41% Irigasi di Sleman Rusak
A
A
A
SLEMAN - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman, DIY, mengungkapkan, dari 21.953 hektare (ha) daerah irigasi yang tersebar di 17 kecamatan tercatat 9.075 ha atau 41,34% di antaranya dalam kondisi rusak. Hanya 12.878 ha atau 58,66% yang kondisinya baik.
Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan, irigasi memiliki peran yang penting dalam pembangunan pertanian. Berbagai langkah terus dilakukan untuk mengatasi rusaknya irigasi tersebut. Selain dengan melakukan rehabilitasi juga dengan peningkatan termasuk pemeliharaan irigasi yang sudah ada.
“Untuk kepentingan ini dianggarkan Rp21,9 miliar,” kata Sri Purnomo saat penyerahan program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI) dari Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO), di aula unit I Pemkab Sleman, akhir pekan lalu.
Sri Purnomo menjelaskan, anggaran sebesar Rp7,394 miliar untuk rehabilitasi daerah irigasi di 9 lokasi yang bersumber dari APBD. Anggaran Rp14,5 miliar untuk peningkatan irigasi di 45 tempat yang bersumber dari APBD dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Terdiri dari APBD Rp7,275 mliar untuk 27 daerah irigasi dan DAK Rp7,264 miliar untuk 18 daerah irigasi.
“Diharapkan dengan langkah ini, akan meningkatkan produksi pertanian dan muaranya untuk kesejahteraan masyarakat,” paparnya.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO), Tri Bayu Aji P3-TGAI merupakan program bantuan dari pemerintah yang dirujuk langsung ke kelompok tani. Harapannya dengan Program tersebut jaringan-jaringan irigasi dapat dioptimalkan.
“Tahun 2018 ini kami membantu Rp195 juta untuk P3-TGAI bagi 12 desa di Sleman. Dimana 10 desa sudah menyelesaikan, sisanya 2 desa masih dalam tahap penyelesaian,” terangnya.
Wakil Ketua DPRD Sleman Sukaptono mengatakan, karena air merupakan kebutuhan pokok bagi petani. Untuk itu, fungsi jaringan irigasi tetap optimal, maka sarana itu harus terus dijaga dan penggunaannya sesuai manfaatnya.
Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan, irigasi memiliki peran yang penting dalam pembangunan pertanian. Berbagai langkah terus dilakukan untuk mengatasi rusaknya irigasi tersebut. Selain dengan melakukan rehabilitasi juga dengan peningkatan termasuk pemeliharaan irigasi yang sudah ada.
“Untuk kepentingan ini dianggarkan Rp21,9 miliar,” kata Sri Purnomo saat penyerahan program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI) dari Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO), di aula unit I Pemkab Sleman, akhir pekan lalu.
Sri Purnomo menjelaskan, anggaran sebesar Rp7,394 miliar untuk rehabilitasi daerah irigasi di 9 lokasi yang bersumber dari APBD. Anggaran Rp14,5 miliar untuk peningkatan irigasi di 45 tempat yang bersumber dari APBD dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Terdiri dari APBD Rp7,275 mliar untuk 27 daerah irigasi dan DAK Rp7,264 miliar untuk 18 daerah irigasi.
“Diharapkan dengan langkah ini, akan meningkatkan produksi pertanian dan muaranya untuk kesejahteraan masyarakat,” paparnya.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO), Tri Bayu Aji P3-TGAI merupakan program bantuan dari pemerintah yang dirujuk langsung ke kelompok tani. Harapannya dengan Program tersebut jaringan-jaringan irigasi dapat dioptimalkan.
“Tahun 2018 ini kami membantu Rp195 juta untuk P3-TGAI bagi 12 desa di Sleman. Dimana 10 desa sudah menyelesaikan, sisanya 2 desa masih dalam tahap penyelesaian,” terangnya.
Wakil Ketua DPRD Sleman Sukaptono mengatakan, karena air merupakan kebutuhan pokok bagi petani. Untuk itu, fungsi jaringan irigasi tetap optimal, maka sarana itu harus terus dijaga dan penggunaannya sesuai manfaatnya.
(rhs)