Pangdam III/Siliwangi Pastikan Program Citarum Harum Berkesinambungan
A
A
A
BANDUNG - Panglima Daerah Militer (Pangdam) III/Siliwangi Mayjen TNI Doni Monardo memastikan program Citarum Harum untuk merehabilitasi ekosistem Sungai Citarum dan anak sungainya, akan berkesinambungan.
Meskipun Pangdam dan Gubernur berganti, Citarum Harum tidak akan berhenti, tetapi terus berlanjut. Sebab, Citarum Harum akan ditetapkan menjadi program nasional dan diperkuat dengan peraturan presiden (Perpres) yang saat ini sedang dalam proses penerbitan.
"Perpres Citarum Harum dalam proses penerbitan. Setelah perpres terbit, nanti akan dibentuk satuan tugas (Satgas) setingkat badan yang dipimpin oleh Gubernur Jabar. Pelaksana program Kodam III/Siliwangi dan penegakan hukum Polda Jabar. Sedangkan sebagai dewan pengarah, Menteri Koordinator Kemaritiman," kata Doni yang juga mantan Danjen Kopassus ini.
Doni mengemukakan, jika Citarum Harum telah menjadi program nasional, seluruh lembaga terkait, seperti Dinas Lingkungan Hidup (LH) Jabar, kota dan kabupaten, pemprov, pemkab, pemkot, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) akan dilibatkam. Kodam III/Siliwangi tak menerima anggaran, baik dari pusat maupun provinsi.
Anggaran Citarum Harum langsung diterima komandan sektor (Dansektor) yang disebar di 22 sektor di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Saat ini, Kodam III/Siliwangi menerjunkan 1.800 personel. Nanti akan ada 7.000 prajurit yang ditugaskan merehabilitasi ekosistem Citarum. Mereka tak seluruhnya dari Kodam III/Siliwangi, tapi berasal dari Kodam lain, seperti Kodam Bukit Barisan, Brawijaya, Sriwijaya, Paskhas, dan kepolisian.
Bantuan dari Kodam lain diperlukan karena jumlah prajurit Kodam Siliwangi tak mencukupi. Sebagian besar prajurit Kodam Siliwangi ditugaskan mengamankan Pilgub Jabar dan Pilkada Serentak 2018 di 16 kota/kabupaten.
"Prajurit maung Siliwangi, kita bisa. Tak perlu bantuan dari luar negeri. Tak usah khawatir, biarpun Pangdam ganti, program ini terus jalan dengan dukungan kementerian dan pemprov. Persoalan limbah industri dan domestik akan teratasi," ujar dia.
Jika nanti 7.000 prajurit telah seluruhnya terjun ke DAS Citarum, mereka diharuskan tinggal di rumah-rumah penduduk setempat, menjalin kedekatan, sekaligus mengedukasi warga.
Setiap prajurit dibekali dana operasional Rp3,2 juta perbulan. Perinciannya, uang menginap Rp20.000 per hari, uang makan Rp50.000 per hari, dan uang saku Rp3,1 juta perbulan. Jika dikalikan 7.000 prajurit, berarti total Rp21 miliar lebih dana akan mengalir ke masyarakat di bantaran Sungai Citarum.
"Masyarakat harus mendapatkan keuntungan dari program ini dan diberdayakan. Prajurit harus bisa tidur tanpa kasur, beralasakan tikar pun jadi," ungkap Pangdam.
Program Citarum Harum, kata mantan Danpaspampres ini, telah dirancang matang. Jika ada kekurangan, Kodam III/Siliwangi akan memperbaiki dan menyempurnakannya. Citarum menjadi sasaran program karena sungai ini memiliki nilai sempurna, nilainya 100.
Air Citarum merupakan sumber kehidupan bagi 27 juta warga Jabar yang tinggal di sekitar sungai ini dan 8 juta warga DKI Jakarta yang mengandalkan sumber air dari Citarum.
Air Sungai citarum yang ditampung di tiga waduk, Cirata, Saguling, dan Jatiluhur menghasilkan energi listrik 1.880 megawatt (MW).
Untuk menghasilkan listrik 1 MW setara dengan 2.200 liter solar. Jika dikalikan dengan 1.800 MW, berarti Citarum menghasilkan Rp200 triliun pertahun. Jika air harus membeli, penduduk Jabar 27 juta jiwa ditambah 8 juta penduduk Jakarta dikalikan Rp10.000 per hari, berarti mereka harus mengeluarkan uang Rp35 triliun per hari.
