Alami Kelumpuhan, Kakak Adik di Banyumas Ini Ungkap Keinginan Bersekolah

Selasa, 01 Mei 2018 - 16:47 WIB
Alami Kelumpuhan, Kakak...
Alami Kelumpuhan, Kakak Adik di Banyumas Ini Ungkap Keinginan Bersekolah
A A A
PURWOKERTO - Dua warga Banyumas, Jawa Tengah, Trisna Yuniati (18) dan Imam Muarif (12), mengalami kelumpuhan dan tidak pernah mengenyam pendidikan. Keduanya pun belum mendapat perhatian dari pemerintah setempat.

Trisna Yuniati dan Imam Muarif adalah anak pasangan Rohimah (36) dan Karlan (42), warga Desa Panusupan, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Kondisi keduanya memang sungguh memprihatinkan. Di saat teman- teman sebaya Trisna dan Imam bisa mengenyam pendidikan di sekolah, keduanya justru hanya terdiam di rumah mereka yang kondisinya memprihatinkan.

Untuk berjalan, Imam hanya bisa merangkak. Ia selalu merangkak sejauh ia mampu saat ingin bermain dengan teman sebayanya. Kedua kaki Imam terlihat sangat kotor karena lantai rumah yang menggunakan tanah ini harus ia lewati saat merangkak.

Trisna dan Imam memang tidak bisa berjalan layaknya anak-anak seusia mereka. Keduanya pun belum pernah mengenyam pendidikan. Padahal, sebenarnya Trisna dan Imam sangat ingin bersekolah seperti anak-anak pada umumnya.

Kondisi lumpuh yang dialami Trisna dan Imam diawali setelah mereka lahir mengalami demam tinggi. Karena kedua orang tua mereka tidak mampu, mereka tidak tertangani pihak rumah sakit. Kedua anak ini pun hanya dipijat dan belum pernah diberi bantuan kesehatan oleh pihak Pemerintah Kabupaten Banyumas. Mereka tidak berani berobat ke dokter atau rumah sakit karena mengaku sama sekali tidak mampu membayar biaya pengobatan.
Alami Kelumpuhan, Kakak Adik di Banyumas Ini Ungkap Keinginan Bersekolah

"Anak kami belum pernah mendapat bantuan kesehatan dari siapa pun. Hanya dibantu ibu-ibu PKK saja saat itu. Untuk berobat kami tidak mampu karena biayanya sangat banyak. Sedangkan kami hanya pembuat gula kelapa merah musiman," ujar Rohimah, orang tua Trisna dan Imam.

Rohimah mengungkapkan keinginannya melihat anak-anaknya normal dan bisa sekolah. "Saya sangat sedih melihat kondisi kedua anak saya seperti itu. Tapi kami sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain bertahan hidup dengan keterbatasan," tambah Rohimah sambil terisak.

Kondisi ekonomi kedua orang tua Trisna dan Imam memang memprihatinkan. Terkadang mereka memberi makan anak-anaknya hanya dengan lauk kulit melinjo atau bahkan hanya dengan sambal. Penghasilan orang tua Trisna dan Imam sebagai buruh pembuat gula merah sangat tidak mencukupi untuk keperluan sehari-hari mereka.

Kondisi rumah mereka pun hanya beralas tanah. Dinding dapur rumah mereka terbuat dari bambu dan banyak yang rusak serta berlubang. Untuk menjangkau ke pusat desa, kedua orang tua ini harus berjalan hingga kiloan meter.

Di balik semua kesulitan yang dialami, orang tua Trisna dan Imam berharap kedua anaknya ini bisa bersekolah layaknya anak-anak tetangga mereka.

Keinginan untuk bisa sekolah tak hanya disampaikan orang tua Trisna dan Imam Muarif. "Saya ingin sekolah seperti teman-teman saya. Saya belum pernah sekolah dan saya bercita-cita ingin jadi pak polisi," ujar Imam.

Sementara, Trisna yang juga kakak Imam bercita-cita ingin menjadi penyanyi terkenal. "Saya juga sangat ingin sekali bersekolah dan bisa menjadi penyanyi terkenal," kata Trisna.

Air mata Rohimah pun berlinang mendengar keinginan kedua anaknya yang kadang menggunakan sebuah kursi roda untuk bisa bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya itu.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6179 seconds (0.1#10.140)