Cawagub Puti Soekarno Lihat Peluang bagi Lagu Berbahasa Daerah untuk Melejit
A
A
A
BONDOWOSO - Di era ekonomi kreatif dan digital saat ini, Calon Wakil Gubernur Puti Guntur Soekarno melihat peluang besar bagi lagu-lagu berbahasa daerah untuk melejit.“Kita menyaksikan, lagu-lagu berbahasa Jawa dan Osing sering melesat menjadi trend musik aliran pop dan dangdut. Lagi-lagu Osing atu banyuwangian, di Youtube, viewers-nya sampai jutaan. Khazanah musik lokal Jatim luar biasa. Belum lagi nanti kita kembangkan lagu Madura,” kata Puti di Bondowoso, Rabu (28/3/2018).
Era digital saat ini, lanjut dia, memberi jalan bagi pelaku industri musik untuk unjuk kreativitas dengan mudah. Penyebaran hasil karya, yang menyedot hati khalayak, bisa dilakukan cepat dan mudah.
“Bisa melalui YouTube, sosial media, sosial massenger seperti video clip yang beredar cepat melalui WhatsApp,” kata Puti yang dikenal piawai bermain piano dalam pernyataan tertulis yang diterima SINDOnews, Rabu (28/3/2018).
Sebelumnya, saat bersafari di Banyuwangi, Puti bertemu Ainur Rofiq Wandra Restusian, atau Wandra, mahasiswa Universitas 17 Agustus (Untag) Banyuwangi.
Wandra, anak muda Osing (masyarakat asli Banyuwangi, lahir 15 Juni 1995, yang dikenal melalui lagu lokal berjudul “Kelangan” (Kehilangan). Di depan Puti, Wandra menyanyikan kembali lagu Kelangan, disaksikan ratusan orang lainnya.
Lagu “Kelangan” diciptakan Wandra ketika masih menjadi pelajar SMA, dengan Bahasa Osing, yang turut melambungkan bahasa asal Banyuwangi tersebut.
Saat ini, di YouTube, lagu Kelangan karya Wandra mendapat lebih dari 5,5 juta views. “Wandra menjadi salah satu icon anak-anak milenial. Dia punya talenta. Dia juga bisa memanfaatkan kemajuan teknologi,” kata Puti.
Selain “Kelangan”, Wandra juga dikenal menciptakan single hits lain, seperti “Sawangen” (Lihatlah). Lagu ini seringkali dinyanyikan artis dangdut yang sedang naik daun, Via Vallen.
Lagu “Sawangen” juga dinyanyikan musisi muda Banyuwangi, Vita Alvia, dengan sentuhan jazz. Lagu lain yang melejit, Ngobong Ati, Lintange Ati, Roso Welas, Kangen Setengah Mati.
Popularitas Wandra, kata cucu Bung Karno itu, tidak membuat dia tercerabut dari akar budayanya. Karena lagu-lagu dia diciptakan berbasis Bahasa Osing.
“Padahal Wandra sering tampil di luar negeri. Dia menjadi prototipe anak muda Indonesia yang bangga dengan asalnya. Wandra adalah generasi ‘Jaman Now’ yang menjadi icon yang menginspirasi banyak orang,” imbuh Puti.
Dia melanjutkan, lewat olah seni para musisi kreatif, bahasa-bahasa lokal telah terangkat dan menjadi perbincangan khalayak di tengah membanjirnya kosakata bahasa asing di Indonesia.
“Lewat olah kreatif seniman, kita melihat pertumbuhan daerah juga terjadi di banyak tempat. Kemajuan tidak hanya di pusat-pusat kota metropolitan,” kata Puti.
Puti telah menyiapkan program untuk mendukung kemajuan ekonomi kreatif berbasis seni-budaya. Di antaranya memberikan beasiswa bagi para peminat dan pelaku seni untuk belajar lebih dalam tentang kesenian, asuransi bagi pelaku seni tradisi, dan revitalisasi gedung-gedung kesenian.
Era digital saat ini, lanjut dia, memberi jalan bagi pelaku industri musik untuk unjuk kreativitas dengan mudah. Penyebaran hasil karya, yang menyedot hati khalayak, bisa dilakukan cepat dan mudah.
“Bisa melalui YouTube, sosial media, sosial massenger seperti video clip yang beredar cepat melalui WhatsApp,” kata Puti yang dikenal piawai bermain piano dalam pernyataan tertulis yang diterima SINDOnews, Rabu (28/3/2018).
Sebelumnya, saat bersafari di Banyuwangi, Puti bertemu Ainur Rofiq Wandra Restusian, atau Wandra, mahasiswa Universitas 17 Agustus (Untag) Banyuwangi.
Wandra, anak muda Osing (masyarakat asli Banyuwangi, lahir 15 Juni 1995, yang dikenal melalui lagu lokal berjudul “Kelangan” (Kehilangan). Di depan Puti, Wandra menyanyikan kembali lagu Kelangan, disaksikan ratusan orang lainnya.
Lagu “Kelangan” diciptakan Wandra ketika masih menjadi pelajar SMA, dengan Bahasa Osing, yang turut melambungkan bahasa asal Banyuwangi tersebut.
Saat ini, di YouTube, lagu Kelangan karya Wandra mendapat lebih dari 5,5 juta views. “Wandra menjadi salah satu icon anak-anak milenial. Dia punya talenta. Dia juga bisa memanfaatkan kemajuan teknologi,” kata Puti.
Selain “Kelangan”, Wandra juga dikenal menciptakan single hits lain, seperti “Sawangen” (Lihatlah). Lagu ini seringkali dinyanyikan artis dangdut yang sedang naik daun, Via Vallen.
Lagu “Sawangen” juga dinyanyikan musisi muda Banyuwangi, Vita Alvia, dengan sentuhan jazz. Lagu lain yang melejit, Ngobong Ati, Lintange Ati, Roso Welas, Kangen Setengah Mati.
Popularitas Wandra, kata cucu Bung Karno itu, tidak membuat dia tercerabut dari akar budayanya. Karena lagu-lagu dia diciptakan berbasis Bahasa Osing.
“Padahal Wandra sering tampil di luar negeri. Dia menjadi prototipe anak muda Indonesia yang bangga dengan asalnya. Wandra adalah generasi ‘Jaman Now’ yang menjadi icon yang menginspirasi banyak orang,” imbuh Puti.
Dia melanjutkan, lewat olah seni para musisi kreatif, bahasa-bahasa lokal telah terangkat dan menjadi perbincangan khalayak di tengah membanjirnya kosakata bahasa asing di Indonesia.
“Lewat olah kreatif seniman, kita melihat pertumbuhan daerah juga terjadi di banyak tempat. Kemajuan tidak hanya di pusat-pusat kota metropolitan,” kata Puti.
Puti telah menyiapkan program untuk mendukung kemajuan ekonomi kreatif berbasis seni-budaya. Di antaranya memberikan beasiswa bagi para peminat dan pelaku seni untuk belajar lebih dalam tentang kesenian, asuransi bagi pelaku seni tradisi, dan revitalisasi gedung-gedung kesenian.
(sms)