Surabaya Siapkan Software Anak Antiterorisme

Rabu, 16 Mei 2018 - 16:17 WIB
Surabaya Siapkan Software...
Surabaya Siapkan Software Anak Antiterorisme
A A A
SURABAYA - Pelibatan anak-anak dalam aksi terorisme menjadi perhatian serius banyak pihak maka perlu cara khusus untuk menangkalnya.Untuk mencegah aksi serupa, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menyiapkan software khusus bagi anak supaya tidak terlibat lebih jauh dalam terorisme.Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya M Ikhsan menuturkan, terobosan untuk membuat software guna menampung anak-anak yang tidak sekolah direspons positif. Pihaknya akan mendalami jika terdapat anak yang dalam kurun waktu sehari tidak masuk sekolah.

Selain itu ada juga program khusus yang mampu mendeteksi suasana hati anak ketika datang ke sekolah. “Apakah anak tersebut sedih atau senang. Nanti ada alat pendeteksi semacam itu dibantu guru bimbingan konseling (BK) dan wali kelas,” ujar Ikhsan ketika ditemui di sela-sela komunikasi dan koordinasi bersama kepala sekolah SD/MI Negeri dan Swasta, SMP/MTs Negeri dan Swatsa, PKBM, Madin dan Pondok Pesantren se-Surabaya di Gedung Convention Hall Jalan Arief Rahman Hakim, Rabu (16/5/2018).

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini juga meminta kepala sekolah untuk berkomunikasi dengan wali kelas agar mampu mendeteksi anak-anak yang mengalami perilaku aneh ketika berbicara. Tindakan itu diyakini mampu menjadi informasi yang baik untuk ditindaklanjuti.“Para guru tolong fokus dan deteksi ketika mendengar ucapan yang tidak biasa dilontarkan anak-anak,” kata Risma.

Bagi Risma, para kepala sekolah dan guru harus peka dalam memperhatikan tutur kata, perilaku serta meningkatkan komunikasi dengan anak-anak yang cenderung mengalami perubahan secara mendadak.“Ini memang berat, tapi komunikasi harus dibangun antara guru dan anak agar tidak kecolongan lagi,” ungkapnya.

Agar imbauan ini dapat diterapkan, dirinya meminta kepada seluruh guru BK dan agama lebih aktif berinteraksi utamanya pada jam-jam istirahat terhadap anak-anak. Guru agama memiliki peran penting untuk mengembangkan perilaku dan pola pikir anak dalam hal keagamaan.
Selain itu para guru juga diminta untuk menjelaskan secara detail kepada anak-anak bahwa pancasila dan semua agama menyelipkan poin toleransi antar umat manusia, hubungan antar manusia dan pencipta. “Itu harus diajarkan dan ditanamkan agar mereka mengerti,” jelasnya.

Risma menambahkan, anak-anak yang bersekolah di pondok pesantren juga harus dipantau serius. Dia berharap agar anak-anak dipantau baik saat di pondok pesantren maupun di rumah. “Semua elemen harus bergerak dan bersinergi membangun komunikasi tanpa terkecuali," ucapnya.

Antisipasi agar anak-anak tidak trauma, Risma menyediakan wadah trauma center bagi korban bom maupun yang berada di lingkaran teroris, khususnya anak-anak. Saat ini, dirinya telah berkoordinasi bersama dengan jemaat gereja, OPD terkait dan profesi himpunan psikologi klinis dan sekolah.“Metode pendampingan satu anak akan didampingi satu psikolog baik ketika di rumah sakit, di rumah maupun di sekolah,” jelasnya.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1370 seconds (0.1#10.140)