yang dikontrak Nh itu petugas juga menyita satu unit laptop, flashdisk, buku serta catatan yang mengarah pada aksi radikalisme. Termasuk TKP di wilayah Kecamatan Wlingi dan Gandusari, petugas mengamankan sedikitnya lima orang (termasuk AR) terduga terlibat jaringan terorisme.
Dua di antaranya melawan saat hendak ditangkap di Wlingi dan Gandusari. Namun berhasil dilumpuhkan petugas dengan tangan kosong. Dari catatan yang disita mereka diduga berencana menyerang kantor mapolsek Talun dan bank.
"Diduga mereka jaringan JAD di Blitar dan Surabaya. Untuk menjalani pemeriksaan lanjutan, kelima orang terperiksa itu sudah dibawa densus ke Surabaya," ujarnya.
(dam)