Tidak Banyak Saling Serang, Debat Pilgub Jatim Berlangsung Datar
A
A
A
SURABAYA - Debat Publik Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur (Jatim) kembali digelar di Dyandra Expo, Kota Surabaya, Selasa (8/5/2018). Debat kedua yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jatim ini mengambil tema “Ekonomi dan Pembangunan”. Debat diikuti kedua pasangan calon (paslon), yakni Khofifah Indar Parawansa–Emil Dardak dan Saifullah Yusuf–Puti Guntur Soekarno.
Debat yang berlangsung selama satu jam setengah ini secara umum berlangsung datar. Kedua paslon tidak banyak melontarkan pernyataan yang menyerang satu sama lain. Sebaliknya, argumentasi dari kedua paslon lebih banyak saling melengkapi dibanding saling membantah. Bahkan, debat publik ini lebih cenderung bersifat tanya jawab dan tidak ada uji kelayakan dari program yang disampaikan paslon.
Misalnya, Khofifah menyoroti Jatim yang menjadi penyangga pangan nasional. Sayang, kontribusi sektor ini terhadap produk domestik regional bruto (PDRD) hanya 13%. Anehnya, petani juga banyak tidak mendapat alokasi pupuk bersubsidi dari pemerintah.
Dia juga menyoroti masalah petani yang ada di sekitar hutan yang kurang diperhatikan. “Kami akan tingkatkan produktivitas petani agar mereka lebih sejahtera. Caranya, dengan menghadirkan teknologi pertanian dan diproses secara modern,” jawab Gus Ipul, panggilan Saifullah Yusuf.
Sementara itu, Emil Dardak menyatakan akan membangun banyak tempat pelelangan ikan (TPI) untuk memperkuat sektor kelautan dan perikanan. Di sektor pertanian, pihaknya akan memberi informasi terkait komoditas pertanian apa saja yang harganya cukup bagus di pasaran.
“Kami juga akan menginformasikan komoditas pertanian apa saja yang harganya bagus dan layak tanam sehingga ada keseimbangan antara permintaan dengan penawaran,” ujar Emil.
Dalam kesempatan ini, Gus Ipul menyampaikan salah satu programnya, yakni penyerapan 750.000 tenaga kerja per tahun. Oleh Khofifah, program tersebut dianggap tidak masuk akal karena tingkat pengangguran di Jatim masih tinggi, yakni mencapai 20,3%. Kemampuan Jatim selama ini dalam menurunkan tingkat pengangguran hanya 0,04%.
“Tahun lalu nilai investasi mencapai Rp120 triliun dan menyerap 500.000 tenaga kerja. Jika nanti ditambah dengan pengembangan sektor pariwisata dan penguatan sektor industri kreatif, saya kira 750.000 penyerapan tenaga kerja per tahun bisa terealisasi,” jawab Gus Ipul.
Puti Guntur Soekarno sempat menyindir Emil Dardak dengan menyebut produksi ikan di Trenggalek sempat turun drastis. Tapi Emil berdalih penurunan itu tidak hanya terjadi di Trenggalek, tapi juga di daerah Selatan Jatim, seperti Pacitan, Jember, dan Banyuwangi.
Penurunan ini akibat kondisi alam yang tidak memungkinkan nelayan bisa mendapat banyak ikan. “Perahu nelayan juga harus ditingkatkan menjadi lebih besar supaya tangkapan lebih banyak,” kata Emil.
Terpisah, Laboratorium Kebijakan Publik dan Perencanaan Pembangunan (LKP3) Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya (FIA-Unibraw) Malang menggelar survei terkait Pilgub Jatim. Dari hasil survei menyebutkan, pasangan Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno unggul 6,7% atas Khofifah-Emil Dardak. Gus Ipul-Puti meraih 47,9% suara, sedangkan Khofifah-Emil hanya 41,2%. Sebanyak 10,9% belum memilih.
Untuk popularitas pasangan Saifullah Yusuf-Puti berada di angka 97,62%, di atas Khofifah-Emil yang memperoleh 96,78%. Sebaran usia responden, Gus Ipul lebih unggul untuk pemilih di usia antara 36-55 tahun yakni sebesar 50,30%. Sedangkan pasangan Khofifah–Emil hanya dipilih 38,55% dari usia tersebut.
“Pemilih usia 17-20 tahun sebanyak 42,28% memilih Khofifah- Emil. Sedangkan 41,46% memilih Gus Ipul-Puti,” kata Sekretaris LKP3 FIA-Unibraw, Andi Kurniawan.
Survei melibatkan 835 responden yang tersebar di 38 kabupaten/kota di Jatim dengan margin of error 3,46%. Tingkat kepercayaan survei ini mencapai 96,45%. Survei dilakukan dengan wawancara langsung dalam rentang waktu 23-30 April 2018. Penentuan sample dengan metode multistage random sampling yang proporsional di masing-masing Kabupaten dan Kota.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair) Novri Susan menilai, hasil survei yang disampaikan perguruan tinggi lebih independen. Sebab, kampus tidak bisa partisan atau tergabung dalam kelompok politik tertentu. Tujuan dari kampus ini lebih pada ranah akademik untuk kebutuhan penelitian. “Kalau dari kampus, orientasinya akademik, tidak untuk kepentingan calon tertentu,” katanya.
Dia menambahkan, dalam dua bulan terakhir, Pilgub Jatim diwarnai perang antar lembaga survei. Ada yang merilis hasil keunggulan Saifullah Yusuf dan ada yang memenangkan Khofifah. Kondisi ini mengakibatkan publik menjadi ragu akan akurasi dari hasil survei lembaga tersebut.
