Serunya Pawai Nenek-Nenek Lincah Bawakan Lagu Dolanan

Kamis, 15 Maret 2018 - 19:11 WIB
Serunya Pawai Nenek-Nenek Lincah Bawakan Lagu Dolanan
Serunya Pawai Nenek-Nenek Lincah Bawakan Lagu Dolanan
A A A
SEMARANG - Sekelompok nenek dengan dandanan pakaian tradisional membawakan beragam lagu dolanan di sepanjang jalan pawai di Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Dengan lincah mereka juga menari-nari sembari mengajak anak-anak yang menyaksikan pawai untuk ikut bernyanyi bersama.

Kemeriahan terlihat dari rombongan nenek-nenek yang mengawali pawai dari Alun-Alun Bung Karno Kalirejo Ungaran Timur. Tiga perempuan dengan pakaian kebaya menari-nari di depan rombongan sambil diiringi alat-alat musik tradisional seperti kentongan, simbal, dan angklung.

Tak hanya mengenakan pakaian tradisional, mereka juga merias wajah dengan dandanan yang menarik. Mereka juga rela wajahnya diberi kumis yang terkesan lucu agar menarik perhatian anak-anak. Sebagian lainnya, mengenakan topeng dan selembar kain selendang.

Lagu-lagu dolanan yang dibawakan di antaranya adalah Gundul-Gundul Pacul, Jaranan, Jamuran, Cublak-Cublak Suweng, Padhang Mbulan, dan sebagainya. Musik yang rancak dan gerakan yang energik dari nenek-nenek itu mengundang perhatian ribuan penonton di sepanjang jalan.

Mereka turut bersenandung dan tak jarang ikut menari dalam rombongan. Apalagi, nenek-nenek itu juga interaktif dengan penonton. Mereka menghampiri setiap ada anak kecil yang berada di barisan penonton bersama orangtuanya.

Nenek-nenek yang tampil dalam pawai itu merupakan delegasi dari UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Ungaran Barat. Mereka sengaja membawakan lagu-lagu dolanan untuk memperkenalkan kepada anak-anak. Apalagi, saat ini banyak lagu dolanan dan permainan tradisional yang sudah mulai ditinggalkan.

"Kami sengaja mengusung konsep lagu dolanan. Agar anak-anak kenal bahwa kita mempunyai budaya seperti ini. Dengan diperkenalkan sejak dini, mereka akan tahu kemudian ikut melestarikannya," ujar Pengawas TK dan SD UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Ungaran Barat, Yuani Tri Harsini, Kamis (15/3/2018).

Dia juga menyampaikan, masyarakat menyambut baik lagu-lagu dolanan yang mereka nyanyikan sepanjang jalan. Selama hampir dua jam berjalan kaki sepanjang empat kilometer, mereka tak kenal lelah menari dan memeragakan permainan tradisional.

"Kita tak hanya menyanyi lagu dolanan, tapi juga memeragakan bagaimana dolanan itu mainkan. Misalnya cublak-cublak suweng atau jamuran itu seperti apa. Makanya kan kita tadi juga saling berpegangan tangan dan membuat lingkaran di jalan," jelasnya.

Meski tak lagi muda, namun mereka tetap bersemangat menempuh perjalanan panjang itu sambil menghibur masyarakat. Dari 20 perempuan yang ikut dalam delegasi itu kebanyakan telah berusia di atas 50 tahun dan memiliki cucu.

"Kami sudah biasa seperti ini, meski usia tak muda tapi tetap semangat. Ini ada yang cucunya sudah tiga. Tapi ya tetap kuat berjalan sambil menari. Ini malah ada yang sambil mengajak cucunya ikut dalam rombongan. Semuanya berjalan kaki," tambah Tri Astuti.

Mereka mengaku senang bisa terlibat dalam kegiatan untuk merayakan Hari Jadi ke-497 Kabupaten Semarang. Walaupun selama pawai beberapa kali diguyur hujan, tak menyurutkan mereka untuk berpartisipasi bersama ratusan peserta pawai lainya.

"Dandan kaya gini biar beda dari lainnya. Enggak malu lah, biasa saja. Malah bangga meski kami tidak lagi muda namun masih semangat dan kekuatannya juga sama dengan anak-anak muda dan pelajar yang ikut pawai," pungkas Sugianti dengan dandanan kebaya plus kacamata hitam.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7546 seconds (0.1#10.140)