"Selain itu, air Citarum juga digunakan untuk mengairi areal persawahan yang menghasil 4 juta ton padi sekali panen. Puluhan ton ikan dihasilkan dari budidaya di tiga waduk. Karena itu bagi saya, Citarum memiliki nilai sangat strategis," tandas Doni.
Meskipun Pangdam dan Gubernur berganti, Citarum Harum tidak akan berhenti, tetapi terus berlanjut. Sebab, Citarum Harum akan ditetapkan menjadi program nasional dan diperkuat dengan peraturan presiden (Perpres) yang saat ini sedang dalam proses penerbitan.
"Perpres Citarum Harum dalam proses penerbitan. Setelah perpres terbit, nanti akan dibentuk satuan tugas (Satgas) setingkat badan yang dipimpin oleh Gubernur Jabar. Pelaksana program Kodam III/Siliwangi dan penegakan hukum Polda Jabar. Sedangkan sebagai dewan pengarah, Menteri Koordinator Kemaritiman," kata Doni yang juga mantan Danjen Kopassus ini.
Doni mengemukakan, jika Citarum Harum telah menjadi program nasional, seluruh lembaga terkait, seperti Dinas Lingkungan Hidup (LH) Jabar, kota dan kabupaten, pemprov, pemkab, pemkot, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) akan dilibatkam. Kodam III/Siliwangi tak menerima anggaran, baik dari pusat maupun provinsi.
Anggaran Citarum Harum langsung diterima komandan sektor (Dansektor) yang disebar di 22 sektor di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Saat ini, Kodam III/Siliwangi menerjunkan 1.800 personel. Nanti akan ada 7.000 prajurit yang ditugaskan merehabilitasi ekosistem Citarum. Mereka tak seluruhnya dari Kodam III/Siliwangi, tapi berasal dari Kodam lain, seperti Kodam Bukit Barisan, Brawijaya, Sriwijaya, Paskhas, dan kepolisian.
Bantuan dari Kodam lain diperlukan karena jumlah prajurit Kodam Siliwangi tak mencukupi. Sebagian besar prajurit Kodam Siliwangi ditugaskan mengamankan Pilgub Jabar dan Pilkada Serentak 2018 di 16 kota/kabupaten.
"Prajurit maung Siliwangi, kita bisa. Tak perlu bantuan dari luar negeri. Tak usah khawatir, biarpun Pangdam ganti, program ini terus jalan dengan dukungan kementerian dan pemprov. Persoalan limbah industri dan domestik akan teratasi," ujar dia.
Jika nanti 7.000 prajurit telah seluruhnya terjun ke DAS Citarum, mereka diharuskan tinggal di rumah-rumah penduduk setempat, menjalin kedekatan, sekaligus mengedukasi warga.
Setiap prajurit dibekali dana operasional Rp3,2 juta perbulan. Perinciannya, uang menginap Rp20.000 per hari, uang makan Rp50.000 per hari, dan uang saku Rp3,1 juta perbulan. Jika dikalikan 7.000 prajurit, berarti total Rp21 miliar lebih dana akan mengalir ke masyarakat di bantaran Sungai Citarum.
"Masyarakat harus mendapatkan keuntungan dari program ini dan diberdayakan. Prajurit harus bisa tidur tanpa kasur, beralasakan tikar pun jadi," ungkap Pangdam.
Program Citarum Harum, kata mantan Danpaspampres ini, telah dirancang matang. Jika ada kekurangan, Kodam III/Siliwangi akan memperbaiki dan menyempurnakannya. Citarum menjadi sasaran program karena sungai ini memiliki nilai sempurna, nilainya 100.
Air Citarum merupakan sumber kehidupan bagi 27 juta warga Jabar yang tinggal di sekitar sungai ini dan 8 juta warga DKI Jakarta yang mengandalkan sumber air dari Citarum.
Air Sungai citarum yang ditampung di tiga waduk, Cirata, Saguling, dan Jatiluhur menghasilkan energi listrik 1.880 megawatt (MW).
Untuk menghasilkan listrik 1 MW setara dengan 2.200 liter solar. Jika dikalikan dengan 1.800 MW, berarti Citarum menghasilkan Rp200 triliun pertahun. Jika air harus membeli, penduduk Jabar 27 juta jiwa ditambah 8 juta penduduk Jakarta dikalikan Rp10.000 per hari, berarti mereka harus mengeluarkan uang Rp35 triliun per hari.
"Selain itu, air Citarum juga digunakan untuk mengairi areal persawahan yang menghasil 4 juta ton padi sekali panen. Puluhan ton ikan dihasilkan dari budidaya di tiga waduk. Karena itu bagi saya, Citarum memiliki nilai sangat strategis," tandas Doni.
(sms)