"Perang opini tidak bisa dihindari. Itu wajar, bagian dari dinamika opini dan komunikasi politik. Pada akhirnya, rakyat yang akan menjadi hakim dari pesta demokrasi ini," tandasnya.
(thm)
Debat yang berlangsung selama satu jam setengah ini secara umum berlangsung datar. Kedua paslon tidak banyak melontarkan pernyataan yang menyerang satu sama lain. Sebaliknya, argumentasi dari kedua paslon lebih banyak saling melengkapi dibanding saling membantah. Bahkan, debat publik ini lebih cenderung bersifat tanya jawab dan tidak ada uji kelayakan dari program yang disampaikan paslon.
Misalnya, Khofifah menyoroti Jatim yang menjadi penyangga pangan nasional. Sayang, kontribusi sektor ini terhadap produk domestik regional bruto (PDRD) hanya 13%. Anehnya, petani juga banyak tidak mendapat alokasi pupuk bersubsidi dari pemerintah.
Dia juga menyoroti masalah petani yang ada di sekitar hutan yang kurang diperhatikan. “Kami akan tingkatkan produktivitas petani agar mereka lebih sejahtera. Caranya, dengan menghadirkan teknologi pertanian dan diproses secara modern,” jawab Gus Ipul, panggilan Saifullah Yusuf.
Sementara itu, Emil Dardak menyatakan akan membangun banyak tempat pelelangan ikan (TPI) untuk memperkuat sektor kelautan dan perikanan. Di sektor pertanian, pihaknya akan memberi informasi terkait komoditas pertanian apa saja yang harganya cukup bagus di pasaran.
“Kami juga akan menginformasikan komoditas pertanian apa saja yang harganya bagus dan layak tanam sehingga ada keseimbangan antara permintaan dengan penawaran,” ujar Emil.
Dalam kesempatan ini, Gus Ipul menyampaikan salah satu programnya, yakni penyerapan 750.000 tenaga kerja per tahun. Oleh Khofifah, program tersebut dianggap tidak masuk akal karena tingkat pengangguran di Jatim masih tinggi, yakni mencapai 20,3%. Kemampuan Jatim selama ini dalam menurunkan tingkat pengangguran hanya 0,04%.
“Tahun lalu nilai investasi mencapai Rp120 triliun dan menyerap 500.000 tenaga kerja. Jika nanti ditambah dengan pengembangan sektor pariwisata dan penguatan sektor industri kreatif, saya kira 750.000 penyerapan tenaga kerja per tahun bisa terealisasi,” jawab Gus Ipul.
Puti Guntur Soekarno sempat menyindir Emil Dardak dengan menyebut produksi ikan di Trenggalek sempat turun drastis. Tapi Emil berdalih penurunan itu tidak hanya terjadi di Trenggalek, tapi juga di daerah Selatan Jatim, seperti Pacitan, Jember, dan Banyuwangi.
Penurunan ini akibat kondisi alam yang tidak memungkinkan nelayan bisa mendapat banyak ikan. “Perahu nelayan juga harus ditingkatkan menjadi lebih besar supaya tangkapan lebih banyak,” kata Emil.
Terpisah, Laboratorium Kebijakan Publik dan Perencanaan Pembangunan (LKP3) Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya (FIA-Unibraw) Malang menggelar survei terkait Pilgub Jatim. Dari hasil survei menyebutkan, pasangan Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno unggul 6,7% atas Khofifah-Emil Dardak. Gus Ipul-Puti meraih 47,9% suara, sedangkan Khofifah-Emil hanya 41,2%. Sebanyak 10,9% belum memilih.
Untuk popularitas pasangan Saifullah Yusuf-Puti berada di angka 97,62%, di atas Khofifah-Emil yang memperoleh 96,78%. Sebaran usia responden, Gus Ipul lebih unggul untuk pemilih di usia antara 36-55 tahun yakni sebesar 50,30%. Sedangkan pasangan Khofifah–Emil hanya dipilih 38,55% dari usia tersebut.
“Pemilih usia 17-20 tahun sebanyak 42,28% memilih Khofifah- Emil. Sedangkan 41,46% memilih Gus Ipul-Puti,” kata Sekretaris LKP3 FIA-Unibraw, Andi Kurniawan.
Survei melibatkan 835 responden yang tersebar di 38 kabupaten/kota di Jatim dengan margin of error 3,46%. Tingkat kepercayaan survei ini mencapai 96,45%. Survei dilakukan dengan wawancara langsung dalam rentang waktu 23-30 April 2018. Penentuan sample dengan metode multistage random sampling yang proporsional di masing-masing Kabupaten dan Kota.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair) Novri Susan menilai, hasil survei yang disampaikan perguruan tinggi lebih independen. Sebab, kampus tidak bisa partisan atau tergabung dalam kelompok politik tertentu. Tujuan dari kampus ini lebih pada ranah akademik untuk kebutuhan penelitian. “Kalau dari kampus, orientasinya akademik, tidak untuk kepentingan calon tertentu,” katanya.
Dia menambahkan, dalam dua bulan terakhir, Pilgub Jatim diwarnai perang antar lembaga survei. Ada yang merilis hasil keunggulan Saifullah Yusuf dan ada yang memenangkan Khofifah. Kondisi ini mengakibatkan publik menjadi ragu akan akurasi dari hasil survei lembaga tersebut.
"Perang opini tidak bisa dihindari. Itu wajar, bagian dari dinamika opini dan komunikasi politik. Pada akhirnya, rakyat yang akan menjadi hakim dari pesta demokrasi ini," tandasnya.
(thm)