Dedi Mulyadi Resmikan Rumah Antibanjir di Dayeuhkolot

Selasa, 05 Juni 2018 - 18:43 WIB
Dedi Mulyadi Resmikan Rumah Antibanjir di Dayeuhkolot
Dedi Mulyadi Resmikan Rumah Antibanjir di Dayeuhkolot
A A A
SURABAYA - Calon Wakil Gubernur Jabar Dedi Mulyadi meresmikan prototipe rumah antikebanjiran di Kampung Bojong Asih, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Selasa (5/6/2018).

Pantauan SINDOnews, rumah itu tepat berada di pinggir Sungai Citarum. Rumah milik Ny Erni (50) dan Nono (58) ini berukuran 32 meter persegi dengan empat ruangan. Semula, rumah itu nyaris roboh dan tidak layak huni dan ditempati berpuluh tahun.

Setiap banjir melanda, keluarga itu kerap mengungsi dan memperparah rumah yang tidak layak huni tersebut. Dedi sempat mendatangi rumah itu belum lama ini dan merobohkannya. Dibantu Dodi, temannya, Dedi merenovasi rumah tersebut. "Ini rumah antibanjir. Tingginya 3 meter, dinding dan lantainya dari kayu. Kalau nanti banjir, rumah ini tidak akan kebanjiran. Saya hanya memberi ide, Pak Dodi yang punya uang untuk memperbaiki," ujar Dedi di rumah itu.

Jika terpilih sebagai wakil gubernur, dia akan mencanangkan pogram perbaikan rutilahu di pinggiran Sungai Citarum yang kerap direndam banjir dengan memperbaiki rumah dengan tipe seperti rumah keluarga Nono.

"Karena biaya untuk rumah seperti ini murah. Dan anggaran Pemprov Jabar menurut saya sangat mencukupi untuk perbaikan rumah anti banjir seperti ini," tutur Dedi.

Banjir tahunan di Kabupaten Bandung karena luapan Sungai Citarum kerap merendam ribuan rumah, termasuk di desa itu. Dedi berpendapat,‎ solusi untuk mengatasi masalah itu dengan membangun rumah antibanjir seperti yang dibangun di Kampung Bojong Asih.

"Antisipasi rumah banjir ini kan sederhana, gimana caranya rumah warga tidak kebanjiran. Solusinya bikin rumah begini, fondasinya dibikin tinggi sampai 3 meter. Dinding dan alasnya pakai kayu, tiap sungai meluap rumah tidak akan kebanjiran," kata Dedi.

Dodi sebagai rekanan Dedi Mulyadi mengaku diberi ide oleh Dedi untuk merenovasi rumah tidak layak huni milik Nono. "Saya perbaiki, biayanya tidak lebih dari Rp ‎25 juta," kata Dodi.

Erni tidak menyangka, rumah yang semula sudah tidak berbentuk, kini enak dipandang mata dan ditinggali. Dahulu, rumahnya beralas tanah, kini berlantai kayu mahoni yang hangat. "Saya enggak nyangka rumah saya jadi seperti ini. Tanahnya kecil tapi dengan seperti ini jadi seperti mewah, padahal sederhana," kata Erni.

Dia yakin dengan rumah baru itu,‎ keluarganya tidak akan merasakan kebanjiran lagi. Biasanya, banjir di kawasan itu tinggi muka air mencapai dua meter lebih. Tinggi fondasi rumah Erni mencapai 3 meter.

"Karena fondasinya tinggi, jadi tidak akan terendam. Saya berterima kasih sama Pak Dedi yang memberi ide dan Pak Dodi yang membangun," kata Erni.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9895 seconds (0.1#10.140)