Datang ke Gunung Kawi, Khofifah Ingin Kawasan Cagar Budaya Dilestarikan

Senin, 05 Maret 2018 - 12:49 WIB
Datang ke Gunung Kawi,...
Datang ke Gunung Kawi, Khofifah Ingin Kawasan Cagar Budaya Dilestarikan
A A A
SURABAYA - Calon Gubernur (Cagub) Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa ingin kawasan cagar budaya di Jatim tetap dilestarikan. Pelestarian itu menjadi keinginannya setelah melakukan tapak tilas salah satu cagar budaya Jawa Timur di Kaki Gunung Kawi, Kabupaten Malang.

Dengan menempuh waktu lebih dari 2 jam dari pusat kota, Khofifah menyusuri gelapnya malam Desa Jenglong, Malang bersama rombongan. Masyarakat desa setempat langsung menyapa riang Khofifah dengan berjejer menunggu di pelataran halaman rumah masing-masing.

Setelah dari Gunung Kawi, Mantan Menteri Sosial itu melanjutkan perjalanan menuju tempat Ken Arok bertapa serta mengasingkan diri sebelum akhirnya mendirikan kerajaan Singosari. “Bangunan cagar budaya ini menyimpan banyak sejarah panjang di Indonesia,” ujar Khofifah, Minggu (4/3/2018) malam.

Kedatangan Khofifah langsung disambut penunggu Pura Patirtan Taman Pasupati Romo Irwai. Khofifah kagum melihat cagar budaya yang masih berdiri di tengah heningnya hutan dan masih terjaga dengan rapi.

Memasuki wilayah pura, Khofifah disambut gerbang pura, Candi Bentar yang lekat dengan warna hitam. Bangunan itu diapit dua patung khas ukiran Hindu. Sementara di bagian kanan terdapat kolam dan berdiri cantik patung Patung Dewi Sarasvati dengan balutan warna putih.

Di akhir kunjungan, Romo Irwai menyebutkan Khofifah akan sukses di PIlgub 2018 ini. Ia berharap para pemimpin di Jatim bisa menjalankan mandat dari masyarakat. “Siapa saja yang datang ke sini pasti sukses. Sudah banyak yang datang ke sini dan sukses. Ibu di Pilgub ini kalau tidak ada sesuatu, akan berhasil,” jelasnya pada Khofifah.

Sementara itu, pada Pilgub Jatim saat ini telah memasuki fase kampanye. Waktunya para calon bersama tim pemenangan berusaha merebut hati rakyat untuk memilih. Maka, jika masih ada yang masih sibuk dengan klaim dukungan, hal itu merupakan tanda tidak percaya diri (low confident) dari calon.

Pakar Politik Universitas Airlangga (Unair) Airlangga Pribadi menuturkan, sekarang adalah momen kampanye. Saatnya meraih hati dan pikiran rakyat dengan kekuatan visi misi dan kapasitas elite. Ketergantungan kandidat terhadap dukungan presiden memperlihatkan lemahnya confident dari calon tersebut untuk merebut hati dan pikiran konstituen.

Mantan Staf Khusus Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini ini melanjutkan, komunikasi soal dukungan presiden itu fasenya sudah lewat. Itu fasenya saat proses pencalonan sampai kampanye. Sedangkan saat ini adalah fase kampanye dimulai, maka fokusnya adalah merangkul dukungan dari rakyat.

“Soal dukung mendukung itu fasenya sudah lewat, itu fase saat pencalonan. Saat ini fasenya merangkul dukungan rakyat seluas-luasnya,” jelasnya.

Dosen FISIP Unair ini melanjutkan, kalau masih ada klaim dukungan presiden terhadap kandidat pada saat kampanye itu statemen tidak elok. Sebab, itu adalah pernyataan untuk down grading presiden, seperti menyatakan kepada publik bahwa presiden intervensi dalam momen pilgub yang seharusnya menghormati suara rakyat.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1469 seconds (0.1#10.140)