Terduga Teroris Blitar Melawan dan Berencana Serang Polsek Talun
A
A
A
BLITAR - Sedikitnya lima orang warga Kabupaten Blitar, Jawa Timur diamankan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror.
Kelimanya diduga terlibat dalam gerakan radikalisme. Saat hendak ditangkap, dua orang terduga teroris itu mencoba melawan.
"Iya mereka tidak mau ditangkap, dan melawan petugas. Dua orang itu masing-masing di TKP (tempat kejadian perkara-red) Wlingi dan Gandusari," ujar Kapolres Blitar AKBP Anissullah M Ridha kepada wartawan Kamis (14/6/2018).
Alhasil, Adu fisik pun tak terelakkan. Meski sengit, perlawanan itu tidak sampai memaksa petugas mencabut senjata api. Dengan tangan kosong, kata Anissullah, petugas berhasil melumpuhkan keduanya.
"Berhasil dilumpuhkan dengan tangan kosong," katanya. Sementara tiga orang yang diamankan di TKP Talun, yakni AR (48) yang berprofesi penyalur pupuk, Nh (40) seorang dokter dan SZ (42) tidak sampai terjadi perlawanan.
Di rumah AR yang dikontrak Nh, petugas mengamankan sepucuk senjata api pabrikan serta delapan butir peluru. Kemudian satu unit laptop, flashdisk, dokumen serta buku terkait gerakan radikalisme. Dari informasi yang dihimpun aparat kepolisian, mereka berencana menyerang kantor mapolsek Talun.
Penyerangan akan dilakukan sekitar tanggal 19 Juni. ‎Anissullah tidak membantah informasi itu. Bahkan selain polsek Talun, di dalam buku catatan yang disita, juga muncul nama salah satu bank di Blitar. Namun belum diketahui pasti apakah menjadi sasaran penyerangan atau untuk dirampok.
"Iya benar. Di catatan ada polsek Talun dan salah satu perbankan di Blitar. Sebab mereka menganggap polisi sebagai toghut," ujar Anissullah.
Saat ini kelima orang itu sudah dibawa ke Surabaya untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan. Diduga mereka anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang beroperasi di wilayah Blitar dan Malang. Hanya saja belum diketahui peran masing masing terduga.
Menurut Anissullah, sekecil apa pun informasi dan barang bukti yang diperoleh di TKP, petugas terus melakukan pendalaman. "Catatan yang diamankan itu menjadi panduan untuk mengetahui lebih jauh gerakan mereka. Kita tidak boleh underestimate, " tuturnya.
Anissulah juga menyinggung sepasang suami istri berlatar belakang dokter asal Gandusari, Kabupaten Blitar yang sekitar dua tahun lalu ke Singapura. Menurut dia, yang bersangkutan satu jaringan dengan kelima orang yang diamankan. "Iya satu jaringan," katanya.
Kelimanya diduga terlibat dalam gerakan radikalisme. Saat hendak ditangkap, dua orang terduga teroris itu mencoba melawan.
"Iya mereka tidak mau ditangkap, dan melawan petugas. Dua orang itu masing-masing di TKP (tempat kejadian perkara-red) Wlingi dan Gandusari," ujar Kapolres Blitar AKBP Anissullah M Ridha kepada wartawan Kamis (14/6/2018).
Alhasil, Adu fisik pun tak terelakkan. Meski sengit, perlawanan itu tidak sampai memaksa petugas mencabut senjata api. Dengan tangan kosong, kata Anissullah, petugas berhasil melumpuhkan keduanya.
"Berhasil dilumpuhkan dengan tangan kosong," katanya. Sementara tiga orang yang diamankan di TKP Talun, yakni AR (48) yang berprofesi penyalur pupuk, Nh (40) seorang dokter dan SZ (42) tidak sampai terjadi perlawanan.
Di rumah AR yang dikontrak Nh, petugas mengamankan sepucuk senjata api pabrikan serta delapan butir peluru. Kemudian satu unit laptop, flashdisk, dokumen serta buku terkait gerakan radikalisme. Dari informasi yang dihimpun aparat kepolisian, mereka berencana menyerang kantor mapolsek Talun.
Penyerangan akan dilakukan sekitar tanggal 19 Juni. ‎Anissullah tidak membantah informasi itu. Bahkan selain polsek Talun, di dalam buku catatan yang disita, juga muncul nama salah satu bank di Blitar. Namun belum diketahui pasti apakah menjadi sasaran penyerangan atau untuk dirampok.
"Iya benar. Di catatan ada polsek Talun dan salah satu perbankan di Blitar. Sebab mereka menganggap polisi sebagai toghut," ujar Anissullah.
Saat ini kelima orang itu sudah dibawa ke Surabaya untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan. Diduga mereka anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang beroperasi di wilayah Blitar dan Malang. Hanya saja belum diketahui peran masing masing terduga.
Menurut Anissullah, sekecil apa pun informasi dan barang bukti yang diperoleh di TKP, petugas terus melakukan pendalaman. "Catatan yang diamankan itu menjadi panduan untuk mengetahui lebih jauh gerakan mereka. Kita tidak boleh underestimate, " tuturnya.
Anissulah juga menyinggung sepasang suami istri berlatar belakang dokter asal Gandusari, Kabupaten Blitar yang sekitar dua tahun lalu ke Singapura. Menurut dia, yang bersangkutan satu jaringan dengan kelima orang yang diamankan. "Iya satu jaringan," katanya.
(dam)