Edy Kasihan Lihat Warga Antre Berobat di Puskesmas
A
A
A
MEDAN - Setelah mengunjungi Pasar Pagi Labuhan calon Gubernur (cagub) Sumatera Utara (Sumut) nomor urut 1, Edy Rahmayadi langsung melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju Masjid Raya Al Osmani Medan Labuhan.
Sebelum tiba di masjid peninggalan Raja Deli Ketujuh, Sultan Osman Perkasa Alam untuk melaksanakan Salat Dhuha, langkahnya terhenti tepat di depan UPT Puskesmas Pekan Labuhan di Jalan Kl Yos Sudarso Km 18,5 Medan.
Dari pinggir jalan sorot matanya mengarah ke kerumunan masyarakat yang sedang duduk di kursi yang akhirnya diketahui sedang antre berobat. "Ini sedang nunggu antrean berobat pak," ujar Purnama Isabela, seorang pasien menjawab pertanyaan Edy yang datang menghampiri.
Gerah karena banyaknya pasien mengantri mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) ini langsung bertanya kepada salah seorang pegawai Puskesmas.
"Bapak ibu ini lama mengantri apa karena tidak ada dokternya. Mana dokternya saya mau ngomong. Kasihan ini masyarakat mau berobat tapi tidak terlayani," tanya Edy.
Mendengar perkataan Edy, pegawai wanita itu langsung menjawab kalau dokter ada di dalam kantor. "Ada di dalam pak, namanya Dokter Edi. Sebenarnya ada tiga tapi dokter lain ada kegiatan upacara," ujarnya.
Mendengar ucapan pegawai puskesmas tersebut, Edy pun semakin tegas meminta agar dirinya bisa berjumpa dengan Dokter Edi. "Tolong panggilkan saya mau jumpa. Bagaimana masyaraka bisa terlayani dengan baik kalau dokternya saja tak di tempat. Kalau urusan upacara atau rapat itu nomor tiga. Nomor satu itu pelayanan kepada masyarakat," tegas Edy di hadapan Dokter Edi yang telah hadir di hadapannya.
Persoalan buruknya pelayanan diakui Edy merupakan salah satu pekerjaan rumah yang harus mendapat perhatian serius bagi pemerintah. Buruknya mental dan pelayanan pekerja medis diakui Edy menjadi penyebab banyak masyarakat berobat keluar negeri.
"Makanya kalau kita lihat masyarakat yang punya uang lebih memilih berobat keluar negeri karena mendapat pelayanan yang baik di sana. Tapi kalau masyarakat kita yang kurang beruntung secara finansial hanya mengandalkan BPJS atau ke Puskesmas. Sudah begitu sampai ke sini tak ada pula dokternya. Sekali lagi saya mohon layananilah masyarakat kita ini sebaik-baiknya," harapnya.
Setelah menyampaikan harapannya kepada Dokter Edi agar mereka bekerja sebaik-baiknya memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Sebelum tiba di masjid peninggalan Raja Deli Ketujuh, Sultan Osman Perkasa Alam untuk melaksanakan Salat Dhuha, langkahnya terhenti tepat di depan UPT Puskesmas Pekan Labuhan di Jalan Kl Yos Sudarso Km 18,5 Medan.
Dari pinggir jalan sorot matanya mengarah ke kerumunan masyarakat yang sedang duduk di kursi yang akhirnya diketahui sedang antre berobat. "Ini sedang nunggu antrean berobat pak," ujar Purnama Isabela, seorang pasien menjawab pertanyaan Edy yang datang menghampiri.
Gerah karena banyaknya pasien mengantri mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) ini langsung bertanya kepada salah seorang pegawai Puskesmas.
"Bapak ibu ini lama mengantri apa karena tidak ada dokternya. Mana dokternya saya mau ngomong. Kasihan ini masyarakat mau berobat tapi tidak terlayani," tanya Edy.
Mendengar perkataan Edy, pegawai wanita itu langsung menjawab kalau dokter ada di dalam kantor. "Ada di dalam pak, namanya Dokter Edi. Sebenarnya ada tiga tapi dokter lain ada kegiatan upacara," ujarnya.
Mendengar ucapan pegawai puskesmas tersebut, Edy pun semakin tegas meminta agar dirinya bisa berjumpa dengan Dokter Edi. "Tolong panggilkan saya mau jumpa. Bagaimana masyaraka bisa terlayani dengan baik kalau dokternya saja tak di tempat. Kalau urusan upacara atau rapat itu nomor tiga. Nomor satu itu pelayanan kepada masyarakat," tegas Edy di hadapan Dokter Edi yang telah hadir di hadapannya.
Persoalan buruknya pelayanan diakui Edy merupakan salah satu pekerjaan rumah yang harus mendapat perhatian serius bagi pemerintah. Buruknya mental dan pelayanan pekerja medis diakui Edy menjadi penyebab banyak masyarakat berobat keluar negeri.
"Makanya kalau kita lihat masyarakat yang punya uang lebih memilih berobat keluar negeri karena mendapat pelayanan yang baik di sana. Tapi kalau masyarakat kita yang kurang beruntung secara finansial hanya mengandalkan BPJS atau ke Puskesmas. Sudah begitu sampai ke sini tak ada pula dokternya. Sekali lagi saya mohon layananilah masyarakat kita ini sebaik-baiknya," harapnya.
Setelah menyampaikan harapannya kepada Dokter Edi agar mereka bekerja sebaik-baiknya memberikan pelayanan kepada masyarakat.
(wib)