Terbaring Lemah Selama 14 Tahun, Toni Berharap Bantuan Dermawan
A
A
A
KOTAWARINGIN BARAT - Toni Ardiyanto (14), anak pertama dari tiga bersaudara, pasangan suami istri Suyatno (53) dan Suyati (36) hanya bisa terbaring lemah di atas tempat tidurnya. Toni menahan sakitnya sudah 14 tahun.Warga Jalan Ahmad Yani, Desa Semanggang, RT 8 RW 2, Kecamatan Pangkalan Banteng Kotawaringin Barat (Kobar) Kalimantan Tengah, sangat mengharapkan bantuan pemerintah maupun dermawan.“Sejak lahir Toni belum bisa berbicara dan berjalan. Ada yang bilang ini gizi buruk. Tapi ada juga yang bilang Toni meminum air ketuban waktu lahir,” ucap ibu Toni, Suyati saat ditemui di rumahnya, Jumat (11/5/2018).
Saat berumur 13 tahun, kata Suyati, meskipun tidak bisa berjalan badannya gemuk layaknya anak seusianya. Satu tahun terakhir ia sesak nafas dan berat tubuhnya turun drastis dan hanya tersisa 9 kilogram.“Setahun yang lalu saya bawa ke Puskesmas dan dirujuk ke RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun. Kata dokter penyakitnya infeksi paru,” imbuhnya.Suyati mengatakan, selama ini belum ada bantuan dari Dinas Sosial maupun Dinas Kesehatan. Bahkan, sebelum mendaftar BPJS dan memilih kelas III dengan iuran Rp25.500 setiap bulan ia berobat dengan biaya sendiri.“Setiap kali ke rumah sakit untuk berobat, saat itu saya membayar dengan mencari utang demi kesembuhan buah hati saya,” ucapnya.Ia mengatakan, anak nomor dua terpaksa dititipkan kepada keponakannya agar bisa dirawat dengan baik. Mengingat dirinya sudah tidak mampu lagi untuk merawat ketiga anaknya.“Bagaimana bisa saya merawat ketiga anak sekaligus. Saya ibu rumah tangga. Yang kedua umur 3 tahun dan yang ketiga baru 20 bulan,” ujarnya sambil sesekali menyeka air matanya.Suyatno, ayah Toni yang kesehariannya menjadi buruh sopir di salah satu perusahaan kelapa sawit tidak bisa berbuat banyak. Dengan pendapatan yang pas-pasan ia rela pergi pagi pulang sore demi mencari sesuap nasi dan untuk menutupi kebutuhan sehari-hari keluarganya.Sementara itu, Kepala Puskesmas Semanggang dr Tommy Mongdong mengatakan, pasien atas nama Toni bisa dirujuk lagi ke rumah sakit yang dituju. Tommy juga belum bisa memastikan jenis penyakit apa yang diderita oleh Toni.“Pastinya akan kami priksa dulu, setelah penyakitnya ketahuan maka akan segera kami berikan rujukan untuk pengobatan selanjutnya,” katanya singkat.
Saat berumur 13 tahun, kata Suyati, meskipun tidak bisa berjalan badannya gemuk layaknya anak seusianya. Satu tahun terakhir ia sesak nafas dan berat tubuhnya turun drastis dan hanya tersisa 9 kilogram.“Setahun yang lalu saya bawa ke Puskesmas dan dirujuk ke RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun. Kata dokter penyakitnya infeksi paru,” imbuhnya.Suyati mengatakan, selama ini belum ada bantuan dari Dinas Sosial maupun Dinas Kesehatan. Bahkan, sebelum mendaftar BPJS dan memilih kelas III dengan iuran Rp25.500 setiap bulan ia berobat dengan biaya sendiri.“Setiap kali ke rumah sakit untuk berobat, saat itu saya membayar dengan mencari utang demi kesembuhan buah hati saya,” ucapnya.Ia mengatakan, anak nomor dua terpaksa dititipkan kepada keponakannya agar bisa dirawat dengan baik. Mengingat dirinya sudah tidak mampu lagi untuk merawat ketiga anaknya.“Bagaimana bisa saya merawat ketiga anak sekaligus. Saya ibu rumah tangga. Yang kedua umur 3 tahun dan yang ketiga baru 20 bulan,” ujarnya sambil sesekali menyeka air matanya.Suyatno, ayah Toni yang kesehariannya menjadi buruh sopir di salah satu perusahaan kelapa sawit tidak bisa berbuat banyak. Dengan pendapatan yang pas-pasan ia rela pergi pagi pulang sore demi mencari sesuap nasi dan untuk menutupi kebutuhan sehari-hari keluarganya.Sementara itu, Kepala Puskesmas Semanggang dr Tommy Mongdong mengatakan, pasien atas nama Toni bisa dirujuk lagi ke rumah sakit yang dituju. Tommy juga belum bisa memastikan jenis penyakit apa yang diderita oleh Toni.“Pastinya akan kami priksa dulu, setelah penyakitnya ketahuan maka akan segera kami berikan rujukan untuk pengobatan selanjutnya,” katanya singkat.
(rhs)